Haibara dan Hainami

20 2 0
                                    

Mobil sedan Ohnda tosca melaju ugal-ugalan di jalan tol. Pengemudi bukan sedang dikejar Polisi. Bukan juga sedang dikejar deadline. Apalagi karena ketinggalan pesawat. Dia begitu karena mendapatkan telepon dari wali kelas SD Jujur Kasian. Anak angkat tersayang mendadak keracunan makanan. Dia harus segera datang sebelum pihak sekolah menyerahkannya pada pihak rumah sakit.

Sesampainya di sekolah, pria yang benci pekerjaannya sendiri bergegas ke Ruang UKS. Pintu ditendang dengan tidak etis membuat semua orang di dalam sana berjingkat kaget.

Masih terengah-engah, pria berambut pirang mengeratkan jas abu-kuning dan dasi polkadotnya. Kacamata aneh endorse dari kantor dilepas ditaruh saku jas. Pria itu mengembuskan napas lega setelah melihat anaknya yang duduk bersandar di kepala ranjang UKS.

"Haibara."

"Hainami!"

Shoko diam mengamati, sedang Yuuji dan Megumi merasa ada yang janggal.

"Haibara, sudah kubilang, bukan? Namaku itu Nanami, bukan Hainami," desah Nanami lelah.

Yuu berkedip. "Eh? Jadi, 'Hai' itu bukan bagian dari namamu, Otou-san?"

"Bukan, Haibara. Tapi namamu saja dan itu bukan kata sapaan. Sekarang, coba katakan siapa nama lengkapmu."

"Bara Yuu!"

"Bukan, bukan. Coba lagi."

"Hai ... bara ... Yuu?"

"Lagi."

Yuu bersorak keras dan riang. "Haibara Yuu! Namaku Haibara Yuu!"

Yuuji memekik heboh. "Mengapa aku baru menyadarinya?!"

Nanami duduk di pinggir ranjang UKS. Dia segera memeluk erat tubuh Haibara, juga meraba-raba sekujur tubuh memeriksa anak angkatnya.

"Haibara, kau tidak apa-apa?! Di bagian mana yang sakit?!"

"Perutku doang, Otou-san. Dokter tadi sudah kasih aku oralit karena aku tadi mencret-mencret."

Nanami bersedekap memandang serius. "Kau jajan sembarangan, ya?"

Haibara menggeleng kuat. "Aku gak jajan sembarangan, Otou-san! Aku cuma nyicipin ciloknya Uji!"

Pria yang benci kerja lembur beralih menatap tajam Megumi dan Yuuji. "Siapa di antara kalian berdua yang namanya Uji?"

Yuuji menunduk memutar-putar ujung dasinya hingga kusut. Bibir gemetar sebelum terdengar isakan kecil.

Megumi merasa kasihan. Dia mengembuskan napas, lalu merangkul pundak temannya. "Uji ini tidak bersalah, Pak Nanami. Cilok itu dia gak beli, tapi dikasih Sukuna. Itu, loh, Pedagang kantin yang terlihat berbahaya."

Nanami mengurut pelipis. "Tuhan ... mengapa dia kembali berulah lagi. Untung kali ini korbannya bukan anak lain."

Haibara protes. "Kok gitu, sih, Otou-san! Kau senang aku jadi korbannya?!"

"Tidak, tentu saja. Maksudku, perutmu itu berbeda dengan perut anak seusiamu yang lain."

Haibara menarik ke atas kemeja putih seragamnya dan kaus kutang putih. Dia melihat serius pusarnya yang bodong. Lalu, dia menangis keras membuat Nanami panik.

"APA YANG SALAH, HAIBARA! KATAKAN PADA OTOU-SAN!"

Megumi hampir saja berlari memanggil dokter UKS kemari. Yuuji dan Shoko berdiri mendekat panik. Sampai akhirnya, Haibara berkata lantang.

"Jadi ... pusar bodongku ini adalah kutukan, 'kan, Otou-san? Itu sebabnya ... aku terus ditimpa kesialan dengan selalu mendapatkan makanan yang mengandung racun!"

SD Jujur Kasian [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang