♡ happy reading ♡
⏳️⌛️⏳️
Benjamin menatap tabletnya yang menampilkan grafik saham perusahaan ayahnya yang naik dengan tatapan tajam. Pandangannya beralih menatap seseorang yang telah keluar dari fitting room.
"Ben! Bagus ga?" tanya Kyle, tunangan Benjamin yang kini memakai jas berwarna abu tua, senada dengan dirinya yang telah lebih dulu bertukar pakaian mengenakan jas biru gelap.
Tabletnya diambil alih, diletakkan diatas meja. Benjamin menatap malas Kyle yang mengerucutkan bibir sambil kedua tangannya memegang pinggang.
"Fokus ke aku dulu dong, kamu udah sama aku tapi masih aja fokus ke tablet itu," protes Kyle sambil mendengus dan kemudian mendudukkan dirinya disamping Benjamin.
Benjamin menatap pria itu datar, "You are not going to say sorry to me?"
Kyle memutar bola matanya, "Kenapa harus? Kan ini udah kewajiban kamu sebagai tunangan aku, nemenin aku ke acara penting."
"Tapi lo ngasih taunya mendadak, waktu gue ga selalu kosong buat lo, Kyle," balas Benjamin secara tegas.
Jengah ia rasakan sebab sang ayah ikutan memerintahkan dirinya untuk segera menyusuli Kyle yang berada disebuah butik. Model yang bertubuh semampai ini tampaknya sudah melakukan sesuatu agar sang ayah dapat berpihak kepadanya, mengingat pria tua itu tampak memprioritaskan Benjamin untuk bersama Kyle. Tapi mungkin juga sang ayah menyuruhnya agar ia tidak berlaku yang macam-macam.
"Tapi aku udah bilang sama papa. Katanya kamu free hari ini, jadi bisa nemenin aku ke acara party keluarga aku," ucap Kyle sambil menatap pantulan dirinya dilayar ponselnya.
Benjamin menghela nafas, merasa malas sebab ia harus bertemu dengan teman-teman Kyle yang memiliki profesi model yang diundang untuk ke acara tersebut, terlebih ia juga harus bertemu keluarga Kyle. Benjamin selalu malas untuk mendatangi pertemuan-pertemuan seperti ini.
Banyak orang yang menjilatnya, mengucapkan kata-kata baik dan memuji didepannyan. Benjamin tidak suka hal itu, ia juga lebih tidak suka karena ia harus bersandiwara sebagai tunangan yang baik untuk Kyle demi menjaga reputasi keluarganya.
"Lo pergi sama gue, seharusnya lo ngomong sama gue dulu."
Kyle menghembuskan nafas lalu memeluk lengan Benjamin, menyandarkan kepalanya ke bahu bidang pria yang lebih tua setahun darinya.
"Iya deh, aku minta maaf ya kasih tau kamunya mendadak. Maafin Kyle ya," ucap pria bersurai merah muda itu sambil tersenyum manis.
Benjamin hanya diam, masih merasa sebal sebab waktunya terganggu. Ia menegakkan tubuhnya, membuat Kyle melepaskan tangannya yang melingkar di lengan Benjamin.
Pria berjelaga kelam itu merapikan jasnya, mengambil tabletnya yang terletak di meja dan memberikan kepada Jackson yang baru saja tiba.
Kyle menyapa pria yang baru saja tiba itu, lalu ikutan berdiri dan kembali memeluk lengan Benjamin. Ia mendongak sedikit untuk menatap rahang tajam milik tunangannya dan tersenyum riang.
"Ayo, kita berangkat sekarang,"
Benjamin kemudian melangkahkan kakinya dengan Kyle yang berjalan disampingnya. Ia biarkan pria itu sesukanya melingkarkan tangan dilengannya. Benjamin dapat dengar pria yang lebih pendek setidaknya 5-6 cm darinya ini menyapa beberapa karyawan butik yang sering mereka kunjungi.
"Where's your ring, Ben?" bisik Kyle saat menyadari tidak ada satupun cincin yang digunakan oleh pria itu dijarinya.
"I left it in my car," jawab Benjamin dengan santai, menghiraukan Kyle yang kini melepaskan tangannya dan mulai mengeluarkan tantrumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Powerless | Sungjake
Fanfiction[END] Hazel selalu ingatkan dirinya agar ia tidak berurusan dengan circle elit yang berisi orang-orang terpandang dikampusnya jika ia ingin kehidupan perkuliahannya berjalan dengan tenang. Namun bagaimana jika ia malah terjebak dalam suatu hubungan...