God can heal a broken heart, but he has to have all the pass.
Terkadang penderitaan dibuat tanpa alasan tapi bukan berarti kita tidak memiliki penyembuh. Seseorang diizinkan mengeluh sebanyak-banyaknya, mengutuki hidup yang tak banyak memberikan keadilan hanya untuk mendapatkan sebuah perasaan, jeda.
Orang bisa memilih kuat dengan menghindari perasaan takut, orang bisa memilih sabar untuk bernafas sebentar, namun tidak ada yang diizinkan menyerah kecuali harus melewatinya. Sekalipun tertatih, berdarah, sajikan pertunjukan itu kepada Tuhan. Bujuk Dia dengan tangismu, serayanya Dia akan memberikan sedikit keajaibannya.
Dan itulah yang dia lakukan. Demi kehidupan seseorang, Jeno rela berjalan ke gereja saat pagi buta. Berharap Tuhan tidak sibuk sebelum mendengar permohonan dari banyak manusia lainnya. Jeno yang duduk bersimpuh sembari mengepalkan kedua tangannya. Di waktu malam sunyi itu dirinya menangis sendirian. Barangkali saat kekasihnya sedang ditahan di alam lain, Jaemin bisa mendengar suaranya dan berpikir untuk kembali untuknya.
Rencana pernikahan mereka harusnya berlangsung hari ini, tapi Jeno bisa sedikit lega dengan hadiah keberhasilan operasi Jaemin yang kesekian kali. Sekarang tubuh itu dibawah ke ruang perawatan insentif sembari menunggu perkembangan yang signifikan. Si cantik itu rupanya masih betah menutup mata. Dokter tidak akan bisa mendiagnosis lagi sebelum tubuh itu sadar dan menjelaskan semuanya.
Sampai sebuah pintu ruangan itu terketuk, menampilkan seseorang yang sebenarnya sudah sepuluh hari ini bergantian menjaga. Renjun sama halnya dengan Jeno memiliki sisi perasaan bersalah yang lebih parah. Datang sembari membawa makanan, karena tahu pria itu akan melupakan asupan gizinya selain menghabiskan waktu untuk memandangi kekasihnya.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Renjun, walau tahu jawaban apa yang akan keluar setelahnya.
"Masih stabil dan tidak ada tanda-tanda untuk sadar."
"Para awak media itu sudah tidak mengikutimu?"
"Aku membayarnya untuk menutup mulut." Jelasnya.
"Wow." Ranjun mengangguk. Sudah ia duga, mengingat hebohnya berita tentang Jaemin kemarin karena ini menyangkut pautkan dengan kinerja parlemen dan penegak hukum negara ini. Bagaimana seorang pemerintahan yang tak bermoral, menyekap seorang dan memperkosanya bergiliran. Portal berita hampir masuk ke skala internasional tapi oleh Jeno yang bergerak langsung menutup laman-laman berita tersebut walau dengan biaya yang tak murah. Itu karena dia tidak ingin media semakin mengulik masa lalu kekasihnya.
Bagaimana pun Jaemin berjanji sudah meninggalkan pekerjaan tercela itu lagi. Ia mungkin akan sedih jika pendapat masyarakat terbagi dengan pro dan kontra. Satu sisi menghujat aksi pemerkosaan itu, disatu sisi menyebutnya resiko.
Jeno sendiri cukup puas atas kinerja publik dan kepolisian. Empat orang tersangkah yang ditangkap dengan menjalani sidang terbuka. Tidak terbayangkan bagaimana malunya istri-istri dan keluarga mereka. Kecuali Yuta, Jeno masih harus memberikan perhitungan pada Ayah biadap itu.
"Aku sudah bicara dengan dokter." Jeno memulai pembicaraan dengan menatap atensi Renjun penuh. "Memorinya rusak. Sebagian dari ingatannya mungkin akan menghilang."
"Tidak apa-apa. Ada banyak terapi untuk mengembalikan ingatannya kembali." Jawab Renjun seperti tidak menpermasalahkannya.
"Kau ingin ingatan dia kembali?" Ungkapannya yang sedikit menekan. Barangkali ada perbedaan sedikit antara reaksi keduanya. Jeno mungkin menganggapnya sedikit keberuntungan, dengan begitu Jaemin tidak perlu mengingat kenangan pahit itu lagi dan tidak kembali pada pekerjaan lamanya. Karena Jeno tahu hidup dengan kenangan buruk tidaklah mudah, walau resikonya Jeno harus mengenalkan dirinya di awal.