Selamat membaca
💠
💠
💠
💠
Siang hari yang cerah dengan sang surya yang hampir menempati tempat tertingginya. Sinar yang terpendar memberikan kesan ceria dan juga hangat. Sama halnya dengan keramaian yang tengah berlangsung di masjid. Canda dan tawa menyelinap di tengah kegiatan yang tengah para pemuda itu lakukan. Bergotong royong saling membantu dalam mempersiapkan acara peringatan Nuzulul Qur'an nanti malam.Jazil beserta adik-adiknya pun turut andil dalam membantu mempersiapkan acara. Bahkan si kembar Je-Ju pun ikut serta, membantu sebisa mereka. Seperti saat ini, si kembar tengah membantu sang kakak membawa karpet.
"Abang! Juna mau bantu!" seru Juna ketika melihat Huda dan Satria hendak menggotong sebuah karpet yang cukup besar.
"Oke, adek pegang bagian tengah, ya," ucap Huda yang langsung dituruti oleh si kembar. Je-Ju berdiri di belakang Huda. Melingkarkan tangan kecil mereka pada karpet meskipun tak mencakup seutuhnya.
"Jen, Jun, naik aja. Timbang begitu malah kita yang susah," saran Satria. Karena Je-Ju yang ingin ikut membantu, ia harus merendahkan pegangannya. Remaja jompo sepertinya tentu tak akan kuat bertahan lama dalam posisi membungkuk seperti itu. Terlebih dengan beban karpet yang mungkin akan semakin membuatnya tambah encok.
Baru saja si kembar hendak naik, sebuah seruan tiba-tiba menghentikan pergerakan mereka.
"KAK JENA! KAK JUNA!"
Mendengar suara cempreng itu, Je-Ju langsung menoleh. Senyum keduanya mengembang ketika melihat seorang bocah kecil sedang melambai ke arah mereka.
"GINDRAA!!" seru si kembar bersamaan dengan langkah cepat mereka yang menghampiri Gindra. Ketiga bocil itu nampak saling berpelukan layaknya Teletubbies, membuat banyak pasang mata terkekeh melihatnya.
"Gindra kapan pulang?" tanya Juna ketika pelukan mereka terurai.
"Kemarin sore. Gindra mau ikut tarawih tapi kasihan ayah capek," jawab Gindra masih dengan senyum lebarnya.
"Terus ayah kamu mana?" tanya Jena sambil mencari keberadaan Anang.
"Ayah tadi sama abangnya Kak Je-Ju. Lagi ngobrol sama Pak RT," jawab Gindra. Selesai melepas rindu, ketiga bocil itu kembali membaur dengan para remaja yang masih sibuk bekerja. Mereka membantu menggelar karpet atau hanya sekedar duduk menonton Jazil yang sedang nangkring memasang besi untuk tenda.
"WOI MINGGIR!! AIR PANAS, AIR PANAS!!" tentu saja akan ada keributan semacam itu yang menyelinap di antara kegiatan mereka. Jangan lupakan titel yang para warga komplek sematkan untuk remaja labil mereka. Sesuai namanya, The rusuh geng, selalu rusuh setiap saat.
Jika para remaja dan bapak-bapak berada di masjid, maka para ibu kini sedang sibuk di rumah Pak RT. Menyiapkan berbagai makanan untuk buka bersama sekaligus acara peringatan Nuzulul Qur'an nanti. Beberapa orang pria dewasa turut andil membantu para ibu dalam memasak atau sekedar membantu mengangkat beban berat.
Di teras rumah Pak RT, beberapa orang tengah berkumpul mendiskusikan tentang persiapan acara nanti malam. Rezfan dan Mada pun termasuk di antaranya sebagai panitia. Anang yang baru pulang, turut hadir untuk menggantikan ayahnya yang masih memiliki jadwal.
"Untuk urusan bisaroh sudah saya dan Pak Winata siapkan Pak RT, jadi uang kas bisa digunakan untuk konsumsi panitia dan anak-anak yang sudah membantu," jelas Mada ketika pembicaraan mereka tengah memasuki topik tentang dana yang dikeluarkan untuk acara malam nanti. Anang mengangguk seakan mengonfirmasikan bahwa ucapan Mada benar adanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/364731943-288-k620737.jpg)