03. Murid baru

129 10 6
                                    

Teu - hi ~

enjoy the read babe! 💘

───────────────────

Pukul 07.05, Kenji baru saja sampai di sekolah. Semua murid nampak berhamburan memasuki kelasnya masing masing, sama seperti yang dia lakukan.

Sesampainya di kelas, Kenji melihat Zean dan Daren yang sudah duduk manis di kursinya.

"Tumben udah nyampe" Katanya pada Zean sambil mengusak asal rambut berwarna coklat itu.

"Ck.. ganggu aja lo" Zean sedari tadi tengah menulis, mengerjakan rangkuman yang sempat tertinggal jauh dengan buku Daren yang jadi contekannya kali ini.

"Lo gak anter koran?"

"Ngga.. Zean gak akan anterin koran lagi"

Yang jawab Daren, sedangkan Zean dengan muka masamnya masih menulis. Karena itu juga lah, moodnya dia jadi jelek.

"Kenapa?"

"Koh Adoy tiba tiba pindahan rumahnya. Padahal kemarin santai aja gue liat"

Kenji menganggukan kepalanya tanda dia mengerti, kesian juga Zean. Udah di pecat kerja, sambilan satu satunya pun terpaksa harus dia lepaskan.

"Udah ada info loker?"

Keduanya menggeleng kecil, kemarin Daren sempat bertanya ke beberapa toko atau cafe yang sedang membuka lowongan pekerjaan namun satupun tidak dia dapatkan. Begitu pula dengan Kenji yang mencarinya lewat sosial media, memang belum rejekinya Zean, Kenji pun sama halnya dengan Daren.

"Hahh.. susah amat nyari loker jaman sekarang"

"LOKER? SIAPA YANG CARI LOKER?"

Jirean kompak menoleh ke asal suara, siapa lagi kalau bukan Sabina yang tiba tiba saja sudah duduk dengan manis di kursi sebelah Kenji yang kosong.

"Aturan salam dulu Sa, malah teriak teriak"

"Emang kebiasaan dia Ren, udah kaga aneh lagi. Makanya banyak setan yang betah deket sama ni orang"

plak

"AW!"

Tangan Kenji jadi korban setelah mengucapkan kalimat yang membuat tuan putri Sabina tersalut emosi.

"Bangsat lo ya!" Dan Daren hanya bisa menghela nafasnya.

"Lagian, beerisik amat lo" Ujar Kenji dengan tampang yang jengah

"Apa sih lo? Ribut aja" Pun di balas tatapan kemusuhan dari Sabina.

"Dih gak sadar"

"Siapa cari loker tadi?" Sabina menatap satu persatu wajah tampan di hadapannya.

"Zean, kenapa emang? Lo ada?"

"Oh.. bilang dong" Kenji mengeryit heran, bukannya menjawab Sabina malah menepuk bahunya lumayan keras.

Kan, malah dia yang jadi korbannya terus terusan.

"Ngga sih.." Katanya.

Ingin sekali saja Kenji memukul keras kepala Sabina yang duduk di sampingnya tapi dia urungkan, takut jika sahabat perempuannya itu semakin menggila.

Lagi pula, dia tidak setega kedua orang tuanya yang bisa menyiksa tanpa belas kasihan. Kenji masih mempunyi sisi kemanusiaan, walaupun kadang kesal sendiri melihat tingkahnya Sabina.

"Mending ke bangku lo aja sana Sa, gak guna di sini juga"

Sabina melototkan matanya, dia memukul pelan jidat Zean menggunakan Tipe-X yang ntah milik siapa.

Ruang kecil Jirean Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang