"Iya, sebentar lagi." Sembari Faris bolak - balik mengelilingi kamar kosannya sambil bertelepon dengan mamaknya.
"Jangan lupa sholat ashar ya nak sebelum lari sore. Ingat, kalau sudah lelah jangan dipaksa lari ya. Istirahat kalau lelah." Sebuah suara rapuh dari ujung pulau sana.
"Iya, sudah ya Mak. Buru - buru ini." Setelah menutup telepon, Faris melempar telepon genggamnya dengan lembut ke tempat tidur. Ia masih bolak - balik untuk mencari barang yang ia mau gunakan untuk salah satu ritual terbaik dalam hidupnya : lari sore.
Faris mencintai lari dengan hidupnya, setidaknya setelah ia mampu untuk menggetarkan tanah dengan kedua pahanya yang besar. Sebagai seseorang yang masih hitungannya sebagai obesitas, Faris cukup bangga dengan pencapaiannya yang mampu mencapai rata - rata kecepatan 8 km/jam untuk jarak 4 km dalam 30 menit. Terlahir dari kecil diejek tidak memiliki badan yang proporsional, Faris tidak bisa menjalani hidupnya dengan normal ketika ia dengan tubuh obesitasnya tidak bisa melakukan memanjat pohon atau meraih kemenangan dalam kompetisi lomba lari. Setelah melakukan variasi olahraga di rumah lewat YouTube, Faris mulai mengombinasikan kegiatan olahraganya antara lari sore dengan angkat beban ringan yang biasa dia lakukan dalam enam bulan terakhir dan dia mendapatkan momen terbaik dalam hidupnya, dia merasa tidak ada yang bisa membatasi dirinya untuk olahraga menjalankan pilihan hidupnya.
Faris menemukan headband bermerek sebuah gambar singa terbang di kepalanya warna hijau. Iya meyakini keringatnya akan mengucur banget sore ini. Setelah berpakaian seadanya, dia mengambil sepatu olahraganya yang tidak pernah ia cuci sejak awal membelinya dan menggunakan headset wireless yang sudah menjadi teman baiknya sejak satu tahun yang lalu. Sembari keluar dari kosannya, ia mulai memutar playlist kesukaannya khusus ketika sedang berolahraga, sebuah playlist yang durasinya sekitar empat jam paling lama dari total keseluruhan lagunya. Faris sebenarnya menyadari dia memiliki kebiasaan buruk yaitu menggunakan headset disaat menyebrang jalan. Padahal resiko tertabrak besar, entah karena banyak pengendara tolol yang SIM - nya didapatkan dengan cara menyogok atau penyebrang yang tidak memiliki kewaspadaan tinggi dalam lingkungan sekitarnya. Dengan pemikiran Faris yang keras, sudah pasti dia memilih opsi yang pertama.
Faris mulai menyusuri jalan yang ia biasa lalui untuk menuju lokasi larinya. Lokasi larinya merupakan jalanan kecil yang terbuat dari bata - bata rapi mengelilingi sebuah waduk. "Situ", kalau domisili tempat dia tinggal menyebutnya. Situ Rumpang merupakan area yang memiliki banyak aktivitas. Bentuk Situ Rumpang jika melihat dari google satelit bentuknya seperti bakteri atau amoeba, tidak beraturan tapi estetik. Banyak lekungan - lekungan ke dalam dan dikelilingi oleh banyak villa - villa, semak belukar, hutan, institusi pemerintah, perumahan warga, dan area publik di pagar pembatas yang terbuat dari duri. Saking luasnya, Situ Rumpang ini diurus oleh tiga kelurahan yang sudah pasti kita tahu saling melempar tanggungjawab dalam mengurus kebersihannya. Situ Rumpang ini kadang bisa menghadirkan cuaca yang berbeda ketika lari, misalnya ketika Faris memulai dalam keadaan terik panas, bisa saja dipertengahan ia terkena gerimis kecil dari daerah lain. Memang ya, perubahan iklim itu terjadi nyata.
Jalanan yang biasanya dilalui Faris adalah jalan publik yang disediakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, dia selalu dengan santai berjalan menyusuri tepian kota sesak penduduk sambil membuka telepon genggamnya. Ritual selanjutnya : membuka twitter. Melakukan scrolling kebawah - bawah membuat dia emosi, Faris melihat banyaknya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap pernikahan yang usianya masih muda. Semakin scrolling kebawah dia menemukan berita - berita pelecehan terhadap siswi - siswi dan tidak diberikan tindaklanjut yang efektif dan nyata dari pihak aparat. Faris mulai memelankan dentuman kakinya dan kembali ke postingan tentang KDRT. Ia lalu membuka kolom komentar dan membaca beberapa komentar teratas yang memiliki banyak likes dan retweets. Selanjutnya dia mulai mengetik sambil bergumam dengan giginya yang bertabrakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daydream at the Sunset
Short StoryFaris seorang anak muda yang menyukai aktivitas olahraga lari menemukan kejanggalan - kejanggalan secara konsisten ketika dia melakukan lari sore di trek lintasan favoritnya, di area waduk Situ Rumpang.