Part. 01

1.7K 142 1
                                    

'Apa salahnya hidup santai?' itu yang selalu di pertanyaan Minari pada orang-orang yang meremehkan cara hidupnya yang terkesan tanpa beban dan easy going

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Apa salahnya hidup santai?' itu yang selalu di pertanyaan Minari pada orang-orang yang meremehkan cara hidupnya yang terkesan tanpa beban dan easy going. Di usianya yang menjelang 25 tahun dia masih numpang hidup di rumah kakak laki-lakinya yang sudah tapi masih betah melajang di usianya yang baru lewat 28 tahun.

"Mandi dek! Sekali-kali jalan-jalan ke luar liat manusia lain jangan bergaul sama gadget terus" pesan Munawir yang membangunkannya sebelum keluar rumah.

Kamar Minari terpisah dari bangunan utama yang berada di samping kiri rumah. Waktu sang kakak merenovasi rumah, gadis itu minta di buatkan yang seperti itu dan Munawir tentu saja menuruti permintaan adik kesayangannya, satu-satunya keluarga yang di tinggalkan mendiang kedua orang tuanya.

"Aku tiap hari mandi loh Kak, lagian mau kemana sih pagi-pagi begini sudah rapi " gumam gadis berdaster dengan gambar Rapunzel itu, namun sayang rambutnya tidak seindah gambar di bajunya. Cepol berantakan yang ikatannya sudah tidak menyatu dan berantakan kemana-mana. Matanya-pun masih setengah terbuka, tapi bagi Munawir itu adalah pemandangan biasa.

"Aku mau jemput Kentaro di bandara, dia ada urusan bisnis di sini dan aku tawarkan buat nginap saja di rumah kita sekalian reuni" jawab pria yang mirip dengan Minari itu hanya saja dalam versi maskulin lebih tinggi dan lebih berotot pastinya.

Minari mencoba menggali memori dari nama yang di sebutkan kakaknya dan setelah menemukan ingatan itu bibir mungil tanpa polesan itupun berdecak kencang. "Si penjajah kolokan itu? Betah ya kakak berteman sama robot kayak dia?"

Bukan tanpa alasana Minari menyebut Kentaro penjajah, karena pria itu memang memiliki darah Jepang dari garis kakeknya, dia bahkan memilih menetap di sana.

"Jangan julid gitu Dek, kamu ini sudah dewasa, jangan ingat-ingat masa lalu lagi, kalian juga tidak akan bersinggungan karena dia kan tinggal di bangunan utama, ya sudah aku berangkat, Bi Yani sudah buatkan sarapan jangan lupa makan ya! Jangan tidur lagi!" ucap Munawir tegas karena tahu kebiasaan adiknya.

"Iya-iya Kak, sudah sana berangkat! Hati-hati nyetirnya"

Setelah memastikan mobil Kakaknya sudah meninggalkan garasi, Minari bergegas ke dapur dimana ada Bi Yani yang sedang mencuci piring. Gadis itu duduk dengan nyaman dan menghabiskan sepiring nasi goreng ayam. Setelahnya dia membuka lemari cemilan dan mengambil beberapa snack dan biskuit dari sana.

"Bi, salama teman Kakak nginap, makananku langsung di antar ke kamar saja ya, ini semua aku bawa biar gak perlu bolak balik dapur" jelasnya pada sang ART paruh baya yang sudah bekerja selama tiga tahun pada mereka.

"Baik mbak" jawab Bi Yani paham kelakuan Minari yang malas bertemu orang-orang baru.

Setelah kembali ke kamar, bukannya mandi, gadis berperawakan sedikit montok itu malah kembali rebahan sambil menghayal kejadian lampau ketika dirinya masih berusia 17 tahun dan baru duduk di bangku kelas 11 SMA.

Kentaro bukanlah sosok asing baginya, dia adalah sahabat Munawir sejak di bangku kuliah dan sering datang ke rumahnya dulu untuk mengerjakan tugas atau sekedar bermain

Minari pernah menyukainya, layaknya remaja puber, dia juga menyukai pemuda rupawan. Fisik Ken yang berkulit putih dan bertubuh atletis mampu membuat gadis itu senam jantung.

Hal itu-pun tidak sungkan ia tunjukkan dan nyatakan, namun sayangnya mendapat penolakan tegas. Kentaro bahkan jujur mengatakan apa yang menjadi alasannya menolak.

Minari patah dan sakit hati, diapun merajuk pada kakaknya agar Ken tidak lagi di ijinkan datang ke rumah mereka demi menjaga harga dirinya dan itupun di turuti Munawir. Sehingga terhitung sudah sudah sekitar delapan tahun mereka tidak bersua.

"Jika dia melihat kondisiku sekarang, pasti dia akan makin menyepelekanku" gumamnya setelah menghela napas. "hah terserahlah EGP, toh aku gak numpang makan sama dia" ucapnya lagi masa bodoh lalu kembali memejamkan mata, niat untuk mandi di tunda dulu sampai batas waktu yang tidak di tentukan.

🏖

Munawir kembali ke rumah dua jam kemudian dengan Kentaro tentunya. Sebenarnya pria itu sudah menolak tawaran sahabatnya untuk menginap selama kunjungan kerjanya, namun kakak Minari itu menolak tegas bahkan mengancam akan memutuskan persahabatan mereka jika Ken menolak.

"Anggaplah seperti rumahmu sendiri" basa-basi standar jika ada tamu berkunjung tapi Munawir mengucapkannya tulus. Ia mengantar Ken ke kamar tamu yang sudah di siapkannya.

"Terima kasih, tapi mungkin aku akan jarang di rumah, pekerjaanku menumpuk untuk segera di selesaikan" balas Ken sambil menaruh koper kecilnya di atas ranjang dan mulai mengeluarkan isinya.

Munawir mengangguk maklum "Tidak masalah,

Kentaro bekerja di salah satu perusahaan eletronik di Jepang, kedatangannya ke Indonesia adalah dalam rangka launching produk terbaru mereka.

"Istirahatlah! Kau pasti lelah, kamarku ada di sebelah jika kau butuh sesuatu, nanti kita ngobrol lagi" pesan Munawir sebelum meninggalkan kamar.

🏖

Dari pantauan cctv yang terhubung ke ponselnya Minari bisa melihat kakaknya dan Ken sedang makan siang bersama sambil berbincang, mereka terlihat akrab layaknya sahabat yang lama tidak bertemu. Dia tidak bisa melihat dengan jelas rupa Ken sekarang karena gambar diambil hanya dari satu sudut di ketinggian tertentu. Namun dari perawakannya, pria itu terlihat makin kekar dan macho, tapi Minari tidak perduli, Ken bukan seleranya lagi. Kali ini dia lebih suka pria den tipe idol K-Pop.

Meski di rumah saja, gadis itu biasa mencari udara segar di taman, semua bunga dan tanaman yang ada di halamam rumah kakaknya dialah yang menatanya jika sedang bosan, namun karena kehadiran Ken dia harus mengunci diri di kamar. Pria itu memang selalu membuatnya merasa minder dan tak berharga.

Menjelang tengah malam, setelah meng-publish bab baru dan novel onlinenya. Minari merasa lapar dan ingin menyeduh mie instan pedas ditambah sayur sawi dan telur ceplok, ia sudah ngeces membayangkan makanan itu masuk ke dalam mulutnya.

Setelah mengecek ccctv dan di rasa aman, gadis berdaster kaos itu keluar dengan percaya diri dan bersikap seperti biasa. Dia masuk ke dapur melalui pintu samping dan hanya mengatakan lampu seadanya karena dia sudah hapal letak barang-barang yang ia perlukan.

Sambil bersenandung lagu chillax milik girl band Twice, Minari mulai memotong sayuran sambil memanaskan air. Cepol rambutnya yang besar ikut bergoyang seiring dengan gerakan tubuhnya yang berjoget random ala-ala idol. Pemandangan biasa bagi Munawir dan Bi Yani tapi tidak bagi pria yang kini menatapnya intens seraya bersidekap.

"Ck.ck.ck kau benar-benar tidak berubah Minari Sidiq"

🏖

Makassar 15 Maret 2024

Miss Chillax - Cerpen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang