10

242 45 21
                                    

"Jeong ..."

"Iya Nay?"

Mereka sedang berada di rooftop kantor memandangi langit sore sedikit mendung ditemani secangkir latte oat untuk Nayeon dan secangkir hot choco untuk Jeongyeon.

Jeongyeon menoleh karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Nayeon. Ia sedikit terkejut melihat Nayeon tengah memandangnya sembari tersenyum.

"Aku mencintaimu."

Membeku ... Jeongyeon membeku. Tak menyangka mendapat pernyataan cinta Nayeon, sahabatnya, sekretarisnya.

"Nay ..."

"Aku ... Aku hanya tak mampu memendamnya lagi. Aku hanya ingin kau tahu itu."

"Sejak kapan??" Tanya Jeongyeon menuntut.

Ia menaruh kedua tangan di kedua pundak Nayeon. Menatap dalam mata sahabatnya itu.

"Sejak awal. Sejak kita berjumpa. Aku jatuh cinta."

"Nayeon ... Mianhae ..." Keheningan menyelimuti mereka berdua. Hanya suara semilir angin, petir kecil, dan klakson mobil hilir mudik di bawah sana.

"Aku sudah memendam jauh perasaanku semenjak kau menikah dengan Mina. Namun melihat perlakuan Mina padamu membuatku sakit, Jeong. Gejolak dalam diriku ingin merebutmu dan memberi kasih sayangku padamu semakin tinggi."

Jeongyeon membuang pandangannya.

"Je ..."

"Jeongyeon!"

Sebuah suara membuat mereka berdua menoleh.

"Mina?"

"Jeongyeon." Tidak ada aura indah terpancar dari Mina lagi. Mina berjalan mendekat, sedikit rasa tak suka mengganjal kala melihat betapa dekatnya Nayeon dengan Jeongyeon.

Sementara Jeongyeon terdiam melihat Mina mendekat dan tiba-tiba langsung memeluknya.

"Mina ..."

"Jeong ... Aku rindu padamu."

"Ba...bagaimana ..." Jeongyeon tak mampu menyelesaikan kata, kala melihat Nayeon melangkah pergi dengan senyum menyakitkan.

Pelukan semakin erat membuat Jeongyeon tersadar dan dengan segera mendorong pelan Mina untuk melepas pelukannya.

"Wae?? Jeong? Aku ..."

"Kenapa kau disini??"

Tidak ada suara lembut Jeongyeon, hanya suara tegas memekak telinga Mina.

.

Nayeon menangis, tanpa suara. Tangannya menutup kedua matanya. Mencoba menahan isakan. Beruntung toliet di lantai ini sepi karena memang hanya berisi ruangan-ruangan direksi yang masing-masingnya memiliki kamar mandi sendiri.

"Mungkin sudah takdirku dikehidupan ini tidak bersama Jeongyeon ..."

Ia merapihkan diri dan keluar dari toilet. Pergi ke mejanya dan membereskan barang-barangnya.

"Nuna, apa yang terjadi? Kau menangis?" Dahyun tampak khawatir melihat Nayeon. Hidung memerah, mata memerah ...

"Gwencana. Aku pulang dulu." Nayeon berjalan cepat tanpa menghiraukan panggilan Dahyun.

Dahyun menoleh dan terkejut melihat Mina mengekori Jeongyeon masuk ke dalam ruangannya.

"Huf, kasihan nuna."

Di dalam ruangan, Mina dan Jeongyeon saling bertatapan.

"Kenapa kau kemari?"

"Seperti yang aku bilang, aku rindu. Tsk, tapi apa yang aku lihat, kau malah berduan dengan Nayeon."

"Apa masalahnya denganmu? Kita sudah cerai dan selama pernikahan kita kau malah bermain dengan laki-laki acak." Mina menggertakan giginya menahan emosi. Jeongyeon keterlaluan menurutnya.

Mina memang rapuh, namun egonya dan pridenya sangat tinggi. "Aku mau kembali." Mina mencoba menurunkan egonya sekarang.

Jeongyeon tertawa remeh.

"Maaf, apa aku tak salah dengar?"

"Sialan! Aku ingin kita kembali!!" Mina menahan air matanya yang hampir keluar. Ia sungguh menahan emosi, apalagi ditambah mengingat bagaimana ia mendengar pengakuan Nayeon. Ya, dia sempat mendengarnya.

"Kita sudah selesai!"

"Tidak!! Tidak ... Oppa ..." Lirih Mina.

Jeongyeon mengkerutkan dahinya, "Oppa?"

"Ya ... Kau ingatkan suka menemaniku dulu bermain ayunan di taman??"

Jeongyeon menelan kasar ludahnya. Memori masa remajanya berputar. Bagaimana ia menemani Mina bermain di taman dulu.

"Lalu apa itu penting??" Tanya Jeongyeon dingin.

Air mata Mina akhirnya keluar. Itu membuat Jeongyeon merasa bersalah sedikit.

"Penting bagiku. Jeong oppa ... Hikss ..."

"Pulanglah. Tolong, kita sudah selesai. Cintaku padamu sudah hancur Mina."

Mina kembali menangis keras. Hatinya sakit.

"Apa  hikss ... Apa kau menyukai Nayeon?!" Tanya Mina dengan sedikit emosi.

Jeongyeon diam.

"Diam huh?" Decih Mina, "Kau lihat saja apa yang akan aku lakukan pada wanita sialan itu!!" Mina berjalan cepat keluar dan membanting pintu Jeongyeon.

Jeongyeon menghela kasar nafasnya dan duduk dikursi bermaksud mendinginkan pikiran. Namun tidak jadi karena teringat Nayeon.

"Nayeon ..."

Ia mengambil barangnya semua dan berjalan cepat ke parkiran bermaksud menyusul Nayeon ke rumahnya.














Duh 2yeon apa jeongmi nih apa mati aja Jeongnya

Tbc

Orange LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang