💫09. Menjadi mantan

24 4 0
                                        

Melempar plastik belanjaannya ke atas meja, Shabira membuat Sadam yang sedang duduk di sofa tersentak. Padahal niatnya Pemuda itu mau mengomeli Shabira karena terlalu lama pergi ke supermarket.

Melihat keadaan Shabira yang tampaknya sedang tidak baik-baik saja membuat Sadam jadi ikut gusar sendiri. Takut jika di tengah jalan tadi Shabira di lecehkan atau ada kejadian tidak diinginkan lainnya.

Saat Sadam hendak bertanya Shabira sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar. Gadis itu menutup pintu dengan sangat keras.

Di dalam kamar, Shabira langsung naik ke atas kasur dan memeluk bantal dengan erat, dia meredam suara tangisnya dengan bantal.

Shabira sudah tak peduli tentang pakaiannya yang basah, tentang badannya yang menggigil kedinginan, Shabira hanya ingin menangis melampiaskan kecewa dan amarah yang masih terpendam.

Yang Leon katakan tadi benar, sebelum ini Shabira tidak pernah membatasi pertemanan bahkan terlihat tak peduli jika Leon dekat dengan gadis lain, tapi kali ini Shabira menjadi lebih emosional saat tau Leon dekat gadis bernama Abelle.

Shabira merasa terancam dengan keberadaan Abelle, terlebih gadis itu juga dekat dengan keluarga Leon. Bahkan Leon sampai rela memutuskan semua hubungannya dengan para kekasihnya demi gadis itu.

Shabira hanya merasa takut dan tak mampu jika harus bersaing dengan Abelle. Gadis itu terlalu sempurna, derajat yang setara dengan Leon, cantik bahkan terlihat jelas bisa membuat Leon merasa nyaman.

"Dari awal emang Gue-nya yang terlalu bego, Gue yang nembak Leon duluan dan ngasih penawaran supaya dia bisa deket sama cewe lain juga selama pacaran sama Gue. Bahkan mungkin aja selama ini Leon mertahanin hubungan Gue sama dia karena terpaksa."

Dari luar kamar, Sadam mondar mandir di depan kamar adiknya, dia terlihat gusar. Pada akhirnya dia memberanikan diri membuka pintu Shabira, beruntung gadis itu tak mengunci kamarnya.

"Buset udah tau badan Lo basah kuyup kayak gitu masih aja nekat naik ke kasur, bukannya ganti baju dulu." Pemuda itu geleng-geleng kepala.

"Lo mending keluar deh, Bang." Shabira yang sedang tak ingin berdebat mengusir Kakaknya dari kamar.

Bukannya pergi, Sadam justru melangkah menuju lemari dan mengambil satu set pakaian untuk adiknya, lantas dia berjalan mendekat ke arah Shabira yang masih duduk sambil menangis memeluk bantal.

"Ganti baju dulu, Lo ngeselin kalo sakit. Jadi jangan sampai sakit," ungkapnya memerintah.

Dengan wajah sembab Shabira menatap Kakak laki-lakinya itu. "Ngga usah rese!"

"Lo lebih rese kalo lagi sakit. Gue keluar dulu, pokoknya awas aja pas nanti Gue balik ke kamar Lo tapi Lo belum ganti baju!" Sadam mengancam.

Tak berselang lama Mahasiswa Teknik itu keluar dari kamar sang adik. Shabira semakin memeluk erat bantalnya, berniat tak menurut pada perintah Shabira.

"5 menit lagi Gue masuk, awas aja kalo belum ganti baju!" teriakan Sadam dari luar membuat gadis itu mengerang kesal.

Mau tak mau Shabira terpaksa bangkit dan mengganti pakaiannya yang basah dengan pakaian yang sudah Sadam siapkan.

***

Pagi yang cukup suram bagi Shabira, gadis itu bangun tidur dengan kantung mata yang bengkak dan menghitam-efek menangis semalaman dan begadang.

Sejak kejadian di malam minggu, Mood Shabira benar-benar menjadi kacau. Pada malam itu juga akhirnya gadis itu menceritakan kejadian putusnya dia dan Leon kepada Sadam. Berawal dari Sadam yang bertanya apa penyebab Shabira menangis jadilah gadis itu menceritakan semuanya.

LOVE ME RIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang