Prologue.

436 29 2
                                    


Di dalam mobil yang melaju dengan mantap di tengah gemerlapnya Jakarta dipagi hari, cuaca cerah menambah keindahan perjalanan.

Angin sepoi-sepoi berhembus lembut membelai wajah mereka, menciptakan suasana yang nyaman di dalam kabin.

Ferrel duduk di kursi sebelah paman Gito yang khusyuk menyetir, sementara lagu-lagu favorit pamannya mengalun merdu dari sistem audio mobil, menambah kehangatan suasana di dalam mobil.

Ferrel yang masih asing dengan kota Jakarta memandang ke luar jendela dengan penuh kekaguman. Dia terpesona oleh keindahan kota Jakarta yang gemerlap, dengan gedung-gedung menjulang tinggi di sepanjang jalan.

Keunikan kota Jakarta dan ikonnya seperti Monumen Nasional (Monas) yang menjulang tinggi di tengah kota, serta kepadatan lalu lintas yang menjadi ciri khasnya.

Ya, itu kali pertama Ferrel kejakarta dan Ferrel memang kagum dengan jakarta. Tetapi, tidak dengan situasi disana dengan kondisi udara yang kotor membuat Ferrel mengeluh kepada pamannya.

"Kota dengan gelar daerah istimewa ternyata punya kualitas udara yang buruk juga ya, Paman." Ucap Ferrel

Paman Gito terkekeh, hanya menggelengkan kepalanya sambil fokus menyetir.

"Setelah ini kau harus naik Transjakarta untuk menuju ke kost, paman berdoa supaya kau tidak tersesat." Ucap paman Gito

"Ya, Paman. Ferrel akan berhati-hati" Balas Ferrel













.
.
.
.
.











Tak lama setelah itu, Paman gito melirik kearah Ferrel dengan senyuman tipis lalu mengambil sepotong kertas yaitu kartu namanya lalu memberikannya kepada Ferrel.

"Rel, Paman punya kartu nama." Ucap Paman Gito

Melihat Paman Gito memberikan kartu namanya, Ferrel merasa kaget. Dia tidak menyangka akan menerima sesuatu dari Paman Gito, apalagi sebuah kartu nama.

Dengan tatapan terbuka, Ferrel menerima kartu tersebut dengan penuh keheranan, lalu dengan cepat membacanya untuk melihat apa yang tertulis di dalamnya.

Tangan Ferrel sedikit gemetar saat mengambil kartu tersebut, namun rasa penasaran dan kekagumannya terhadap Paman Gito membuatnya segera mengatasi kekagetannya.

"Wooahh, ferrel iri pada paman. Paman sudah jadi CEO diusia 21 tahun" Ucap Ferrel

"Kini paman seorang bos, berangkatlah lebih pagi." Goda Ferrel

"Eitt, paman bukan lagi seorang bos, tapi seorang raja juga" Balas Paman Gito

"hmm, rajanya para ikan piranha." Balas Ferrel sambil tertawa.

"Paman, bunda sakit pinggang. Dia kesulitan membawa barang." Ucap Ferrel

"Khawatir pada bundamu, tetapi malah pergi ke Jakarta?" Balas paman Gito dengan senyuman tipis.

"Bundamu akan paman jaga, meskipun kami sudah tidak akur semenjak tragedi bubur sumsum kala itu" Ucap Paman Gito

"Bagaimanapun juga bundamu itu adikku, yaaahh.. meskipun dia telah menghabiskan bubur sumsumku dan hanya menyisakan gulanya." Kekeh paman Gito

"Terima kasih, Paman." Balas Ferrel

"Ferrel menghabiskan banyak waktu dalam perjalanan, terima kasih sudah memberiku tumpangan semalam" Ucap Ferrel

"Ferrel meninggalkan bunda dirumah juga karena kaki Kathrina sudah sembuh, gak mungkin Ferrel tinggalkan mereka dalam keadaan yang kurang sehat." Ucap Ferrel

"Yak, Ferrel Letnando. Kau ini keponakanku, keponakan laki laki satu satunya dan yang paling kami banggakan. Itu sudah seharusnya." Balas Paman Gito

"Terima kasih paman, tolong jaga bunda dan Kathrina." Ucap Ferrel dengan senyuman

"Jangan khawatir, krucil." Balas Paman Gito

Mereka berdua terkekeh sambil memainkan tangan mereka yaitu TOS.

"Hei Krucil, andai kau jadi pemain basket hebat atau jadi seorang profesor disini.. jangan lupakan pamanmu ini ya" Ucap paman Gito

"hahahaha tidak akan, paman~" Balas Ferrel.

Sweet Like Caramel's || OS FREFLO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang