Nama Ku Sea

5 0 0
                                    

Toko kain semesta dipenuhi hiruk pikuk suara pelanggan. Aku harus berlari kesana kemari demi melayani kebutuhan mereka. "hei! Aku butuh kain sutra, Dimana tempatnya?" "mana kain pesanan ku?" satu dua pelanggan berteriak tidak sabaran, itu sudah biasa, akhir pekan kemarin malah lebih parah dari ini.

Aku berlari ke Gudang mengambil pesanan kain dari salah satu pelanggan. Terlalu sibuk aku menghindari orang yang menghalangi jalan ku sampai akhirnya aku terjatuh karena menabrak sesuatu. Itu bukan benda apalagi pantung kecil yang kita taruh ditengah ruangan. Nah, Kita tak sebodoh itu menaruh ornament ditengah ruangan toko yang pasti penuh pelanggan.

Nyata nya aku menabrak seorang gadis yang lebih pendek dari ku. Tentu aku hendak membantunya bangun tapi belum sempat tangan ku meraihnya dia sudah berdiri tegak di hadapan ku. Malahan dialah yang membantu ku berdiri. Apa-apaan?

"kak, kain satin dimana ya? Saya cari dari tadi gak nemu"

Aku memikul lagi gulungan kain sutra putih yang tergeletak di lantai lalu menunjuk salah satu sudut toko, tempat dimana kain satin berada. Anak itu melihat kearah yang ku tunjuk lalu mengangguk tanda terimakasih dan langsung berlari pergi meninggalkan ku.

Sempat ku pandangi dia sebentar sampai tubuh kecil nan pendek nya hilang ditelan kerumunan orang, setelahnya aku mulai sibuk menggendong gulungan kain-kain dari gudang ke para pelanggan yang sudah menunggu pesanan mereka.

*
Kegiatan sibuk di toko kain kami usai setelah jam menunjukkan pukul delapan malam. Waktunya toko kami tutup dan karyawan pulang kerumah mereka.

Oh, aku lupa mengenalkan diri. Nama ku Sea. Dibaca 'Se-a' biasa bukan 'Si' seperti di Bahasa inggris. Aku anak dari pemilik toko kain di daerah Jalan Sulawesi tepat di dekat pusat kota D. Aku tinggal di pesisir Pantai, jadi setelah toko tutup pada pukul delapan malam. Aku, bunda dan ayah akan Kembali kerumah kami di pinggir Pantai. Lumayan jauh dari pusat kota tapi penuh dengan kehangatan.

Sebelum pulang aku harus menunggu bunda sama ayah bersih-bersih toko atau sekadar bercengkrama dengan karyawan ruko sebelah maupun karyawan kami. Sedang kan aku duduk di bangku pinggir jalan yang disinari cahaya lampu jalan. Tenang, sebelum seorang menyapa ku.

"hei, Sea. Sendiri aja?"

"gak, lagi nunggu bunda selesai ngerumpi. Belum pulang Lim? udah malam. Aku lihat tadi Papa mu udah balik".

Lim menggeleng, dia menunjuk motor nya. Motor besar yang biasa dipakai orang buat balapan.
Aku kenal Lim sudah dari kecil. Dia anak dari Koh Liem, si pemilik ruko sebelah. Kita sama-sama jualan kain tapi bersaing dengan sehat dari dulu.

Lim anak yang tinggi ramping. Kulit nya putih dengan wajah khas keturunan Tionghoa. Dia anak yang suka balapan liar, wajar baginya tak ikut pulang kerumah saat toko kain sudah tutup.

Setelah berdiri lama, Lim duduk di sebelah ku. Dia diam cukup lama sebelum membuka percakapan.

"kau tahu Sempurna?"

Aku mengangguk. Tentu aku tahu sempurna. Sempurna adalah kondisi dimana sesuatu wujudnya atau sifat nya tak ada sedikit pun cacat atau cela. Benar begitu kan?

Namun belum sampai aku bersuara, Lim dengan cepat memotong pikiran ku. "maksud ku Sempurna si anak cewe langganan beli kain di tempat mu. Hm, tempat ku juga sih tapi kalau lagi nyari satin aja."

Aku sontak menggeleng. "kalau dia memang langganan beli kain di tempat ku, aku pasti tahu, Lim. Gak mungkin aku gak tahu pelanggan ku, tapi nama Sempurna ? aku gak kenal cewe dengan nama Sempurna."
Lim menatap ku bingung. Dia hendak berkata sesuatu tapi diurung kan niat nya. Lalu sedetik kemudian dia menghela nafas. "Universe garment? Kau tahu?"

"tentu! Itu pelanggan toko kain kami- eh?" aku berhenti sejenak lalu hendak bertanya lagi ke Lim tapi dia sudah menjelaskan duluan.

"Sempurna itu anak pemilik dari Garment itu. Anak nya kecil mungil, sekolah di sekolah yang sama dengan mu. Bahkan dia seumuran dengan mu Sea. Ya, walaupun gak keliatan, dia pendek jadi lebih seperti anak SD kelas Enam atau bahkan anak SD pun ada yang lebih tinggi dari dia". Lim juga menambahkan bahwa hari ini toko kain nya kehabisan stok kain satin jadi dia menyuruh Sempurna si gadis itu untuk melihat kain satin di toko ku.

Aku berpikir sejenak sebelum teringat anak yang ku tabrak tadi. Anak remaja Perempuan yang pendek.

"Dia punya poni?" aku bertanya dan seketika itu Lim tetawa.

Dia mengangguk sambil tertawa. Lim bilang Si Sempurna baru potong rambut dua minggu yang lalu dan itu parah, baru dua hari yang lalu rambut nya diperbaiki lagi.
Aku ingin mengobrol dengan Lim lebih banyak tentang si anak Perempuan yang Bernama Sempurna ini, tapi bunda nyuruh aku pulang sekarang. Sebelum aku pergi, Lim nyuruh aku nyari Sempurna di kelas XI Mipa 1 di keesokan hari nya. Kata Lim agar aku bisa mengenal pelanggan setia toko ku dengan lebih baik. Tentu akan ku cari, aku penasaran dengan anak itu.

*
Di keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti biasa namun sedikit lebih pagi. Bukan untuk mencari Sempurna, lagi pula siapa dia? Tidak terlalu penting juga. Aku datang ke sekolah pagi-pagi sekali untuk belajar. Aku ada ulang Sejarah mendadak hari ini. Kemarin jam Sembilan malam guru Sejarah kami pak Joko baru memberi infonya. Sungguh menyebal kan!

Sesampai nya aku di kelas XI IPS 3 aku langsung menaruh tas ku di bangku dengan kasar lalu menuju loker tempat penyimpanan buku untuk mengambil buku Sejarah ku yang sengaja ku tinggal di sekolah.
Tak berlama lama aku langsung belajar sebisa ku, jujur saja menghafal Sejarah hanya seperti menghafal cerita lama yang terus diulang-ulang tapi mengingat tanggal? Itu salah satu kelemahan ku. Aku bahkan gak tahu tanggal berapa ulang tahun teman-teman ku.

30 menit aku sendirian di kelas, mencoba memaksa otak ku untuk mencerna setiap tanggal bersejarah yang akan atau setidaknya keluar di soal ujian nanti. Tapi tetap nihil, aku ingat beberapa dan beberapa lainnya entah kemana perginya. Mungkin memang sudah menguap keluar dari kepala.

Tak selang beberapa lama teman-teman sekelas ku mulai datang. Sebagian kecil dari mereka ikut belajar dan Sebagian besar lainnnya ada yang pasrah atau memang sudah punya teman pintar yang sukarela membagi jawaban. Aku masih berusaha berkutat dengan buku Sejarah ku sebelum pintu kelas diketuk dan dari sana muncul sosok yang baru aku temui kemarin sore. Jika tidak salah duga, itulah anak yang bernama Sempurna.

Dia melongok ke dalam kelas ku dan saat dia menoleh kearah ku, dia berhenti untuk memandang ku sebentar sebelum bertanya "Anna ada gak? Mau minjem novel".

Aku pun menoleh kebelakang ku tempat duduk dari orang yang dicari tapi Anna tidak ada disana. Aku menoleh lagi ke gadis itu lalu menggeleng.

"oh, nanti kalau Anna udah ada suruh bawain novel nya ke kelas ku ya".

"nama mu?" aku bergegas bertanya nama nya untuk memastikan apakah dia benar si Sempurna yang Lim suruh aku cari.

"namaku Sempurna dari kelas XI Mipa 1"

Setelahnya anak itu langsung pergi dari pintu kelas ku. Jujur saja aku kira dia anak yang unik. Dia punya freckles di wajahnya yang bundar. Anak nya pendek dengan rambut ikal sebahu dan poni yang menutupi alisnya. Nanti, setelah ujian mendadak ini usai aku akan pergi mencari dan mengajak nya berbicara. Mungkin dia anak yang menarik.

VetalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang