27. Heartbeat

335 47 8
                                    


HappyReading☕








"Lo kenapa, Kal?" Radit memegang kening Haikal, "tumben dateng sendirian, Ninda mana?"

"Muka lo suntuk begitu, kelilit utang?" Aiden menimpali.

Haikal berdecak, "diem deh."

"Kita perhatian padahal," imbuh Miguel.

Haikal menelungkupkan wajah di meja, "dahlah, capek gue."

"Baru aja masuk sekolah udah capek," Radit duduk bersandar di tembok, "gini nih anak jaman sekarang, tampang muda tapi otot tua renta."

Aiden melemparkan pensil, "lo anak jaman kapan?"

"Nah tuh si Ninda, samperin gih," Radit heboh saat Ninda lewat depan kelas, "gue panggilin ya? Kali aja bisa hibur lo."

"Jang—"

"NINDA, WOY! SINI!"

Ninda menoleh acuh lalu kembali berjalan.

"Lha kalian kenapa si? Berantem?" Radit penasaran.

"Ada masalah tuh cerita," sahut Miguel.

Aiden mengangkat kedua bahunya sebagai respon.

Radit menggoyang-goyangkan tubuh Haikal dengan paksa. "woy diajakin ngomong lu anjir!"

"Apasih, Dit!" Haikal nyolot, "kita putus. Puas lo?!"

"Kita?" Radit menunjuk dirinya lalu beralih ke Haikal, "lo sama gue putus? Gitu? Astagaaa, Kal. Gue masih lurus."

"Bego," Aiden menjitak kepala Radit, "otak lo nggak ada isinya."

"Haikal sama Ninda putus," Miguel memperjelas.

"Lha? Kenapa putus? Perasaan kemarin baik-baik aja," Radit mengusap kepalanya yang sakit di jitak Aiden, "sakit, nyet."

"Biar pinter."








* * *







Siswa mulai memadati lapangan untuk apel siang ini. Cuaca terik yang menyengat tidak menghalangi mereka untuk tetap berbaris taat aturan walaupun sambil ngedumel.

"Ini matahari ada tiga kayaknya," kata Mega, "coba lo cek, Rif, bener nggak?"

"Nggak bisa liat matahari bego," kata Arif.

Railey mengipaskan topi di wajahnya, "di kitchen nggak se panas ini."

"Yaiyalah, ada AC nya," sahut Rosi.

Ninda hanya diam tidak banyak bicara, sejak pagi gadis itu tanpak lesu tidak seperti biasanya.

"Lo kenapa, Nin?" Tanya Felix.

"Gapapa," Jawab Ninda.

"Cewek kalau bilang gapapa berarti ada apa-apa," timpal Arif, "sini cerita coba."

"Gue gapapa guys."

"Bohong. Muka lo kek orang nahan boker," Mega ngaco.

"Mulut lo," kata Rosi.

"Coba cerita, mungkin kita bisa bantu nyelesaiin masalah lo," Railey berusaha membujuk Ninda.

Gadis dengan kulit putih pucat itu mengerucutkan bibir sambil menggeleng. Ninda melirik ke barisan anak tehnik yang juga tengah mencuri pandang ke arahnya, "bukan masalah penting. Lupain aja."

"Gapapa kalau belum siap cerita, tapi kapanpun lo butuh. Kuping kita siap dengerin," ujar Felix dengan senyum tipisnya

Ninda membalas senyum Felix. Dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti mereka, tidak pernah memaksa untuk menceritakan sesuatu, tapi kapanpun kita butuh tempat curhat mereka selalu ada.

Jasa Boga✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang