Not Getting Better.

53 24 0
                                    

Sabtu malam ini harusnya diawali dengan mood yang bagus, tetapi perasaan seorang Iranda Dianne Geraldine, atau lebih tepatnya dipanggil Dee, justru sebaliknya. Sebab pacarnya, Naren, tidak kunjung membalas pesan Dee dengan waktu yang singkat. jika dihitung hari, mungkin hampir seminggu Naren tidak menghubungi Dee. Kini Dee sedang melamun di bangku alun-alun kota Magelang dengan rambut yang dikuncir kuda, memakai hoodie oversize berwarna merah maroon dan celana training hitam bergaris putih. Kedua tangannya dilipat di depan dada dengan wajah yang murung melihat ke bawah. Ia memikirkan Naren, selalu. Suasana malam di alun-alun mengingatkannya akan kenangan-kenangan hangat yang dilalui bersama pacarnya, Dee selalu mengajak Naren berjalan-jalan disini. Ia sangat menyukai tempat dan suasana alun-alun, namun Naren tidak begitu, Naren lebih menyukai tempat seperti restoran atau tempat kencan yang mahal dan mewah daripada tempat umum yang tak perlu membayar mahal untuk masuk. Tapi, hanya saja karena kemauan gadis yang dia cintai, dia akan mengiyakan demi sang kekasih. Dee bukannya tidak menyukai hal yang Naren suka. Namun, Dee lebih senang menghabiskan waktu dengan bercerita, mendengarkan musik bersama, dan hal-hal yang tidak harus mengeluarkan uang untuk mendatangkan kenangan. sebab cinta tidak memerlukan uang, tapi waktu luang. Bukan yang seperti ini, Naren sibuk dengan urusannya disana, entah sesibuk apa sampai tak kunjung membalas pesan Dee, bahkan telepon pun tak digubris olehnya. Dee tidak menyadari matanya sudah berkaca-kaca, ia terlalu dalam dengan pikirannya. kepalanya berat, seperti ditimpa batu yang besar. Dee hampir lupa bahwa di sekitarnya ramai orang berlalu lalang, ada yang pulang setelah bekerja, kumpulan-kumpulan pemuda, dan ibu bersama anaknya. sanking terlarut dalam pikirannya, ia hanya mendengar suara klakson-klakson mobil yang bersahutan satu sama lain, tidak dengan suara bising dari orang-orang di sekitarnya. Ia baru menyadari ketika air matanya mulai mengalir melalui pipinya, dan dengan cepat langsung mengusap seluruh air mata yang keluar. mengapa sampai seperti itu? sebab Dee dan Naren sudah menjalani hubungan 2 tahun lamanya, dan tidak hanya sekali Naren bersikap seperti ini semenjak mereka terpaksa mengalami long distance relationship atau singkatannya, LDR. Naren harus pindah rumah di Jakarta untuk sementara, karena ayahnya mempunyai hal penting yang harus diselesaikan disana, dan Naren diminta ikut, Naren tidak bisa melawan perintah ayahnya. Jika Dee ditanya ia lelah atau tidak, jawabannya, sangat. Namun, Dee tidak ingin memutus hubungan dengan Naren. Karena cinta, sudah pasti tak rela. Dee memutuskan untuk pulang karena angin malam kini berhembus kencang, membuat tubuhnya menggigil.




Apartemen Dee yang sebelumnya gelap, kini tidak lagi, cahaya matahari menyapa dengan lembut, menandakan datangnya pagi hari. Dee yang matanya sembab sejak semalaman menangis, terbangun karena suara notif yang berulang-ulang dan berisik dari handphonenya, ia meringis dan segera mengambil benda tipis berbentuk persegi panjang berwarna hitam di atas nakas yang sedari tadi tiada hentinya berbunyi. Di layar itu menampilkan beberapa pesan dari grup pertemanannya, dimana anggotanya adalah Dee, Mela, Adel, dan Gita. Sekumpulan manusia penggemar fun-tasthreec band, Terkecuali Dee, ia asing dengan band itu. Fun-tasthreec Band belakangan ini sedang naik daun karena lagu barunya disukai oleh banyak orang, lagunya yang meluas di banyaknya sosial media membuat mereka diundang ke acara TV. Teman-teman Dee bukan penggemar baru hanya karena lagu mereka yang tenar tahun ini, melainkan penggemar lama Fun-tasthreec Band. Bahkan sejak awal berdirinya band tersebut, mereka sudah menjadi penggemar yang suportif. Dee kebingungan dengan pesan temannya yang heboh seperti kemalingan, memilih untuk membacanya daripada kembali tidur.

Dee menaikkan alisnya saat membaca pesan dari Adel,"Lah Ini kan tempat konsernya Dewa 19 bulan Januari kemaren? Tapi gue lagi nabung buat beli lemari baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dee menaikkan alisnya saat membaca pesan dari Adel,
"Lah Ini kan tempat konsernya Dewa 19 bulan Januari kemaren? Tapi gue lagi nabung buat beli lemari baru. nonton nggak ya..."
sejenak Dee memikirkan keputusannya seraya menatap langit langit kamar dengan jarinya yang menopang dagu, dan hasil dari keputusannya adalah menonton. Dia memilih untuk menonton sebab dia ingin melupakan hubungannya yang rumit sejenak, memberi ruang pada pikirannya untuk istirahat.

                                   ✤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Emang konsernya tanggal berapa, Del?" Tanya Dee sambil menyeruput ice coffee nya yang ia pesan. Mereka berempat di minggu siang ini sedang duduk manis di cafe yang tak jauh dari rumah masing-masing. Setiap akhir pekan, mereka selalu ada di MavloCafe, sampai-sampai akrab dengan beberapa pelayan disana. "emm, gue lupa. coba lo cek di instagram deh." Jawab Adel sembari mengunyah kentang goreng yang baru saja dipesan, menonton Mela dan Gita yang asik bermain tak jauh darinya. Mela dan Gita sedang sibuk bermain kartu uno yang disediakan, hingga tak mendengar percakapan Dee dengan Adel. "UNO GAME!" Baru saja Dee mau membuka handphone nya untuk mampir ke instagram Fun-tasthreec Band, ia dan Adel, tak lain juga Mela, dikagetkan dengan teriakan Gita. "yahh kalah deh, ah lo curang masa kartunya plus semua sih. Ulang-ulang!" Mela berlagak tak terima dan mendengus kesal. "Iiih, Git, jangan teriak-teriak, ini cafe. Gua jitak juga mulut lo." geram Dee menghampiri Gita yang duduk di sebelah Adel, bukannya menjitak, malah menggelitiki. Memang bagaimana juga caranya menjitak mulut? "AHAHA, iya iya, stop anjir, geli! ampun, minta maaaap!" Yang lain hanya bisa tertawa melihat keduanya.

This Weird Band-boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang