𝐁𝐀𝐁 𝐈𝘋𝘪𝘳𝘨𝘯𝘵𝘳•─#1

99 12 2
                                    

Hari pertama Karis terasa cepat dan melelahkan. Dengan perlahan ia melangkahkan kaki menembus angin kencang yang menyapu rambut blonde milik nya yang berkilau dibawah cahaya rembulan.

Kini bulan tak berada di phase bulan penuh, namun berada di phase bulan sabit. Indah, pikir Karis yang tengah melamun dengan raga dengan jiwa yang tengah melamun menatap rembulan. Ia hanya berdiam diri di parkiran hingga pemuda yang tak asing bagi Karis memarkirkan kendaraan nya.

Karis menoleh pelan kearah belakang. "Ngapain disini? Gembel ya?, " cletuk pemuda bernama Jezra, tetapi ia lebih sering mengenalkan diri sebagai Jeje. Karis yang kesal hanya mengeluarkan decakan kecil dan langkah kasar terdengar.

Keesokannya sang mentari telah tiba menyapa penghuni bumi sejak pagi, menggantikan tugas sang rembulan setiap hari mulai menjadi gelap.

Banyak insan telah terbangun berkat sang mentari, namun seorang pemuda SMA masih tak dapat terbangun hingga alarm mengusik telinganya dan berhasil membangunkan jiwa nya.

Karis terpaksa meninggalkan tempat ternyaman didalam asrama milik nya. Terlihat karis dengan telanjang dada berkaca dan mulai mengagumi dirinya sendiri yang tampan, pikir Karis. Kini tubuh Karis telah di balut oleh beberapa kain.

Dengan pelan nan santai menuju parkiran. Angin pada pagi hari ini terasa lebih dingin dan menusuk kulit di banding beberapa hari kemarin. Beberapa meter dari tempat Karis berdiri terlihat perempuan bersurai biru tosca yang tak asing bagi Karis.

Karis yang bersiap menyapa Alana agar semakin dekat dan bisa menjadi teman. Namun, niat Karis batal setelah Alana yang langsung berangkat tanpa memperdulikan sekitarnya.

'Heh.. Gagal deh buat dapet temen' batin lemas Karis setelah melihat Alana yang langsung tancap gas tanpa menoleh ke kanan maupun kekiri.

Kini diri Karis telah tiba disekolah. Sekolah yang ramai, dengan suara bising siswa siswi yang melemparkan canda tawa satu sama lain. Tak sedikit dari mereka yang berlarian dan mengejar satu sama lain dengan kaki kaki mereka.

Karis yang belum memiliki teman hanya diam saja tanpa berbicara dengan siapapun. Lagi pula mau berbicara siapa jika dia tak punya teman mengobrol.

Saat Karis melangkahkan kaki memasuki ruangan dengan bangku-bangku berjajar dengan beberapa perabotan lainnya, dipojok dua orang terlihat berdiri dengan seorang pemuda terduduk lemas dibawah, luka-luka terpampang jelas pada tubuh pemuda tersebut.

Karis kesal, tak hanya kesal pada dua orang yang melakukan kekerasan tesebut namun juga kesal pada semua orang yang hanya diam mematung seakan tak terjadi apapun. "Woi, lu pada buta ya?!, didepan kalian ada yang di bully kocak. " gerutu Karis. Ekspresi kesal terlihat jelas dari raut wajahnya.

Pukulan melayang kearah kepala salah satu pemuda tersebut. Dengan amarah yang telah berada di ujung kepala dia hampir melancarkan pukulan kedua untuk Jeje. Jika tak ada Alana mungkin sudah terjadi pertengkaran diantara tiga orang tersebut.

"Lu bertiga bisa diem ga?, gua lagi belajar jadi keganggung. " tegur Alana dengan nada tegas dan membentak.

Sontak ketiga pemuda yang bersiap beradu tonjokan seketika menghentikan aksi nya. Terutama Kai, ia menyukai Alana dan tak ingin membuat Alana terganggu. Karis kembali mengeluarkan decakan dan mulai menuntun Inok menuju UKS.

Namun hal yang tak disadari oleh Karis adalah Alana yang terus menatap punggung Karis yang berjalan semakin menjauh, setelah nya Alana berjalan menjauh dari tempat Jeje dan Kai berdiri, menuju sahabatnya yang baru saja tiba.

Tubuh Alana melangkah sedang menuju Klara yang tengah berdiri di sisi sebelah kanan pintu kelas. "Klar, kok kamu baru dateng?, " tanya Alana setelah bertatap muka dengan Klara.

Disisi Karis ia tengah mengobati luka pemuda yang belum ia ketahui nama nya. Kalo boleh jujur luka yang ia alami lumayan parah dan akan infeksi jika tidak segera di obati, untung saja Karis grecep.

'Dia di bully sampai kayak gini tapi ga ada yang peduli? Aneh. ' batin Karis yang merasakan keanehan dari sekolah ini. Untuk saat ini itulah yang ia pikirkan.

Walaupun tak ada keluhan dari pemuda didepannya ia tau dari ekpresi yang ia buat bahwa ia merasa kesakitan. "Kalo sakit lain kali lawan aja tu orang-orang bajingan. " cletuk Karis pada nya

"Gua ga berani.. " suara yang ia hasil kan sangat kecil, walaupun begitu Karis tetap mendengar nya. Hembusan nafas kasar di buat oleh Karis yang membuat Inok merasakan nafas Karis. Untung Karis rajin sikat gigi.

"Ck, emang lu mau di bully terus?, nah udah, yuk balik" ucap Karis sembari berjalan terlebih dulu ketimbang Inok. "Gua Karis. Lu?, " tanya Karis yang di jawab lirih oleh Inok.

"Inok."

Saat mereka tiba didepan pintu kelas, mereka di sambut oleh guru yang sama dengan yang kemarin menyambut Karis saat pertama kali datang menjadi murid baru. Pak yo melontarkan pertanyaan kepada Karis dan Inok mengapa mereka terlambat.

"Karis, Inok kenapa kalian berdua terlambat?, " tanya pak Yo

Karis tak fokus, ia hanya melirik kesatu arah, Alana. Hal tersebut menimbulkan teguran oleh pak Yo

𝐓𝐡𝐞 𝐒𝐢𝐦𝐮𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐎𝐟 𝐃/𝐏Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang