Lagi-lagi si tua Jenkins mengeluh karena tidak bisa tidur. Wanita tujuh puluh enam tahun yang gemar menggerutu itu, seperti sedang merasakan mati rasa di sekujur tubuhnya. Ia menarik selimutnya tinggi-tinggi untuk menutupi badan. Terdengar gigi si tua Jenkins saling bergemeretak satu sama lain. Tidak henti-hentinya ia mengomeli salju yang kian lebat turun di akhir Desember ini. Terkadang juga terdengar umpatan dalam kutukannya. Khas sekali seperti yang selalu ia lakukan saat membenci sesuatu.
Stephanie yang melihat hal itu hanya bisa mendengus kesal. Ia sebetulnya sudah tidak tahan dengan kelakuan si tua Jenkins beberapa tahun belakangan. Di usianya yang makin lanjut, si tua Jenkins makin sering marah-marah. Bahkan ke semua hal, yang menurut Stephanie tak layak untuk menerima umpatannya. Seperti saat ia memaki Collins Weaver saat tidak sengaja melempar bola salju ke jendela kamar. Bocah sepuluh tahun itu pulang sambil menjerit ketakutan. Namun apa boleh buat, hanya beliau keluarga yang Stephanie miliki sekarang.
“Ada apa Oma?” tanya Stephanie ketika masuk ke kamar,
“Kau buta? Aku kedinginan Stephanie!” jawab si tua Jenkins dengan kasar.
“Lalu apa yang harus kulakukan?” Stephanie berusaha menghiburnya dengan memijat kaki sang nenek.
“Eggnog! Buatkan aku Eggnog!”
Stephanie memandang ke luar lewat jendela, badai salju sudah turun sejak pagi tadi. Kecepatannya bisa mencapai 60 mil, semua orang pun sudah dilarang untuk keluar rumah.
“Badai sedang ganas Oma, aku tidak bisa keluar.” Stephanie agaknya sulit mengabulkan keinginan sang nenek. Eggnog kesukaan si tua Jenkins adalah Eggnog tradisional yang berisi campuran kuning telur, susu, krim, rempah-rempah dan ditambah Brandy. Untuk bahan yang terakhir itulah Stephanie sulit mengabulkannya.
Si tua Jenkins mengidap diabetes, sudah lama ia menderita perihal penyakit ini. Stephanie sering berkonsultasi dengan dokter langganan mereka. Salah satu pantangan si tua Jenkins adalah alkohol dan segala hal yang manis. Kombinasi sempurna Brandy dan Eggnog yang terlalu sering akan membuatnya terkapar. Namun hanya itu yang selama ini mampu membantunya terlelap.
“Hell! Aku tak peduli Stephanie! Cepat bawakan aku Eggnog!” Si tua Jenkins mengibaskan kakinya agar Stephanie segera menuruti kemauannya.
Stephanie hanya bisa pasrah menerima semua amarah itu. Ia terpaksa kembali lagi menuruti kemauan sang nenek. Jika tidak, bisa sampai esok hari si tua Jenkins menggerutu. Ia mengambil jaket di belakang pintu kamarnya, lalu mengambil kunci mobil dan segera keluar. Badai langsung menghujam kulit pipi Stephanie, tajam sekali bagaikan pisau yang baru diasah. Perempuan itu harus berjalan secara perlahan, tumpukan salju setinggi dua kaki sudah menyambutnya.
Ia langsung melompat ke mobil Chevrolet usang milik si tua Jenkins. Walau sama-sama usang tapi mobil ini lebih bisa diandalkan daripada yang punya. Perjalanan dari rumah mereka di kaki bukit Kamas, Utah, ke toko liquor terdekat biasa ditempuh selama 30 menit. Stephanie mengemudi dengan hati-hati, ia melihat kanan kiri jalan kota terang benderang. Lampu-lampu Natal sudah menghiasi, hanya badai yang membuat suasana menjadi sepi.
Sesampainya di toko liquor, Stephanie segera memilih Brandy favorit si tua Jenkins. Beliau suka Brandy khususnya Cognac. Dan mereknya pun tidak boleh sembarangan, beliau tak mau merek E & J Gallo. Minimal merek Courvoisier seharga 28 Dollar . Setelah selesai membayar, Stephanie cepat-cepat pulang. Ia menyalakan mobil dan tiba-tiba saluran radio mewartakan sebuah peristiwa.
“Dikabarkan baru saja terjadi longsor salju di kawasan bukit Kamas, Utah, akibatnya sebuah rumah yang ada di area tersebut tertimbun.” Jelas sang pembawa berita,
“Belum ada kejelasan tentang nasib para penghuninya, kru penyelamat sedang bergerak ke sana.”
Stephanie tertegun mendengar berita tersebut, ia mulai terisak,
“Selamat Natal dan selamat tidur lelap Oma Jenkins.”
-Tamat-
KAMU SEDANG MEMBACA
SI TUA JENKINS INGIN TIDUR
Short StorySi Tua Jenkins kembali tidak bisa tidur, di malam Natal yang sunyi ini ia menggerutu sambil mengutuk salju yang turun. Sang cucu hanya bisa mendengus kesal melihat kelakuannya, ia tahu bahwa hanya minuman Eggnog yang bisa menenangkan Si Tua Jenkins...