Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jezo tersenyum puas, ia menutup ponselnya lalu membayar minuman yang ia beli di minimarket dan kembali pulang. Sepertinya Shena tidak keberatan jika malam ini ia bawa ke jalanan.
"Na? Ganti baju." Shena yang sedang melipat baju kotor untuk dibawa laundry besok langsung nmenoleh ketika Jezo berada di depan pintu kamarnya.
"Ganti baju apa? Emang kenapa baju aku?" tanyanya sambil melihat piyama tidurnya yang berwarna merah muda itu.
Disana Jezo berdecak sembari menyisir rambut hitamnya yang cukup panjang itu, "Keluar, pake baju yang kemaren gue beliin, gue tunggu dibawah." lalu setelah itu Jezo menutup pintu kamar, meninggalkan Shena yang diam.
Oh, sialan sekali.
Dengan malas Shena berjalan kearah lemari dan mengambil sebuah dress hitam ketat yang lumayan pendek, "Orang gila." gerutunya sambil melihat baju yang ada di tangannya.
. . .
Shena turun dari motor Jezo setelah sampai di tempat yang mereka tuju, "Lagi?" tanya gadis itu terheran. Jezo hanya mengangguk dan fokus pada ponselnya, mengabarkan teman dan lawannya jika ia sudah datang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pandangan Shena tertuju pada beberapa motor modifikasi yang sedang dikerumuni beberapa orang. Tidak masalah, ia sering ke tempat seperti ini untuk melihat teman Jezo yang balap liar.
Menurutnya cukup seru, ia bisa mengunyah marsmellow sambil melihat banyak orang menyoraki si pembalap ini.
Seorang lelaki dengan slayer segitiga menutupi setengah wajah menepuk pundak Jezo dan membisikkan sesuatu, "Bawa dulu, gue mau ketemu Rios." ujar Jezo ditengah kebisingan suara motor.
Hingga lelaki itu mengangguk dan membawa Shena yang sedang terdiam karena memikirkan tugasnya yang belum selesai, "Ayo, Na." katanya.
Shena membulatkan matanya kaget ketiga tangannya digandeng dan dipaksa berjalan oleh orang yang tidak dikenal, "Eh kok? Je! Aku mau diapain ini?!" pekik Shena yang kaget karena tiba-tiba dibawa oleh orang tidak jelas.
Lelaki itu membuka slayer yang menutupi wajahnya, "Ini gue, Na." jawabnya pelan.
"Oㅡ oh, bang Mer. Lho? Jezo? Kemana?"
"Nanti juga tau, udah ikut gue dulu aja."
Akhirnya Shena membuntuti Merv hingga sampai ditempat paling depan area balap, ia mengenali wajah-wajah teman Jezo ini. Mereka sedang merokok dan berbincang, entah apa itu.
Idam yang melihat Shena mendekat pun langsung melepas jaketnya dan disampirkan ditubuh si cantik, sebenarnya itu jaket Jezo karena Shena bisa mencium aroma parfumnya.
"Iya, udah coba dulu aja. Misal di lo enak, nih lo hubungin orang ini tar lo dikasih lagi." katanya sembari memberikan sebungkus obat terlarang berbentuk bubuk, itu Zure yang berada disamping Shena entah bersama siapa.
Kurir narkoba adalah Zure, ia bagian pemasaran yang hanya memberikan tester jika ada orang yang berminat ia akan memberikan nomor telpon si pengedar. Hal terpenting adalah uang dan juga backup dari kepolisian.
Tidak ada yang bisa Shena lakukan, ia hanya berdiri bersama teman-teman Jezo. "Ini yang balap siapa, Dam? Bang Juno ya?" tanyanya iseng.
Idam yang merasa terpanggil langsung memberikan atensi pada Shena, ia mendekatkan telinganya sedikit pada si gadis. "Oh, engga. Cowo lo yang balap, bang Juno mah godain kimcil tuh." jawab Idam sembari menunjuk Juno tiga meter disampingnya sedang bersama gadis-gadis berpakaian minim.
"Lho?" Shena memasang wajah kaget.
"Ya semoga aja menang, kalau nggak menang Jezo ilang motor satu yang baru dibeliin bokapnya." tambah Riko yang datang dengan sebotol kecil minuman penambah energi.
Shena terkekeh kecil, "Bisa beli lagi dia." responnya menimpali Riko. Jezo adalah anak orang kaya walaupun hobinya mengambil uang di atm Shena karena uang saku dari orang tuanya lenyap untuk judi online.
"Kok lo nggak panik, kak?" tanya Zaki yang muncul dari samping tubuh Idam.
Hey, apa yang harus Shena khawatirkan? Jezo tahu apa yang harus ia lakukan malam ini. Shena tersenyjm, "Panik apa? Ngapain panik? Jezo kan biasa balap?"
Merv yang daritadi hanya menyimak akhirnya buka suara, "Sebenernya yang dijadiin bahan taruhan Jezo bukan motornya aja, Na. Duh, gimana ya? Lo termasuk ke bahan taruhannya." jelasnya.
Seyum Shena mendadak pudar, dasar bajingan gila batinnya menghujat Jezo. "Brengsek." gumam Shena yang kehabisan kata-kata. Gadis itu sempat curiga jika pacarnya menjual otak untuk melunasi pinjaman onlinenya bulan ini.