cuplikan

759 50 1
                                    


"Bapak nggak bisa jodohin Fatma dengan pria yang sudah mempunyai istri, itu namanya Fatma jadi istri kedua. Fatma nggak mau."

Ucapanku yang sejak tadi sudah ingin aku ungkapkan sejak aku duduk di sofa warna biru ini, kini membuat bapak menatapku dengan penuh kebencian.

"Enak saja kamu ngomong, memangnya kamu berhak menolak? Jangan lancang kamu ya. Selama ini yang biayain kuliah kamu, biayain adik-adik kamu sekolah dan beliin kamu rumah itu siapa? Ibu kamu nggak bisa apa-apa dan semua bapak yang nanggung. Sekarang saatnya kamu bayar semua uang yang udah bapak keluarkan buat keluarga ini."

Hatiku merepih mendengar ini semua. Aku tidak punya daya untuk menolak lagi, karena apa yang diucapkan bapak itu benar adanya.

Bapak adalah penolong kami. Saat itu, aku, ibu dan dua adikku yang masih kecil-kecil terlunta-lunta karena diusir oleh pemilik kontrakan. Ibu menunggak bayar sewa rumah selama satu tahun, dan tidak bisa membayarnya.

Saat itu Bapak datang laksana pahlawan bagi kami. Beliau menikahi ibu dengan dalih mencintai ibu. Ya, ibuku adalah wanita cantik meski usianya sudah tidak muda lagi. Sayang kecantikan itu, berbanding terbalik dengan nasib ibu. Dahulu, ibu kawin lari dengan kekasihnya yang tidak disetujui oleh keluarga. Lalu lahirlah aku dan kedua adikku, saat adikku yang paling kecil, Nina baru berusia 6 bulan, ayah kandung kami meninggal dunia. Dan sejak itu, ibu menjadi wanita yang harus menghidupi 3 anaknya.Aku juga belum bisa membantu ibu karena aku baru duduk di bangku sekolah. Lalu datanglah bapak yang menolong kami.

Aku pikir, bapak memang tulus, karena selama bertahun-tahun ini kehidupan kami hampir dikatakan sempurna. Kami hidup berkecukupan, bapak memang menerima anak-anak ibu dan menyayanginya. Aku dikuliahkan sampai lulus.

Lalu tragedy itu terjadi, ibu meninggal karena kecelakaan, dan naasnya beliau meninggal di dalam mobil seorang pria yang dicuriga bapak sebagai kekasih ibu.

Maka, di tengah kesedihan kehilangan ibu, dan juga kebenciannya karena dia dikhianati, Bapak menjadi murka dan yang terkena imbasnya adalah aku.

Kedua adikku sudah ada di pesantren selama ini sehingga mereka luput dari amarah bapak. Aku yang harus bertanggung jawab dan membayar hutang budi ini.

Aku harus menikah dengan pria yang sudah dipilihkan bapak. Dan alangkah terkejutnya karena pria itu ternyata sudah mempunyai suami.

"Pak, maaf kalau selama ini, Fatma belum bisa membalas semua jasa bapak kepada kami. Tapi Fatma sudah bekerja dan akan menabung setelahnya..."

"Persetan dengan uangmu, Bapak hanya ingin melihat kamu menderita. Sebagai ganti pengkhianatan ibumu yang sekarang mungkin sudah membusuk di neraka."

"Astagfirullah."

Aku beristigfar mendengar ucapan bapak. Beliau memang sudah sangat sakit hati dengan ibu tapi aku tidak percaya kalau ibu mempunyai selingkuhan, karena setahuku, ibu sangat mencintai bapak.

"Besok, kamu harus menikah dengan anaknya Tuan Raharjo, pemilik tanah dan perkebunan ini. Jangan buat ulah kalau nggak mau aku menjodohkan adik-adik kamu."

Tentu saja aku terkejut karena mendengar bapak sudah menyenggol nama kedua adikku.

"Pak, Fatma terima perjodohan ini, tapi tolong jangan usik adik-adik. Mereka tidak tahu apa-apa."

Aku mengucapkan itu dengan lirih dan bapak tersenyum sinis.

"Bagus kalau kamu sadar, karena kamu tidak bisa melakukan apapun lagi selain menikah dengannya."

Dan tangisku langsung pecah begitu bapak pergi meninggalkanku. Kenapa nasibku begitu buruk? Aku harus menikah dengan pria yang sudah mempunyai istri, tanpa cinta dan tanpa mengenal terlebih dahulu.

SUDAH READY DI KARYAKARSA YA 10RB 

ADA PROMO DI WA 50 RIBU DAPAT 8 YA CUZZ 

ISTRI CADANGANWhere stories live. Discover now