20: Hari Buruk

781 73 7
                                    

AUTHOR POV

Rasa bersalah begitu memenuhimu, terutama setelah mendengar Jungwon yang berteriak kencang untuk melampiaskan seluruh amarahnya. Kamu hanya bisa terduduk di depan kamar lelaki itu, dengan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir membasahi wajahmu.

Kamu sadar letak kesalahanmu yang tak mengikuti perintah Jungwon untuk tidak pergi kemanapun hingga ia pulang. Bahkan, kamu tak mengabari lelaki itu tentang kepergianmu dan meminum obat yang seharusnya tidak kamu konsumsi. Jungwon juga sadar kamu sedikit tidak terima saat ia memintamu untuk berhenti berhubungan badan dengan Jay setelah lima kali permainan.

Hal-hal itu yang memperburuk suasana hati Jungwon malam ini. Kamu tahu, ia tak bermaksud mengancammu seperti itu sehingga kamu tak ingin kabur dari masalah. Kamu merasa harus menyelesaikannya sendiri tanpa campur tangan siapapun termasuk Jay. Kamu harus meminta maaf pada Jungwon.

Dapat kamu dengar tangisan Jungwon di dalam ruangan tersebut. Sangatlah keras hingga membuatmu yakin keadaan lelaki itu sedang tidak baik-baik saja. Rasa takut bercampur khawatir mulai memenuhimu setelah mendengar beberapa barang yang jatuh ke lantai bersamaan dengan suara tembakan yang memecahkan kaca. Kamu tak menyangka akibat dari perbuatanmu itu dapat membuat Jungwon kacau hingga seperti ini.

Kamu bangkit dari dudukmu, menghembuskan napas panjang sebelum akhirnya kamu paksakan diri untuk berani membuka pintu kamar. Kamu hanya takut lelaki itu nekat menyakiti dirinya sendiri.

Setelah pintu terbuka, kamu melihat keberadaan Jungwon yang duduk meringkuk di ujung ruangan. Jungwon menyadari keberadaanmu tetapi ia terlalu malu untuk menatapmu. Setelah memeriksa keberadaan pistol yang jauh dari jangkauan Jungwon, kamu berjalan menghampiri lelaki itu.

"Oppa, maafkan aku." lirihmu yang tanpa sadar memancing tangis Jungwon semakin kencang. Lelaki itu langsung menghambur ke dalam pelukanmu lalu berkata, "Aku mendapat berita kalau ibuku meninggal tadi siang. Aku tak menceritakannya kepada siapapun, aku mengunjungi pemakamannya dan malamnya aku mendapati kamu lebih memilih Jay ketimbang aku." lirih Jungwon dengan tangis yang semakin kencang. Kamu terdiam sesaat, begitu terkejut dengan berita yang lelaki itu utarakan. Kamu berusaha menenangkan lelaki itu dengan mengelus belakang kepala Jungwon dengan lembut. Seiring perasaan sedih dan merasa bersalah mulai memenuhimu, sungguh kamu tak bermaksud meninggalkan Jungwon seorang diri di saat terpuruknya.

"Ada apa?!!" tanya seseorang yang melesak masuk ke dalam kamar kalian. Lelaki itu adalah Jake, diikuti Jay, Heeseung, Sunoo dan Sunghoon di belakangnya. Mereka memastikan bahwa tidak ada yang terluka dalam insiden kali ini, termasuk dirimu dan Jungwon.

Kamu pun langsung meminta mereka untuk keluar dan meninggalkanmu dan Jungwon berdua di kamar ini.

Jungwon bersikap seperti itu tentu karena ada alasannya. Ia sangat takut kehilanganmu karena hanya kamu yang mengerti tentang keadaannya. Betapa rapuhnya hidup Jungwon dan hanya kamu yang dapat membuat Jungwon nyaman menjadi dirinya sendiri.

Hanya saja, lelaki itu masih sulit untuk mengontrol emosinya karena ia terlalu banyak memendam segalanya sendiri. Ia tak pernah bercerita kepada siapapun dan saat ia menemukan gadis yang dapat memahaminya. Maka Jungwon akan sangat bergantung padanya.  Ia tidak akan meninggalkanmu begitu saja apalagi sampai membunuhmu dengan mudahnya.

"Semua orang meninggalkanku dan menyakitiku. Kenapa hidupku seperti ini sih? Aku lelah menanggung semuanya sendirian, Y/n." Jungwon meracau di dalam pelukanmu dengan tangisan yang tak kunjung berhenti. Kamu lepaskan pelukan kalian lalu menangkup wajah Jungwon yang basah karena air mata.

"Aku tidak akan meninggalkanmu oppa, jangan berpikir seperti itu. Hidup memang berat tapi oppa masih punya aku. Tak apa, menangis saja, oppa tak boleh memendam perasaan oppa terus menerus." setelah mengatakan itu kamu bawa lagi lelaki itu ke dalam pelukanmu.

Setelah kekacauan yang terjadi, kalian habiskan malam yang panjang dengan bercerita tentang beratnya kehidupan. Kamu baru mengetahui kalau ayah Jungwon ternyata sudah meninggal sejak lama dan hanya menyisakan ibunya seorang bersama adik laki-lakinya berusia 19 tahun.

Berkat kejadian ini, adik laki-laki Jungwon itu lebih memilih hidup mandiri dan memutuskan hubungan bersama Jungwon. Lelaki itu juga tak ingin ambil pusing mengenai adiknya tersebut. Ia hanya merasa bersalah karena tak mengetahui ibunya mengidap penyakit kronis sejak lama.

Jungwon memang terus menafkahi ibu serta adiknya di kampung tetapi ia tak memiliki banyak waktu untuk mereka. Itulah sebabnya Jungwon begitu terpukul atas kepergian ibunya.

Sedangkan di luar kamar kalian, semua anggota kelompok ENHYPEN menunggu kabar darimu. Mereka terlihat khawatir terutama setelah mendengar suara tembakan dari kamar kalian.

Mereka pikir, Jungwon tega membunuhmu atau membunuh dirinya sendiri. Orang yang paling tak sabaran adalah Jay. Ia takut Jungwon menyakitimu sehingga ia ingin memastikan keadaanmu lagi atau membawamu menjauh dari lelaki itu sementara waktu.

Baru Jay Park ingin membuka pintunya, Sunoo menahan lalu berbisik. "Biarkan dulu mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Jangan ikut campur". Jay tentu susah untuk dibilangi.

"Tapi kau dengar kan suara tembakan tadi?!" Jay mulai tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

"Dia menembak jendela, tak ada darah dan bisa kau lihat Jungwon memeluk tubuh gadismu dengan erat. Tak ada yang terluka jadi kau tak perlu takut berlebihan." setelah mengatakan itu, Heeseung pergi menyisakan Jay dan Jake di depan kamar kalian.

Angin laut berhembus kencang. Cahaya rembulan terpantul indah dari beningnya air laut. Keduanya tak ingin beranjak dulu sebelum memastikan keadaan kalian baik-baik saja.

"Suasana hatinya memang sedang buruk, ditambah lagi saat pulang ia tak menemukan Y/n di penthouse. Ia terus marah-marah dan semua orang kena imbasnya." jelas Jake sesekali menoleh ke arah Jay. Lelaki itu tak menjawab perkataan Jake dan hanya memandang lautan lepas yang airnya tenang.

"Y/n adalah segalanya bagi Jungwon. Bahkan sebelum malam penebusannya dari pelelangan, Jungwon terus bercerita tentang gadis yang menyelamatkannya dari pengeroyokan di tengah derasnya hujan. Bagi Jungwon, Y/n adalah malaikat penyelamat karena dia sangat cantik dan baik hati, aku rasa itulah kali pertama aku melihat Jungwon tertawa malu karena seorang gadis." Jake menceritakan hal itu karena ia merasa Jay harus tahu betapa berartinya dirimu bagi Jungwon.

"Lalu kenapa? Aku harus merasa kasihan padanya lalu melepaskan gadis itu begitu saja? Tak semudah itu, Jake." ucapan Jay itu terdengar ketus bagi Jake. Lelaki berwajah tampan itupun tertawa lalu menepuk pundak Jay.

"Bukan begitu maksudku, tak perlu terlalu khawatir karena Jungwon tak semudah itu menyakiti Y/n, gadis kalian."

TBC

AN: Apa yang kalian harapkan dari lelaki yang hidup di lingkungan yang penuh kejahatan?

CONSUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang