Selamat membaca~
***
"Bian !!!" Teriak Herry mengagetkan murid di sekolah.
"Gimana keadaan Lu? Udah mendingan ? "
"Herry ?" Bian menatap sahabatnya itu dengan sangat serius.
"Kenapa ? Tatapan lu bikin gue jijik !"
"Lu sebenarnya cewek ? " Pertanyaan itu sungguh membingungkan Herry, di lihat dari ekspresi wajahnya.
"Maksud lu ?"
"Suara Lu kek cewek!" Bian menjitak kepalanya Herry pelan tapi berhasil membuat Hery kesakitan.
"Dari lahir suara gue kek gini! Lagian kenapa lu baru nyadar "
"Karen itu, jangan sesekali lu teriak ! Paham !"
"Iya"
"Ya udah ayok ke kelas !" Ajak Bian.
****
"Apa !!"
"..."
"Oke! Gue kesana sekarang. "
Sagara mematikan ponselnya kemudian berlari ke parkiran. Tanpa berpikir panjang Sagara melajukan mobilnya, dan berhenti tepat di depan gerbang sekolah.
"Pak, saya sudah ijin, tolong buka gerbangnya. " titah Sagara yang langsung di turuti.
Sebenarnya Sagara bohong tentang apa yang di katakan nya tadi, dia hanya malas manjat tembok, lagi pula Sagara harus cepat-cepat pergi ke rumah temannya yang di kabarkan meninggal dunia.
Setelah cukup lama, sekitar 25 menit Sagara sampai di rumah duka.
Sagara melihat Bara, dan Candra, kemudian menghampiri mereka.
"Ga ?" Ucap Candra pilu.
"Kita kehilangan Didit. "
"Siapa ?" Tanya Sagara.
"Kita gak tau, dalang di balik pengeroyokan ini Ga" jawab bara.
Sagara diam dengan wajah datarnya, tidak lupa dia memberi salam kepada keluarga yang di tinggalkan.
Didit teman Sagara yang beda sekolah, mereka sering nongkrong bareng dikala bosan dengan sekolah.
Tapi sekarang, didit sudah gak ada, Didit meninggal karena aksi pengeroyokan yang belum di pastikan penyebab dan pelakunya.
Keluarga Didit merasa terpukul dan Sedih atas kepergian anak semata wayangnya, terlebih lagi ibu Didit yang sekarang pingsan.
Pemakaman langsung di lakukan, Sagara dan kedua temannya juga ikut ke pemakaman, mengantar kepergian sahabatnya untuk terakhir kalinya.
"Kita harus cari Bajingan itu !" Ucap Sagara penuh penekanan, yang di balas anggukan oleh kedua temannya.
Tidak ada sejarah nyawa di balas dengan kata maaf, di kamus Sagara.
Nyawa harus di balas nyawa bukan begitu ?Di lain sisi ..
"Bian ?" Panggil farel
Bian menoleh, "eemmm "
"Kenapa masih di sekolah, gak di jemput ?"
"Gue di tinggal "
"Kemana ?"
"Entah .. "
"Kalau gitu, gue antar lu pulang " ucap farel
Tanpa berpikir panjang Bian mengiyakan. Dari pada nunggu Sagara yang tak tau datangnya kapan. lebih baik dia pulang bersama farel

KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Kentang [Sagara]
Ficțiune adolescenți"Woi kentang ... " Sagara "Gue bukan kentang ! Gue Bian !" Bian