Chapter 1 (Service Club?)

252 24 10
                                    

"Jelaskan semua ini, Uzumaki!" Suara feminim itu terdengar menuntut, kekesalan juga turut menyertai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jelaskan semua ini, Uzumaki!" Suara feminim itu terdengar menuntut, kekesalan juga turut menyertai.

"Apa?" Hanya itu tanggapan yang ia dapat, suaranya terdengar monoton. Sepasang mata biru shappire menatap kosong ke arahnya.

"Aku menyuruhmu menulis esai untuk mengenang kembali kehidupan SMA-mu!" Pemilik suara itu adalah seorang guru wanita dengan paras yang cukup cantik. Usianya berkisar antara 25-27 tahun, rambutnya berwarna coklat tergerai panjang, wajahnya agak tirus, pakaian yang dikenakan adalah celana hitam panjang, kemeja putih, jas hitam tanpa lengan, serta jas lab putih panjang yang menutupi tubuhnya.

"Dan apa yang salah dengan itu, Hiratsuka-Sensei?" Lagi-lagi suaranya monoton, tanpa menatap wajahnya Hiratsuka tetap tahu, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun yang berarti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dan apa yang salah dengan itu, Hiratsuka-Sensei?" Lagi-lagi suaranya monoton, tanpa menatap wajahnya Hiratsuka tetap tahu, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun yang berarti.

"Kamu masih berani bertanya? Lihat ini!" Hiratsuka dalam duduknya menunjukkan selembar kertas kosong kepada siswa jangkung yang berdiri di depannya. "Kenapa kamu tak menulis apapun, Uzumaki Naruto?!" Guru wanita itu hampir berteriak, kejengkelan dan kekesalan tercampur aduk menjadi satu suara.

"Karena itu adalah kehidupan sekolah-ku." Naruto hanya mengangkat bahu, seolah-olah itu bukan lah hal yang penting.

"Kertas kosong itu lebih dari cukup untuk menggambarkan semuanya." Lanjutnya, ekspresi wajahnya tetap tabah.

"Kertas kosong? Kehidupan-mu? Oh, betapa ironisnya hidupmu, Uzumaki~" Guru wanita itu mencibir.

Yang dilakukan Naruto hanya diam, keheningan kemudian menyelimuti ruangan tersebut. Shizuka terus memperhatikan detail sekecil apapun dari siswa di depannya. Menghela nafas dalam diam, Naruto kemudian menatap wajah sang guru.

"Saya mengira anda adalah guru bahasa Jepang modern, jadi saya merasa anda sepenuhnya mengerti apa maksud 'kertas kosong' itu dengan kehidupan saya." Suaranya hampir terasa hampa, namun Shizuka dapat dengan jelas mendengar sarkasme yang terselip dalam kalimat panjang tersebut.

"Apa kamu mencoba memancing amarah Sensei-mu?!" Hiratsuka menggeram, dia berusaha semaksimal mungkin mengendalikan emosinya. Menghela nafas cukup panjang... Setelah beberapa saat dia menjadi cukup tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DisabledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang