𝐁𝐀𝐁 𝐈𝘋𝘪𝘳𝘨𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝐀

114 17 3
                                    

Kebisingan dari luar dapat dirasa kan oleh setiap insan yang menapak kan kaki di bangunan ini. Kekosongan terpancar dari bola mata salah satu siswi, tanpa seseorang di samping nya. Semilir angin melewati muka tanpa ekpresi yang ia buat, tangan nya nyaman berada di bawah dagu nya.

Alana tak memiliki teman berbicara saat ini. Teman sebangku nya tak turun ke sekolah dan berakhir dia terduduk sendiri di kelas, yah apa daya di kelas ini hanya dia dan Klara yang bergendre wanita, selain itu berbatang.

Pria dengan perkiraan telah menginjak kepala tiga tersebut memasuki kelas dan menekan sebuah tombol, suara bising yang membuat semua orang terdiam tanpa sepatah kata. Alana memperbaiki posisi nya menjadi lebih baik agar tak menerima ocehan dari sang guru.

Suara kaca pecah terdengar dari sisi kiri, ya benar seseorang telah memecahkan jendela. Tenang, bukan seorang penjahat atau pencuri yang memecahkan kaca, namun salah satu murid. Pemuda dengan model rambut belah tengah, penutup mata, dan juga jaket terbuka menjadi ciri khas nya.

"Selamat pagi semuanya, jadi hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk. " Pak Yoo tersenyum seperti biasa. Jari jemari nya terletak pada pinggangnya, berucap dengan riang.

Beberapa langakah seseorang terdengar tergesa-gesa menuju ruangan kelas mereka. Setelahnya seorang pemuda bersurai blonde bercorak pink memasuki ruangan dengan nafas terengah-engah.

"Huft, Hai semua kenalin gua Karisma setyaputra, " Karis melirik kesegala arah, menatap dan meresapi setiap murid yang menghirup udara yang sama dengannya. "Kalian bisa panggil gua Karis!, " lanjut Karis

Seakan tak ada yang memperdulikan nya ia hanya menghembuskan nafas kasar dan melirik guru di sebelah nya. Guru tersebut berdehem pelan dan memberikan arahan agar para siswa dan siswi memperhatikan Karis.

Walaupun tak semua tetapi sekarang Karis merasa lebih dihargai karena beberapa orang mulai memperhatikan diri nya. Sang guru menyuruh Karis mendudukkan diri nya di salah bangku yang kosong, ia memilih duduk di sebelah pemuda bersurai hijau yang terlihat muram, entahlah.

"Hai, gua Karis. Lu siapa?, " tanya Karis.

Tak ada jawaban. Hanya kesunyian yang menanti Karis setelah mencoba mengobrol dengan nya. Karis yang kesal sekaligus merasa aneh, ia berusaha mengabaikan hal tersebut.

Suara bell di iringi dengan suara bising dari para murid telah kembali. Ruangan kelas yang pada awalnya ramai menjadi sunyi dan meninggalkan Karis seorang diri. Karis yang murid baru masih tak memiliki teman dan membuat diri nya terduduk sendirian.

Seseorang menarik pintu, membuat pintu tersebut terbuka dengan sedikit kasar. Gadis dengan rambut biru tosca memasuki ruangan dengan buku digenggaman tangannya, buku tersebut terlihat nyaman.

Karis menatap manik tosca milik Alana dengan pikiran tentang mata nya yang indah terlintas pada pikiran nya.

Dengan sigap Karis beranjak dari duduk nya dan perlahan berjalan menuju Alana. Surai blonde milik nya tersapu angin sepoi-sepoi dari luar, yah itu cukup menyegarkan.

"H-hai, mau kenalan ga? Nama lu siapa?, " jujur saja Karis sedikit gugup, ia takut perempuan tersebut tak menjawabnya seperti lelaki bersuari hijau tadi.

Kali ini keberuntungan berpihak pada dirinya, pertanyaan nya di jawab oleh lawan bicara di depan nya. "Gua Alana. " tegas Alana

Bell masuk memotong pembicaraan tak penting dari Alana dan Karis. Mata Karis melirik kesegala arah, ia cukup terkejut melihat inok yang kembali dengan badan penuh darah seperti di pukuli oleh seseorang.

Apa yang terjadi berikutnya di kehidupan Karis?

𝐓𝐡𝐞 𝐒𝐢𝐦𝐮𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐎𝐟 𝐃/𝐏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang