📍Info pemesanan kunjungi Instagram author. Link ada di Bio.
Demi memenangkan sebuah taruhan dari temannya, Juna nekat meniduri Mira-kekasihnya sendiri. Namun, siapa sangka akibat kenekatannya itu, ada kehidupan baru yang tumbuh di rahim Mira. Juna...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⭐Please Support Follow, Comment, and Vote⭐
.
.
.
Langit gelap dan terang silih berganti. Waktu terus bekerja, berputar tanpa kenal lelah. Hari demi hari telah berlalu. Tanpa terasa, pernikahan Mira dan Juna yang awalnya dilangsungkan karena kesalahan itu, kini telah berjalan selama satu bulan lamanya.
"Jika tidak ada yang ingin kalian tanyakan lagi, saya rasa materi kita cukup sampai di sini. Terima kasih atas waktu kalian hari ini!" ucap seorang wanita yang tengah berdiri di depan kelas.
Mira baru saja menyelesaikan kewajiban mengajarnya. Ia lantas bergegas merapikan barang-barang bawannya dan segera keluar dari kelas itu. Senyuman serta sapaan tak lupa ia berikan pada murid-murid yang berpapasan dengannya. Kali ini, tujuannya tidak langsung pulang ke apartemennya, melainkan ke ruangan pemilik bimbingan belajar ini.
Mira membuka pintu ruangan kecil di hadapannya setelah sang pemilik berseru mengizinkannya masuk. Ia melongokkan sedikit kepalanya terlebih dahulu dan tersenyum ketika nentranya mendapati seorang pria yang ia cari tengah fokus dengan komputer di depannya.
Mira mendaratkan bokonya tepat di hadapan sang pria. Meletakkan tasnya di atas pangkuannya seraya otaknya sibuk memikirkan bagaimana cara menyampaikan keinginannya ini.
"Ada apa, Mir?"
"Hmm.. begini, Om. Hari ini, 'kan hari terakhir Mira ngajar di sini, kebetulan juga kontrak Mira sudah habis. Hmm.. niatnya Mira mau pamit, Om. Mita mutusin nggak lanjutin kontrak Mira lagi," jelas Mira.
"Begitu, ya? Padahal Om pingin banget kalo kamu lanjut di sini. Ada beberapa anak yang lapor ke Om kalau cara ngajar kamu tuh enak. Banyak yang suka sama kamu, Mir. Selain itu, guru yang kamu gantiin juga nggak mau balik ngajar lagi karena mau fokus sama anaknya."
"Hmm.. maaf, ya, Om, Mira bener-bener nggak bisa lanjut," ucap Mira tidak enak.
Sejujurnya, Mira masih ingin berada disini, sebab dengan kegiatan ini ia bisa menyibukkan dirinya daripada hanya berdiam diri di apartemen. Namun, setelah berbagai pertimbangan, Mira memutuskan untuk menyudahi karirnya di sini. Salah satu yang menjadi pertimbangan wanita itu adalah kehamilannya ini.
Minggu lalu, Mira sempat memeriksakan kehamilannya ke dokter, sebab ia semakin sering merasakn kontraksi di perutnya, bahkan sesekali Mira mendapati bercak merah yang keluar dari area intimnya. Alhasil, Dokter menyerankan Mira untuk lebih banyak beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang membuatnya lelah.
"Ya sudah nggak apa-apa. Om ngerti sekarang prioritas kamu bukan cuma kuliah sama ngajar di sini aja. Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau lanjut, Mir," Bambang menghela napasnya panjang. Pria paruh baya itu juga tak punya kuasa untuk memaksa Mira agar menuruti keinginannya.