1.

12 3 0
                                    

Hujan deras telah mengguyur bagian pinggir kota beberapa saat yang lalu, kebanyakan orang tentu segera bersiap untuk pulang dan menghangatkan dirinya masing masing dengan keluarga tercinta.

Berbeda dengan Ten, anak laki laki yang baru berumur 4 tahun itu berlari dengan tertatih menerobos hujan, badannya menggigil tapi sebisa mungkin ia tahan dan tetap berlari menjauhi rumah yang ia tempati sebelumnya.

Ten tak punya tujuan, ia sudah melakukan pelarian seperti ini dalam kurun waktu tiga kali matahari terbenam, dan semuanya belum membuahkan tempat perlindungan yang layak.

Beberapa hari kemarin ia kerap kali ikut beristirahat di depan toko toko yang sudah tutup, beberapa mengasihani dan memeberinya makan, beberapa tak segan untuk mengusir bahkan menyiksanya.

Pemilik toko terakhir termasuk yang tidak menyukainya bahkan memanggil preman jalanan untuk membawa Ten pergi dan menjualnya, maka dari itu ia melarikan diri.

Nafasnya tersengal-sengal, kepalanya pening ia sudah cukup lelah berlari. Saat memutuskan untuk menyerah, matanya menangkap bangunan asri di sebrang jalan yang bersinar terang, mengikuti instingnya, Ten bergegas menyebrang dan masuk ke dalam pekarangan, melihat sekeliling dan mendapati pojok rumah yang bisa ia gunakan untuk beteduh sebentar, Ten berharap orang yang memiliki rumah ini tidak keberatan.

•••

"Ibu, beberapa mainan masih ada diluar, aku akan mengambilnya sebentar" Suara seorang anak laki-laki terdengar diantara suara anak anak yang lain,

"Diluar masih hujan Johnny, besok pagi saja kau mengambilnya ya? Atau biarkan Kan Giz mengambilnya?" Perempuan paruh baya yang dipanggil Ibu itu melihat khawatir

"Tidak bisa, mainan Fey ada disana, Kak Giz juga sedang membantu yang lain, hanya sebentar dan aku akan memakai payung"

Tahu bahwa anak itu tidak bisa dilawan, maka Ibu menganggukan kepalanya, membiarkan Johnny untuk keluar dan mengambil beberapa mainan.

Hujan cukup deras, Johnny dengan payung miliknya bergegas mengambil mainan yang berserakan diluar, hendak kembali saat mendengar suara tangisan dan nafas yang tidak teratur.

Dirinya ketakutan, tapi Ibu selalu mengajarinya untuk menjadi berani, maka dengan tarikan nafas, ia mendekati asal suara dan terkejut menemukan anak kecil yang basah kuyup.

"Halo! Apa kau tidak apa-apa? Siapa namamu?"

Anak itu mendongak memperlihatkan pucat wajahnya, kemudian bergumam pelan, menjawab pertanyaan dengan suara lirih,

"Ten, namaku Ten"

•••

"Ibu! Bisa tolong kesini? Aku membutuhkan bantuanmu!"

Suara teriakan Johnny terdengar, sang Ibu bersama salah satu anak yang lebih besar mendekati pintu, hanya untuk menemukan Johnny dan seorang anak yang lebih kecil basah kuyup.

"Ya Tuhan Johnny, siapa ini? Kak De tolong bawa Johnny untuk mandikan dengan air hangat, Ibu akan membantu yang satunya"

"Namanya Ten, Ibu"

Ibu mengangguk mendengar Johnny dan kemudian mereka berpisah dengan Ibu yang mengurusi Ten juga Johnny yang mandi air hangat.

•••

"Ten tidur bersama Ibu saja ya? Kasurnya harus dibersihkan dulu"

Sekarang sudah waktunya tidur, setelah memebersihkan diri, tadi Ten diberi makan malam dan obat, tapi Ibu baru ingat jika kasur sisa sudah lama tidak dipakai, jadi ia tidak bisa memberikannya pada Ten.

"Ten dengan Johnny saja bagaimana? Kita tidur bersama anak yang lain, jadi tidak menggangu istirahat Ibu"

Johnny dan pemikiran dewasanya kerap kali buat Ibu terpukau, "Apa tidak apa-apa Ten? Ibu juga tidak akan keberatan jika Ten tetap ingin bersama Ibu"

Ten bimbang, walaupun ia tahu Ibu begitu baik, tapi dirinya tidak merasa dekat, lagipula ia merasa ucapan Johnny benar.

"J-Johnny"

Ibu melihat ke arah Johnny memastikan ia baik baik saja dengan hal itu, dan tentu Johnny mengangguk semangat pertanda tidak apa apa.

Johnny menggelar kasur lipat miliknya dan membersihkan dulu sebelum menarik Ten untuk tidur disebelahnya,

"Nah, Ten bisa tidur sekarang selamat malam"

Mengecek seluruh anak telah berada di tempat tidur masing-masing, Ibu mengucap selamat malam dan mematikan lampu.

Ten memerhatikan sekeliling, kamar itu tidak besar. Hanya saja cukup luas untuk ditempati 20 anak untuk tidur, Ten mengetahui ini dari Johnny. Ia sebisa mungkin untuk memejamkan matanya, tapi karena begitu sunyi Tem malah teringat dengan masa lalu yang menghantuinya.

•••

Gelap gulita, begitu keadaan ruangan tempatnya tidur di rumah ini. Orangtuanya merupakan pecandu minuman keras dan obat-obatan, juga perjudian.

Kerap kali jika keduanya dalam mood yang tidak baik, mereka menjadikannya objek untuk pelampiasan, Ten sudah sangat terbiasa maka dari itu ia hanya bertahan sebisanya,

Hingga satu waktu sekumpulan preman datang ke rumah kumuh milik mereka, tentu sudah jelas bahwa orangtuanya kembali meminjam tapi tidak bisa membayar, Ten begitu ketakutan melihat orangtuanya dipukuli oleh orang-orang berbadan besar, ia menyembunyikan tubuhnya sekecil mungkin, berusaha agar tidak terlihat.

"AKU AKAN MENYERAHKAN ANAKKU! APA ITU CUKUP?"

Itu suara ayahnya, Ten tersentak kaget, apa ayah akan menyerahkannya?

Suara tawa terdengar sinis dari ketua preman, "lalu dimana anak mu itu? aku akan membawa kalian berdua jika tidak bisa menemukannya"

Para preman itu diperintahkan untuk mencari ke segala sudut dirumahnya, Ten yang bersembunyi di dekat pintu belakang bisa merasakan ketakutan yang begitu besar, ia memerhatikan dengan hati hati, saat dirasa lengah ia lalu berlari keluar melewati pintu belakang,

Para preman mengetahui hal itu dan mengejarnya, beruntung Ten begitu kecil dan gesit, juga hujan deras membantunya untuk melarikan diri, berusaha menjauh tanpa tahu kemana tujuannya.

•••

"Ten, tidak bisa tidur?"

Johnny mengagetkan Ten dengan bisikan pertanyaannya, Ten membalikkan badan ke arah Johnny dan mengangguk,

"mau aku peluk? Kak De suka memelukku jika aku tidak bisa tidur"

Tanpa persetujuan, lengan kecil milik Johnny menarik tubuh Ten mendekat dan memeluknya, ia menepuk-nepuk pelan punggung Ten mencoba membuatnya nyaman seperti dulu Kak De.

"atau Ten mau mendengar aku bernyanyi? aku yakin kau dapat langsung tidur"

Ten menganggukan kepalanya, sebenarnya pelukan Johnny saja sudah membuat dirinya lebih tenang, tapi apa salahnya membiarkan Johnny mencoba.

"bintang kecil di langit yang biru..."

Suara Johnny memang tidak bagus, tapi nyanyian bintang kecil itu benar-benar buat Ten tertidur lebih cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fate | Johnten NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang