Chapter 1

9 0 0
                                    

"Syafa! Udah jam dua malem anjir! Lo harus pulang sekarang sebelum Ayah lo bangun!"

"Eh beneran udah jam dua Alya?? "

"Iyaaa!"

Perempuan yang dipanggil Syafa tadi langsung mengguncang bahu cowok yang sedang memeluknya dengan cepat.

"Sayang, udah jam dua pagi! Ayo, anter aku pulang!" teriak Syafa agar terdengar oleh pria itu, karena suasana di dalam bar sangat ramai dan berisik.

Pria yang memeluk Syafa lantas melepas pelukannya dan menatap Syafa, "Beneran mau pulang sekarang? Ini masih asik lho, Sayang."

Syafa menggeleng pelan, "Nanti Ayah aku bangun terus dia liat kamar aku gak ada orang gimana??" ujarnya panik.

"Udaahh anterin pulang sana cepet, Geaann! Lu gak kasian entar cewek lu tuh kena hukuman lagi gara-gara kabur dan pulang tengah malem?!" imbuh Alya.

Gean menghela napas keras lalu berdiri dengan menggandeng tangan Syafa, membawa perempuannya itu keluar dari bar dan mengantarkannya pulang.

Gean mengendarai motornya sedikit ugal-ugalan karena dirinya masih setengah mabuk, membuat Syafa memeluknya erat karena takut mereka mengalami kecelakaan.

Butuh kurang lebih tiga puluh menit untuk sampai ke rumah Syafa. Sekarang mereka sudah sampai di depan gerbang rumah wanita itu, dengan segera Syafa turun dari motor dan membuka gerbang rumah dengan pelan,

"Habis dari mana?"Suara Ayah Syafa menginterupsi, membuat Syafa dan Gean terkejut.

Syafa yang baru saja terjengit karena sang Ayah yang sudah berdiri di balik gerbang yang ia buka, hanya bisa mematung di tempatnya.

Tatapan sang Ayah sangat tajam, berhasil membuatnya ketakutan hingga jantungnya berdetak tak normal.

Ayah Syafa—Jonathan, menarik putrinya mendekat, "Berani kamu membawa putri saya pergi sampai tengah malam seperti ini?" tanyanya kepada Gean dengan tajam.

Gean merasa kesadarannya kembali seutuhnya, ia menatap takut Jonathan. "M-maaf, Om. Tapi kami sudah janji untuk—"

"Untuk apa? Saya sudah peringatkan kamu berkali-kali, jika kamu benar-benar mencintai putri saya, kamu harus berani menemui saya untuk meminta izin saya."

"Saya akan lakukan itu Om, tapi—"

"Jawaban kamu selalu ada tapi-nya," Jonathan memasukkan tangannya kedalam saku celana, "Masuk ke dalam, kita bicarakan ini dengan serius."

Jonathan berjalan masuk ke dalam rumah dengan menarik tangan Syafa, mau tidak mau Gean pun juga ikut masuk ke dalam rumah setelah melepas helm dan turun dari motornya.

***

Sekarang mereka sudah berkumpul di ruang tamu, dengan Gean duduk berhadapan dengan Jonathan sedangkan Syafa berdiri di sebelah Bundanya—Mina yang berdiri disebelah Jonathan.

"Sekarang saya ingin bertanya dengan kamu," Jonathan menatap Gean tajam.

Gean meneguk ludah gugup, tatapan Jonathan sangatlah membuatnya mati kutu.

"Apakah kamu serius dengan putri saya?"

"Saya sangat serius Om."

"Kamu  yakin?"Gean menjawab dengan anggukan ragu.

Jonathan tersenyum miring, "Menjawabnya saja kamu ragu, itu sudah membuktikan bahwa kamu memang benar-benar tidak serius dengan putri saya.

Sudah dari dulu saya peringatkan kamu, jika kamu benar-benar mencintai putri saya dan ingin menjadikannya pasangan hidup, kamu harus meminta izin dengan saya. Dan kamu harus menjaganya dalam setiap hal, tidak merusaknya seperti ini!"

InsyaaAllah ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang