lima

545 56 3
                                    

Lengso mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia menangis.

"Mengapa dari banyaknya orang disekitarku hanya Ayah yang tidak mempercayai ku. Sialnya aku hanya bisa mendengarkan perkataan buruknya AAARGHH." Teriak Lengso frustasi memukuli stir nya.

Tanpa sadar didepan ada truk melintas hampir menabrak Lengso. Dengan refleksnya Lengso membanting stir dan mobil yang ia kendarai mulai terguling.

"AAAAAAAAAAAA"

Detik itu juga Lengso tidak sadarkan diri.

...

Lengso terbaring di rumah sakit dengan luka di kepalanya akibat benturan saat terguling. Luka yang dideritanya tidak terlalu parah, mungkin hanya perlu waktu beberapa Minggu untuknya keluar dari rumah sakit.

Ia mulai sadarkan diri, hal pertama yang ia rasakan saat membuka mata adalah silaunya langit atap rumah sakit dan bau obat obatan.

Lengso mulai mendudukan dirinya dengan sedikit kesakitan.

"Aaaak sial ini sakit sekali."

Setelahnya datang suster menghampiri, "Tuan mohon maaf sebelumnya apa yang dirasakan tuan sekarang?" Tanya suster kepada Lengso.

"Kepala dan kakiku sakit jika digerakkan." Ucap Lengso.

"Baiklah aku akan melaporkan hal tersebut kepada dokter. Dimohon untuk tuan tidak terlalu banyak bergerak dahulu ya tuan, sebelumnya kami sudah menghubungi wali anda dan mereka sedang dalam perjalanan menuju kesini." Setelah menyampaikan hal tersebut, suster itupun meninggalkan ruangan Lengso.

"Bagaimana ini aku akan kena omel Ayah dan Ibu, apa yang harus aku lakukan." Gumam Lengso.

Haruskah ia pasrah atau kabur dari rumah sakit? Ah tidak sepertinya itu terlalu ekstrim untuk seorang Lengso.

Apa aku.... harus menghubungi Phi Ohm?

"Ah tidak, jika aku menghubungi Phi Ohm akan merepotkan, tapi... Jika ia datang mana mungkin Ayah dan Ibu akan memarahiku didepannya." Lengso mulai tersenyum dengan idenya dan segera meraih ponselnya.

"Halo nong, selamat malam" Dari seberang sana Lengso yang mendengar sapaan dari Ohm merasa ragu untuk memintanya datang.

"Selamat malam Phi apa yang sedang kamu lakukan?"

"Aku hanya sedang bermain game, ada apa?"

"Phi... kamu harus janji untuk tidak marah dan terkejut."

Ohm mengerutkan dahinya "Kenapa ada apa?"

"Phi janji dulu,"

"Iya aku berjanji, cepat katakan ada apa?" Ohm sedikit penasaran.

"A a aku kecelakaan tapi-"

"APA? DIMANA? BAGAIMANA KONDISIMU SEKARANG? APA KAU TERLUKA SERIUS? AKU AKAN SEGERA KESANA! BERIKAN ALAMATMU!!" Setelahnya Ohm langsung menutup telpon.

"Phi aku-, halo Phi? Phi?. Ya Tuhan bagaimana ini, aku tidak menyangka ia akan sepanik itu." Lengso mulai menyesali keputusan nya menghubungi Ohm.

Phi Ohm gmm

Aku dirawat di rumah sakit **** ruang ****.

Baiklah, tunggu aku disana sesegera mungkin aku akan sampai.

Maaf merepotkan mu, hati hati lah jangan terlalu terburu buru.
Aku baik baik saja.


Disisi lain Ohm yang sedari tadi panik mulai tenang setelah membaca pesan Lengso.

"Bagaimana bisa ia menyuruhku tenang saat ia mengabariku setelah kecelakaan yang menimpanya," Ohm bergumam sembari bersiap pergi ke rumah sakit

" Ada apa denganmu? Kenapa kamu sedari tadi panik dan siapa yang kamu sebut kecelakaan itu?"

Yang baru saja bertanya adalah Nanon, memang benar Ohm sedang bermain game dan itu bersama Nanon.

"Ada seorang teman, aku harus segera kesana. Kamu akan aku antar dulu pulang, ayo." Ohm menjawab pertanyaan Nanon.

" Tak usah aku akan menelpon Fourth, ia akan menjemputku. Kamu terlihat tergesa gesa, sepertinya ini sangat penting untukmu." Nanon kini menimpali.

"Baiklah kalau begitu aku harus segera pergi, hati hati dijalan ya." Ohm berlalu dari hadapan Nanon.

Entah kenapa hal tersebut membuat Nanon penasaran tentang siapa yang sangat Ohm khawatirkan.

...

"Lengso kenapa bisa seperti ini? Bukankah kamu bilang akan pulang ke rumah ibumu" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Ohm setelah masuk ke ruang rawat Lengso.

"Astaga kau mengejutkanku, sudah kubilang aku tidak apa apa Phi. Kamu jangan panik seperti ini, aku jadi merasa tidak enak." Timpal Lengso lirih

Ohm menghembuskan nafasnya kasar, "Siapa yang tidak panik mendapatkan kabar dari seseorang yang pagi baik baik saja dan saat malam malah kecelakaan seperti ini!!"

Nada Ohm mulai meninggi tapi bukan karena ia marah, melainkan ia khawatir dengan Lengso. Entah mengapa perasaan khawatirnya bisa dibilang lebih dari biasanya.

"Sudahlah maafkan aku, aku hanya khawatir aku tidak bermaksud meninggikan suaraku, sekarang coba jelaskan apa yang terjadi." Ohm menenangkan Lengso yang terlihat murung setelah perkataannya.

Lengso menceritakan dari awal mula pertengkarannya dengan sang Ayah hingga bagaimana ia kecelakaan.

Ohm yang mendengarkan cerita hanya bisa menyimak dan sesekali mengusap tangan Lengso, yang jelas kini mereka saling menggenggam tangan satu sama lain.

"...dan Phi sebenarnya aku meminta Phi kesini untuk menghindari Omelan dari orangtua ku hehe, mereka tidak mungkin marah didepanmu kan." Lengso jujur karena takut Ohm kecewa.

"Kamu ini mengapa menggemaskan sekali, hal yang kamu alami ini serius wajar jika orangtuamu marah. Tapi aku akan berusaha membantu mu agar tidak terlalu dimarahi." Ohm berucap.

"BENARKAH PHI? KAU MEMANG YANG TERBAIK!!" dengan refleks Lengso memeluk Ohm yang berdiri di sampingnya.

Ohm terkejut tapi ia membalas pelukan Lengso. Hangat yang ia rasakan.

Disela pelukan hangat tersebut tiba tiba mereka mendengar pintu terbuka.

Itu Orangtua Lengso yang panik mencari keberadaan anaknya.

"ya tuhan, ini sudah dimulai phi." Bisik Lengso.

"ANAKKU SAYANG KENAPA SEPERTI INI? SUDAH KUBILANG UNTUK TIDAK PULANG KENAPA TIDAK MENDENGARKAN?" ibunya yang panik berkata sambil melihat lihat kondisi Lengso.

Ayahnya hanya berdiri dengan ekspresi yang tidak dapat dijelaskan, ia seperti ingin marah tapi sesuatu menahannya.

"Permisi paman, aku teman Lengso bisa kita bicara sebentar?" Dalam situasi ini Ohm memilih mengajak Ayah Lengso untuk berbicara.

Melihat hal itu Ayah Lengso memasang wajah heran "Baiklah mari kita bicara diluar"

To be continued

Take A Chance|| [OHMLENG FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang