♡ □ ∆ % ? + ! ÷ ∆ ? ~

0 2 0
                                    


.


Alunan musik menggema di sebuah kamar bersamaan dengan hujan yang terus mengalun diluar menciptakan perpaduan yang cocok bagi sang pemilik kamar, Zara.

"Harus besok banget nih, gua masuk sekolahnya?"

"Iya dong Ra, lagian percaya deh sama gue."

"Terakhir kali gua percaya sama lo, gua malah disekap bokap gua ya!"

"Ya lagian lu mau-mau aja, gua ajakin nyolong mangga pak Ahmad."

Zara berdecak kesal seraya berguling pelan ke tepi kasurnya untuk meraih air minum dinginnya dan segera meminum air tersebut sebelum tidak menjadi dingin lagi.

Padahal sekarang sudah larut malam, namun Zara dan gadis yang menelponnya itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri percakapan, padahal besok adalah hari pertama baginya menginjakkan kaki di sekolah baru yang dipenuhi oleh orang-orang baru juga pastinya.

Hingga saat Zara mendengar dengkuran halus dari seberang sana, ia tersenyum kecil seraya mengucapkan selamat tidur dan mematikan telepon tersebut.

Izukawa Zara, gadis berdarah Indo-Jepang itu menenggak habis minuman yang ia minum. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam, namun Zara masih melamun memandang jendela yang tidak tertutup tirai  menampilkan hujan yang membasahi kaca jendelanya.

Sepertinya langit benar-benar menumpahkan tangisannya dan membasahi bumi Pertiwi yang indah nan permai ini.

.

[ New School and the New People ]

Disinilah Zara dan ayahnya sekarang, Ruang Kepsek. Tepat di jam delapan pagi Zara dan ayahnya sudah berada di ruangan kepsek dengan sang ayah yang mendengarkan setiap kata  yang disampaikan oleh Kepala sekolah yang duduk di depan mereka mengenai peraturan di sekolah tersebut hingga fasilitas yang disediakan, sementara itu Zara ikut mendengarkan perkataan dari Kepala sekolah barunya itu, namun tidak dengan pandangannya.

Pandangan Zara terlihat menelisik setiap sudut dan apa saja yang terdapat di dalam ruangan tersebut. Piala, Piagam, medali emas, medali perak, dokumen, foto para guru beserta alumni, berkas-berkas yang tersusun rapi di meja, dan lain sebagainya.

Sekolah baru yang akan ditempati oleh Zara ini adalah Anthanasia High School. Sekolah bergengsi yang selalu menyumbang murid-murid berprestasi dan selalu pulang membawa piala ataupun medali, baik di bidang akademik maupun non-akademik.

"935 piala, 900 Piagam penghargaan dan 500 medali emas ditambah 490 medali perak... Berarti totalnya 2.825 penghargaan yang diraih."

Atensi kepala sekolah dan sang Ayah beralih padanya yang baru saja selesai melihat sekeliling dan kembali menatap kepala sekolah dengan tersenyum. Kepala sekolah yang berada di depannya menyunggingkan senyuman tipisnya ketika mendengar pernyataan kecil Zara.

Padahal baru 15 menit Zara dan Ayahnya duduk di dalam ruangannya yang terbilang cukup luas itu dan baru 10 menit Zara memandang ruangannya, namun ia sudah bisa menghitung jumlah keseluruhan penghargaan yang terdapat di dinding maupun di lemari dan meja, tanpa salah.

Menakjubkan.

"Nak Zara, karena kamu pindah di semester 2 dan nilai akademik kamu di sekolah yang lama sangatlah memuaskan. Saya selaku Kepala sekolah dan juga para dewan sekolah memutuskan untuk memasukkan kamu di kelas 11 MIPA 2," ucap Kepala Sekolah tersenyum pada Zara.

Sebenarnya ini adalah permintaan pribadi Zara agar ia bisa di tempatkan di kelas sahabatnya yang menelepon dirinya hingga tertidur tadi malam. Seharusnya Zara masuk ke kelas 11 MIPA 1, kelas bagi mereka yang memiliki pemikiran luas dan kritis berkumpul dan bersaing mendapatkan nilai dan peringkat Paralel.

ANTHANASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang