Duda Bucin

21 4 0
                                    

"Dadar Gulung ...."

"Yang sabar ya, Inumaki."

Shoko terus memeluk Inumaki dan menyuruhnya bersabar. Satoru dan Suguru tidak ada di sekitar mereka. Hanya ada Shoko, Inumaki, Haibara, Yuuji, dan Megumi. Mereka sedang nongkrong di taman sekolah.

Kabar tentang Haibara yang keracunan telah tersebar hingga ke orang tua siswa kelas 2C. Hari ini, salah satu orang tua siswa kelas tersebut datang untuk inspeksi kantin. Tak lain ayah dari Inumaki Toge, duda ditinggal mati istrinya Rika.

Bukannya Inumaki membenci sang ayah, dia cuma malu kalau ayahnya datang ke sekolah. Masalahnya, Okkotsu Yuuta adalah duda muda yang sedang pedekate dengan pedagang kantin es cekek. Sikap bucin sang ayah sudah di luar nurul.

Sementara itu, kantin SD Jujur Kasian mendadak heboh. Karena sudah jam istirahat, banyak penonton bocil tiktod yang berkumpul di stand es cekek. Semua karena Yuuta yang mendatangi stand tersebut memakai setelan tuxedo hitam dan dasi kupu-kupu merah. Dia membawa sebungket raksasa mawar merah bertuliskan 'Marry Me, Maki'.

"Maki~"

"Apaan!"

Yuuta cemberut, tangan kanan menyisir poni ke belakang. Gayanya sungguh sok cool. "Hari ini ... matahari bersinar cerah ... tak seperti biasanya--"

"Canda riang tak ada resah," potong Mahito bersenandung saat melewati stand Maki.

Yuuta memelototi kesal. "Cot banget kau!"

Mahito tertawa nista, lanjut belok ke stand-nya setelah buang hajat tanpa cebok.

Semua siswa-siswi tercengang mendengar kata-kata mutiara dari pria tampan itu. Maki geram, centong plastik hijau dilayangkan ke kepala Yuuta.

"Aduh! Maki~ why~"

"Jangan ngomong kata-kata kasar di depan anak-anak, Yut!"

Yuuta terharu menangis. "Kau sangat peduli pada anak-anak ini. Aku yakin, anak-anak kita pasti akan jauh kau pedulikan."

"Mau apa!" bentak Maki tak sabar ingin melayani pembeli lain di belakang Yuuta.

"Kau tidak lihat? Aku datang membawakanmu kejutan romantis."

"Pala kau romantis! Untuk apa bunga sebesar itu! Aku tidak butuh! Aku juga tidak suka warnanya!"

Yuuta terlihat panik memandangi bungket bunga yang dia beli dari hasil bulanan usaha fotocopy-nya. "I-ni bunga yang cantik, loh, Maki! Masa, sih--"

"Cih! Daripada bunga hidup, aku lebih butuh bunga bank!"

Yuuta terburu membuka ponsel aplikasi m-banking. Saat melihat saldo satu-satunya tabungan, bibir melengkung ke bawah. Tubuh langsung bungkuk.

"Kenapa, Yut?" Maki mengernyit heran.

"Tabunganku ... bahkan ... cuma lima ratus ribu ...."

Maki tak tertawa. Semua siswa-siswi yang menonton juga. Cuma Mahito saja yang tertawa terbahak-bahak di stand paling akhir. Jogo di sebelahnya mengumpat pada Mahito agar berhenti tertawa.

Untung saja tiga stand kosong menjadi pemisah sehingga Maki tidak bisa menyiram Mahito pakai air panas yang biasa dipakai buat menyeduh kopi. Maki sangat membenci Mahito karena berisik.

Yaga di stand sebelah kiri, paling awal dari stand Maki hanya bisa menggelengkan kepala. Dia tak bisa membantu kesusahan Maki. Dia sedang sibuk melayani pembeli.

"Terus, apa? Jangan melamarku kalau cuma punya tabungan segitu! Ayo, cepetan mau pesen apa!"

"Aku maunya menikahimu dengan bismillah, Maki!" seru Yuuta pantang mundur.

SD Jujur Kasian [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang