Awal dari semuanya, saat usiaku baru saja menginjak 17 tahun. Hari Kamis, sekitar pukul 5 lewat, di samping gerbang sekolah.
Sore itu, satu jam setelah bel pulang berbunyi, aku berjalan cepat di antara rintik hujan yang cukup deras. Tadinya mau lari, tapi sepatu baru ini lebih licin dari yang kukira.
Begitu sampai di gerbang, aku kebingungan mencari tempat berteduh untuk menunggu angkutan umum. Ya sudah deh, tunggu disini saja, paling sebentar lagi lewat, pikirku waktu itu.
Lalu tiba-tiba, sebuah payung melindungiku yang sudah hampir basah kuyup. Aku menoleh ketika menyadari seseorang berdiri di sebelahku.
"Jangan hujan-hujanan, baju lo jadi basah, kan."
Aku ingat sekali dia mengatakan kalimat itu. Dengan jaket denim di tubuhnya, cowok itu mengulurkan gagang payung yang melindungi kami.
"Lo pake payung ini. Sorry gue nggak bisa ngasih jaket, bau soalnya."
Aku juga ingat ketika dia mengambil tangan kananku untuk menggenggam payung pemberiannya. Tanpa aku sempat membalas apa-apa, cowok itu sudah berlari masuk ke dalam gerbang.
Kami tidak dekat satu sama lain meski berada di kelas yang sama, bahkan hampir jarang mengobrol jika bukan suatu hal penting. Makanya aku kaget ketika dia tiba-tiba datang kasih payung dan bilang kalau aku nggak boleh hujan-hujanan, padahal akhirnya malah dia yang hujan-hujanan.
Tapi sejak hari itu, sejak aku jadi punya tujuan untuk bicara dengannya karena ingin mengembalikan payung, jarak diantara kami perlahan terkikis. Tanpa aku sadari, aku jadi selalu ingin bicara banyak hal dengannya. Tanpa aku sadari, aku jadi selalu diam-diam berharap dia datang membawakan payung ketika aku kehujanan.
Dan tanpa aku sadari, perasaan itu tumbuh pelan-pelan.
Sampai suatu ketika dia pergi meninggalkanku bersama orang lain, aku seperti kehilangan diriku sendiri. Dunia yang kubangun, yang isinya cuma aku dan dia, runtuh seketika.
Kalau saja aku tahu pada akhirnya yang bisa kumiliki darinya cuma perpisahan, payung pemberiannya itu tidak akan kukembalikan.
Kalau saja aku tahu dia tidak akan bisa memayungiku kala hujan lagi, akan kulakukan segala cara untuk membuat sore itu abadi.
Ka, sekarang aku nggak tahu harus apa. Hidupku hancur, dan begitulah adanya.
Kamu selalu bilang kalau aku harus selalu bahagia. Tapi kalau bahagiaku sama kamu, berarti kita harus sama-sama, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Help, I'm Still at the Restaurant
Teen Fictionka, aku nulis ini bukan karena menyesal dan berharap semuanya balik lagi kayak dulu, walau sebenernya keinginanku begitu. tapi aku lebih pengen minta maaf. maaf aku pernah bohong dengan bilang nggak suka kamu. maaf aku pernah pura-pura nggak tahu so...