"Lo yakin putusin si Luna?" tanya Rio untuk yang kesekian kalinya pada Brian.
"Lo berisik banget sumpah!"
Rio mendelik sebal pada Thomas yang menegurnya karena terus mengoceh di samping Brian. Thomas sendiri sedang asyik main game dengan Leon, konsentrasinya terganggu oleh suara Rio yang berisik. Saat ini mereka masih berada di kelas. Belum keluar kelas karena bel sekolah belum berbunyi.
Sekolah mereka menekankan kedisiplinan dan kesetaraan sosial. Membuat para siswa lebih peduli dan tanggung jawab. Minim akan bully, kesenjangan sosial dan tawuran. Sebab itulah sekolah selalu menutup pendaftaran lebih awal karena murid baru membeludak setiap tahunnya. Beasiswa hanya diperuntukkan untuk siswa yang memiliki prestasi gemilang di sekolah menengah pertama.
Budi Dharma tempat mereka menuntut ilmu memfasilitasi perlengkapan yang semuanya berasal dari sekolah. Seperti tas, sepatu dan jaket yang semuanya sudah ada nama tiap siswa. Itu dilakukan untuk meminimalisir para siswa yang suka membeli barang mahal untuk dibawa ke sekolah. Supaya tidak ada iri dengki antara siswa satu dengan yang lain.
Selain itu, para murid minim yang membolos atau melanggar aturan dikarenakan jatah mereka hanya seratus poin untuk satu tahun. Setiap pelanggaran yang dilakukan akan mengurangi jatah poin mereka dan jika habis maka drop out imbalannya. Namun, akan bertambah jika prestasi mereka membaik.
"Gimana gue nggak berisik. Ini cewek sekelas Luna, Thom. Luna yang di sukai banyak murid cowok di sekolah ini. Luna yang dari satu kilometer parfumnya udah sampe sini. Luna yang--"
"Gue bosen sama dia." Satu kalimat final keluar dari mulut Brian yang dari tadi bungkam. Cowok itu berdiri lalu memasukkan tangan ke saku dan berjalan keluar kelas menuju kantin. Perutnya keroncongan.
"Emang lo udah ada target berikutnya?" Thomas angkat bicara.
"Belum."
"Brian nggak perlu target, tau dia jomblo aja pasti banyak cewek yang deketin dia buat jadi pacarnya," ucap Rio jumawa. Bangga punya teman playboy. Karena secara tidak langsung dia kebagian terkenal.
Brian adalah playboy dengan ketampanan tingkat dewa. Prestasinya dalam bidang olahraga basket patut diacungi jempol. Sudah banyak piala yang dia sumbang untuk sekolah. Banyak siswa yang mengantri untuk menjadi pacarnya. Tidak peduli pada perasaan mantan pacar Brian, begitu mereka putus akan banyak cewek yang mendekatinya. Mereka juga tidak peduli berapa lama berpacaran dengan Brian, asal bisa dekat Brian itu sudah sangat membanggakan.
"Setidaknya lo harus punya gambaran, Bri," celetuk Thomas yang kini tebar pesona.
"Asal mereka cewek," jawab Leon asal sambil mengangkat bahunya.
"Gue kira lo suka pisang, Yon." Rio dan Thomas bertos ria sambil tertawa.
Saat mereka duduk dengan pesanan di hadapan masing-masing, Luna datang menghampiri. Matanya sembab dan wajahnya kusut karena terlalu banyak menangis.
"Bri, aku nggak mau putus," rengek Luna dengan tangan yang membelit lengan Brian.
Namun, cowok yang dipanggil malah asyik memasukkan mie ayam ke dalam mulutnya. Sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik Luna, cewek yang dua hari lalu ia putuskan seenak jidat. Luna terus menawarkan berbagai hal untuk tetap bisa bersama dengan Brian.
"Bri, aku beneran cinta dan sayang kamu. Coba pikirin lagi dong, Bri," ujar Luna dengan mata kembali berair. "Aku bakal lakuin apapun buat kamu asal kita tetap bersama dan pacaran. Bri, please."
"Udah deh, Lun. Mending lo pergi daripada bikin Brian nggak nafsu makan," saran Rio. Namun, apa yang dikatakan Rio adalah kebenaran. Sejujurnya Brian terganggu dengan sikap Luna yang terus merengek manja seperti anak kecil.
"Aku suapin, ya. Nanti tangan kamu capek." Luna mengambil alih sendok dan mangkok dari tangan Brian, tapi cowok itu menepisnya. Akibat gerakan itu mangkok mie ayam milik Brian jatuh membuat suara pecah menggema ke seluruh kantin.
"Gue nggak mau ngulangi ini. Jadi, dengarkan baik-baik. Kita putus."
"No, Brian, no!! Aku tulus cinta kamu, Bri. Aku nggak seperti cewek lainnya yang kagum doang."
Brian pergi setelah mengucapkan kata itu membuat tangis Luna pecah dan hanya dipandang miris oleh seisi kantin. Rio, Thomas dan Leon asyik makan. Sengaja membiarkan Brian berjalan sendiri karena tahu suasana hatinya pasti jelek. Karena Luna memang sangat menganggu. Hampir risih dengan keberadaan Luna yang muncul dimanapun. Daripada mereka kena amuk, lebih baik isi perut.
"Cakep, sih. Tapi kelakuannya, big no!" Ririn mengamati Brian yang keluar kantin hingga hilang dari pandangannya.
"Tapi kalo lo jadi cewek berikutnya mau, nggak?"
"Sabi lah." Keduanya tertawa bersama. "Ini Brian, Rin! Cuma cewek gila yang nolak dia. Good looking nya nggak ketulungan. Mana cakep bukan cuma wajah, tapi dompet dan otak juga."
"Iya, sih." Ririn mengangguk setuju. "Siapa yang berani nolak Brian? Sekalipun dia playboy, nolak dia perlu bertapa ratusan tahun untuk meyakinkan diri. Biar nggak nyesel nanti-nanti."
"Eca mana?"
"Mungkin masih telepon neneknya. Ya udah lah, kita doakan yang terbaik."
Brian menuju taman belakang dengan berbagai macam tanaman hidroponik hasil anak ipa. Duduk di sana sambil merasakan kesejukan taman dan juga mendengar suara air dari kolam yang dipenuhi ikan. Moodnya berantakan karena ulah Luna. Ia perlu menenangkan emosinya yang sempat meletus untuk bisa mengikuti pelajaran berikutnya. Sekali lagi tidak ada kata bolos atau dia akan tamat.
"Nenek nggak usah khawatirin Eca. Eca baik-baik saja di sini. Nenek cepat sembuh, ya."
Suara yang merdu dan aroma es krim vanila menyeruak memasuki indera penciuman Brian. Perlahan matanya tertutup dan merasakan aroma yang menenangkan itu karena berhasil mengontrol emosi serta hatinya untuk kembali tenang. Aroma itu begitu lembut dan manis membuat siapa saja nyaman berada di dekatnya. Rasanya Brian ingin terus mencium aroma itu.
Namun, baru beberapa menit Brian merasakannya, aroma itu hilang bersama dengan pemiliknya yang kini sudah tidak lagi duduk di kursi semen. Brian berdiri mencarinya tapi tidak menemukan. Ia sendirian. Lagi. Ah, Brian bahkan belum tahu siapa dia. Andai dia lebih cepat. Sekarang Brian tahu siapa yang akan menjadi target berikutnya.
Cerita remaja emang selalu berhasil bikin hati cepat larut dan hanyut dalam drama yang disajikan. Selamat menikmati ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Sama!!
Teen FictionBrian yang playboy memilih Elsa sebagai target berikutnya untuk dijadikan pacar. Namun, sikap cuek Elsa mampu membuat Brian tobat dari hobi playboy nya dan berakhir jatuh cinta pada cewek itu. Cinta Brian tidak berjalan mudah karena Reiga sang ketua...