"Nanti kan bisa beli lagi," kata Chenle. Dia tidak sengaja merusak gelang pemberian dari Haechan.
"Beli lagi? Beli katamu?" Haechan menatap Chenle dengan mata yang berkaca-kaca, "Kamu nggak tau berapa lama aku bikin gelang itu buat kamu?" suaranya bergetar mau menangis.
"Kamu bikin sendiri?" Chenle sekarang mengalihkan pandangannya ke Haechan.
Haechan menepis tangan Chenle, "Iya. But you don't seem to care."
Sebenarnya bukan pertama kali Chenle membuang atau menghilangkan barang pemberian Haechan, tapi gelang itu, gelang yang ia buat sendiri untuk kekasihnya, dibuang sembarangan tanpa pernah berpikir effort apa yang Haechan lakukan, menjadi titik balik hubungannya.
Haechan menatap Chenle dengan kesedihan yang mendalam, dengan suara yang penuh dengan kekecewaan, "Chenle, kamu bener cinta aku? Kamu sayang aku kan?"
Yang dijawab anggukan oleh yang lebih muda.
"Kalau kamu benar-benar cinta sama aku, aku mau kita putus." Haechan tidak membendung air matanya, berat memang rasanya, tapi ia juga tidak bisa terus terusan menjalani hubungan seperti ini. Untuk apa mempunyai pasangan yang tidak bisa mengerti dirinya?
Grep
Chenle menggenggam tangan Haechan yang berusaha pergi dari sana, "I love you! Tapi aku nggak mau kita putus!" jelasnya
Chenle kaget dengan keputusan Haechan. Dengan cepat, ia mencoba menjelaskan, "Haechan, aku... aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tahu aku salah. Tapi sumpah, aku mencintaimu lebih dari apa pun di dunia ini. Aku akan berubah, aku janji. Tolong berikan aku kesempatan,"
Tetapi Haechan hanya menatapnya dengan ekspresi yang dingin, lalu pergi jauh meninggalkan Chenle dibelakang. Hatinya sudah terluka terlalu dalam untuk mendengarkan penjelasan apapun dari Chenle.
Chenle terduduk lemas di tanah, rasa frustrasi menggerogoti dirinya. Air mata mengalir deras di pipinya, membasahi layar handphonenya, "Haechan..." bisiknya lirih.
Dengan tangan gemetar, dia mengambil handphonenya dan membukanya. Foto Haechan terpampang di layarnya, membuat hatinya semakin sakit.
Dia membanting handphonenya ke tanah dengan keras, pecahnya layar terdengar bagaikan teriakan hatinya yang terluka. Rambutnya yang panjang dia acak-acak dengan kasar, rasa frustrasi dan penyesalan bercampur aduk dalam dirinya.
Dia teringat semua kenangan indahnya bersama Haechan. Tawa mereka, candaan mereka, ciuman mereka. Rasanya seperti mimpi yang indah yang kini telah musnah.
Dengan langkah yang gontai ia berjalan ke parkiran yang sudah sepi, Chenle merasa gelisah. Dengan tangan gemetar, ia memencet layar di dasbor dan menekan nomor orang suruhannya dengan cepat. "Awasi setiap langkah Haechan. Laporkan setiap gerakannya padaku. Segera," desisnya dengan nada seriusk
Saat sambungan terputus, Chenle menatap keluar jendela dengan mata yang memancarkan keputusasaan dan ketegangan. Setiap detik terasa seperti beban yang semakin berat, dan ia merasakan adrenalin mengalir di tubuhnya, siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi
Dengan kekecewaan yang memuncak, Chenle merasa dorongan untuk melampiaskan emosinya. Tanpa ragu, ia menjerit frustasi sambil memukul setir mobil dengan penuh kemarahan, "Fuck fuck fuck FUCK!!"
Ia lalu menancap gas dengan kasar, mobil meluncur dengan kecepatan tinggi meninggalkan jejak asap di belakangnya. Ia telah memutuskan untuk mengejar pacarnya lagi, tidak peduli kalau Haechan suka atau tidak.
***
Setelah kejadian beberapa minggu yang lalu, Haechan benar-benar putus kontak dengan Chenle. Ia memblokir semua nomor dan akun sosial media milik mantannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haechan Harem
Fanfictionshorts or oneshots of Haechan Harem Warn: BxB, R13+. Warning lebih lanjut silahkan baca chapternya yaaa~ [tolong di skip yaaa kalau nggak suka, jangan di report huhu] © All Rights Reserved noougout