- M A R K -

137 6 0
                                    

.

.

.

"Nona Satoru, ini saya." Terdengar sebuah suara baritone dari balik pintu, membuat sang pemilik kamar yang sudah sangat mengenali suara itupun mengalihkan pandanganya dari taman yang ada di halaman sebelah kamarnya.

"Masuklah." Ucap seorang gadis yang ada dibalik kamar tersebut. Gadis yang dipanggil Satoru itu memiliki rupa yang begitu jelita berpadu dengan manik birunya yang berkilau serta surai putih panjangnya yang digerai. Ia mengenakan gaun tidur tipis senada dengan warna surainya yang membalut tubuh rampingnya.

Mendengar sahutan tersebut, sosok yang berada dibalik pintu itupun menggeser pintu dihadapannya dan kemudian nampaklah seorang pria muda dengan tubuh yang tegap dan dada yang bidang, serta surai gelap panjangnya yang diikat rendah. Tak lupa juga dengan bekas luka yang membentang dari ujung pangkal hidungnya hingga ujung pipinya, namun hal itu tidak dapat mengurangi kadar ketampanan pria itu.

"Kau terlambat." Ucap Satoru pada sosok itu dengan sedikit cemberut lalu menunjuk salah satu zabuton yang ada di ruangan itu setelah sosok itu masuk dan kembali menutup pintu kamarnya, "Duduklah."

Pria itupun menuruti ucapan Satoru untuk duduk di sana.

"Kau tahu, aku pikir kau tidak akan datang malam ini, " Satoru berjalan mendekat kemudian duduk dipangkuan pria itu lalu melingkari kedua tangannya di leher pria itu dan berbisik, " ... dan pergi lagi tanpa izin dariku seperti malam itu, Uta-kun."

Pria yang dipanggil Uta itu hanya terdiam mendengar ucapan Satoru.

Sedangkan Satoru yang melihat Uta hanya diam pun lanjut berkata, "Tapi aku tahu, kau pasti terlambat karena sesuatu, 'kan? Bukankah kau selalu datang tepat waktu?"

"Maaf, saya terlambat, Nona. Persiapan untuk pengangkatan Nona sebagai penerus Shogun selanjutnya masih ada yang perlu saya periksa." Ucap Uta memberitahu alasan keterlambatannya.

"Santai sedikit, Uta. Itu masih seminggu lagi." Satoru mengendikkan bahunya ringan lalu kembali menatap Uta seraya mengelus lembut bekas luka yang ada pada wajah Uta, "Kau terlambat bukan karena sedang bermesraan dengan salah satu pelayan di dapur, 'kan?"

Uta yang mendengar itu memejamkan matanya sejenak dan menarik napas panjang kemudian menatap Satoru dengan dalam sembari berkata, "Anda tahu sendiri saya tidak akan seperti itu."

Satoru pun ikut membalas tatapan Uta dengan dalam, cukup lama manik mereka bersirobok hingga akhirnya ia berkata, "Hmm... yahh, kau benar. Kau tidak akan seperti itu."

Keadaan pun menjadi hening sesaat hingga akhirnya Satoru kembali mengeluarkan suaranya seraya menempelkan pipinya pada dada bidang Uta yang masih terbalut dengan yukata hitam.

"Tapi karena sibuk mengurusi hal itu, kau jadi susah untuk ditemui." Ucap Satoru mengerucutkan bibirnya, "Aku 'kan jadi sangat merindukanmu, Uta. Kau juga merindukanku, 'kan?"

Melihat respon Uta yang hanya diam saja tanpa membalas ucapannya itupun membuat Satoru menengadahkan kepalanya, "Iori Uta. Kau pasti juga sangat merindukanku, 'kan? sampai tidak bisa berkata-kata seperti ini."

Menatap kilau manik biru Satoru yang berkilat tajam kearahnya akhirnya membuat Uta berkata, "Ya. Saya juga merindukan anda, Nona."

Mendengar itu membuat Satoru tersenyum senang dan kembali melingkari lengannya pada leher Uta. Sedangkan Uta hanya terdiam membiarkan Satoru memelukanya.

Tak lama setelah itu Satoru kembali melonggarkan pelukannya lalu menatap Uta seraya menarik kedua ujung sudut bibirnya, "Kenapa kau menatapku seperti itu, hm? Aku tahu kau begitu rindu padaku, tapi tatapanmu membuatku jadi malu."

MARK [ Gojo x Utahime / GojoHime / GoUta Fanfic ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang