00

7 2 2
                                    

Malam bulan purnama, malam yang indah dengan bulan yang lebih terang. Itu membuatku nyaman, Aku duduk diteras menatap rembulan yang juga menatapku dan bintang-bintang itu seolah menari mengelilingiku dan tersenyum kepadaku.

Itu adalah malam yang sangat menenangkan bagiku.

Tapi di suatu malam saat aku sedang menatap rembulan aku mendengar suara, Apa itu suara bulan? Tidak ada orang sama sekali disini, aku tinggal sendiri.

"Zhea Zhea"

Aku menoleh ke segala arah mencari sumber suara itu, jelas aku panik juga takut. Suara siapa itu?

"Zhea, tadi kau menatapku mengapa sekarang kau mengalihkan pandanganmu"

Eh? Aku menatapnya? Bukankah aku menatap bulan sedari tadi?

Aku menatap kembali ke atas dimana bulan itu berada dan aku terkejut, bulan itu berubah menjadi manusia. Sangat terang tubuhnya putih seputih salju, aku tak tau apa yang terjadi. Apa ini mimpi?

"Zhea, ini bukan mimpi"

Kau bisa membaca pikiranku? Itu tidak adil!

"Haha memang tidak adil, maafkan aku, aku senang bisa berbicara denganmu"

Aku terpaku, ini sungguhan? Bulan berubah menjadi manusia dan berbicara padaku?

"Apa kau benar bulan?" Tanyaku yang masih tercengang melihat apa yang ada di depanku

"Yaaa! aku bulan"

"Mengapa kau berbicara kepadaku?"

"Tentu saja, kau selalu menatapku setiap malam. Dan kau selalu bercerita kepadaku, bagaimana bisa aku tidak tertarik berbicara denganmu"

Aku malu, pipi ku memerah, dia mendengar semua cerita ku itu? Aghhh itu tidak terduga jika aku tau ini aku tidak akan bercerita!

"Oh aku penasaran dengan kelanjutan ceritamu, apa yang terjadi pada pria itu?"

Deg.
Jantungku seperti berhenti begitu saja. Namun, aku tak ingin terlihat sedih didepan rembulan yang seindah ini.

"Pria itu? Ah... Dia mendapat wanita yang lebih baik dan lebih cantik dariku" Jawabku seraya tersenyum menatap bulan

"Ku pikir dia akan bersamamu karena kau sangat menyayangi nya, kau tau bagiku kau yang paling cantik" bulan mengatakan itu sambil tersenyum lebar.

Aku sangat senang, ini pertama kalinya ada seseorang yang mengatakan hal itu. Aku tidak tau apa ini nyata atau sekadar mimpi tapi aku senang dapat berbicara dengan bulan yang selama ini ku kagumi karena ia selalu dapat menerangi seluruh dunia yang gelap dengan cahayanya.

"Lalu bagaimana denganmu, Zhea? Apakah kau akan mencari orang lain?"

"Haha bagaimana bisa? Jika bukan dia, maka bukan orang lain juga. Melajang bukan sesuatu yang buruk, ya kan"

Aku melihat reaksi rembulan, ia nampak terkejut dengan jawabanku lalu mendadak ia memelukku, aku merasakan kehangatan nya. Tak kusangka air mataku menetes begitu ia memelukku, air mata ku semakin deras seiring berjalannya waktu.

Aku tak yakin bisa melepas seseorang yang sangat kusayangi. Ya bagaimana aku bisa melepaskannya begitu mudah? Aku ingin menggenggam erat tangannya hingga ia tak bisa jauh dariku.

Satu kesempatan saja, jika aku bisa membalikkan waktu aku takkan membiarkannya dimiliki oleh wanita lain. Sekali saja, jika bisa aku ingin kembali ke masa lalu.

"Zhea, apa kau ingin memilikinya? Jika iya aku akan membantumu" Aku terkejut, bulan bertanya hal itu kepadaku. Aku terdiam, tak bisa menjawab, aku memeluk bulan lebih erat.

"Tidak, dia memiliki kehidupannya sendiri. Aku tak boleh merusaknya, benar begitu, bulan?" Lirihku ke telinga bulan

"Aku mengerti, Zhea, Jika kau memiliki keluh kesah dan tidak ada yang bisa kau ajak bercerita, maka berceritalah kepadaku, aku akan selalu mendengarmu" Aku mengangguk, bulan melepaskan pelukannya dan kembali ke tempatnya.

Aku terbangun, ternyata itu mimpi. Namun, pipi ku basah akan air mata yang mengalir. Sekali lagi aku menatap bulan dan tersenyum kepadanya.

"Terimakasih, bulan"

RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang