Narasi Semesta

0 0 0
                                    

Ni-ki × Eunchae
________

Dulu aku selalu berpikir bahwa hidup itu satu hal yang mudah. Hanya nafas buang, nafas buang. Tetapi setelah melihat kamu, aku tau kalau soal hidup, bahkan cinta saja tidak cukup.

Aku pertama kali melihatnya saat duduk di kelas IX, dua tahun sekelas dengannya, aku baru menyadari keberadaannya di tingkat akhir ini. Terdengar aneh memang, tetapi gadis itu terlalu pendiam untuk ditemani, akan sangat membosankan jika ia bergabung dengan lingkungan pertemananku.

Ternyata namanya Kinara, Aku mendengarnya dari Berlin, nama yang lucu, pikirku. Gadis itu terlihat sangat culun, dan pendiam. Tetapi karna aku ini baik hati, maka dengan bersedia aku berkenalan dengannya. “Namamu Kinara ya? Aku Nalika, salam kenal" Aku menjulurkan tangan, ia hanya menatap tanganku lalu membalas juluran tanganku, kemudian memberikan anggukan kecil sebagai jawaban.

Sudah bulan ketiga di kelas IX, dan ini pertama kalinya kami satu kelompok, di mata pelajaran Matematika, tidak disangkan Kinara sangat mahir dalam Pelajaran yang kuanggap sangat sulit ini. Maka dengan bersemangat seolah menemukan harta karun, Aku mengajak Kinara bergabung dengan pertemananku.

Kami berteman baik, Kinara selalu mengikutiku dibelakang kemanapun aku pergi, mengekor kesana kemari dengan sikapnya yang lucu. Hingga tak terasa sekarang adalah masa masa ujian akhir semester 1, aku makin dekat dengan gadis itu, sebagai teman belajar tentu saja. Kuakui ia cukup pintar, aku juga suka cara berpakaiannya meskipun sangat culun.

Di awal semester 2 aku berkenalan dengan salah satu anak kelas sebelah, dia cantik, dan aku menyukainya, maka dengan segera aku mengajaknya untuk berpacaran, ia menerimaku, aku senang sekali.

Tetapi hubungan ini membuat aku dan Kinara menjauh, ia terlalu posesif hingga kami tidak bertahan lama, ia berhenti menghubungiku setelah 2 bulan berpacaran, kemudian setelah 3 hari menghilang, ia datang dan mengajaku putus dengan alasan tidak menyukai Kinara, Aku sangat bersedih, maka disaat itulah aku berbalik, melihat Kinara yang membuka tangannya untuk merangkulku.

Kami semakin dekat, di kelas, kantin, bahkan diluar sekolah, kami selalu bersama, kami juga saling mengirimi kabar, aku rasa aku mulai menyukainya. Kuharap Kirana juga merasakan apa yang aku rasakan.

Saat ujian Kelulusan, Kinara banyak sekali membantuku, kami belajar bersama, bahkan sesekali ia memberiku jawaban ujian, maka dengan itu aku memberinya permen sebagai ucapan terima kasih. Ia tersenyum ceria, kemudian menyombongkan 4 buah permen itu kepada temannya meskipun selanjutnya menjadi terlihat murung saat permen itu hanya tersisa dua karna dipalak. Kinara, kau membuatku benar benar jatuh hati.

Malam sebelum kelulusan, kami mengobrol lewat telepon, saling menanyakan kabar, hingga akhirnya atmosfer di kedua ruangan berbeda itu berubah sedih setelah Kinara berucap beribu terimakasih untukku karena telah bersedia menjadi teman yang baik untuknya, maka aku juga berterimakasih padanya karna ia sangat peduli padaku. Hingga akirnya aku memberanikan diri, menyatakan perasaan ku, perasaan yang sudah lama kusembunyikan dari orang-orang bahkan teman dekatku.

“Kalo udah lulus nanti gaakan ada temen sebaik kamu na, kita gaakan bisa ke kantin bareng lagi, belajar bareng lagi, makasih udah jadi temen aku, aku sayang kamu banyak banyak ya, na"

Mungkin terdengar cringe, tetapi itulah yang aku rasakan, setidaknya aku sudah menyatakan perasaanku padanya kan?, pada cinta terakhirku di masa putih biru ini, perihal dengan jawaban yang Kirana berikan, aku tidak peduli.

“Aku juga sayang kamu Aidan, banyak sekali" Aku terperanjat, mataku yang sudah mengantuk tadi seketika kembali cerah, aku menatap ponselku dengan tatapan tidak percaya, apa itu barusan? Kinara juga menyukaiku? Pikiranku seketika penuh, sibuk memikirkan perkataan kinara tanpa menjawab apa yang ia ucapkan tadi.

Setelah aku tersadar terlalu lama mendiami kinara, aku memulai pembicaraan lagi “Kalau begitu aku bolehkan peluk kamu besok? Buat terakhir kali, kita kan ga akan ketemu lagi, kita bakal pisah sekolah, lalu na, aku harap kita ga asing ya" terdengar kinara menjawab ya di sebrang sana, aku tersenyum kecil, apa aku pacaran saja dengan Kinara? Ah apa yang kamu pikirkan Aidan, itu tidak mungkin. sadarlah..

Esoknya adalah hari kelulusan kami, semuanya terlihat cantik dengan pakaiannya, apa kinara juga begitu? Entahlah, aku belum menemukannya, manikku bergulir kesana kemari, mencari sosok itu dengan tergesa, maka disaat itu juga mata kami bertemu.

Kinara terlihat mengenakan kebaya abu abu dengan rambut panjang dikuncir, serta leher yang putih bersih dihiasi kalung bertuliskan "Kirana". Kami bertatapan, dan saling melempar senyuman, aku menghampirinya, melambaikan tangan dengan kaku.

“cantik" ucapku dengan pelan tetapi masih terdengar olehnya. Ia tersenyum kemudian menunduk dengan pipi memerah. Lucu sekali.
Menjelang siang, udara makin panas, maka aku mengajaknya pergi ke luar sekolah, sekedar membeli es krim untuk penyegar mulut, dan duduk di salah satu bangku yang lumayan sepi.

“Na, kalau semisal kita pacaran, menurut kamu gimana?” Gadis itu tersedak, kemudian menoleh dan menatapku dengan tatapan horor, apa aku salah bicara? Pikirku.

“Pacaran itu buat orang dewasa, kita belum cukup umur idan" Kinara meneruskan kesibukannya mengunyah eskrim.

“Terus kalau SMA? Itu sudah dewasa belum?” Aku bertanya lagi. “Mungkin?, memang kenapa kamu nanya kaya gitu?” Kinara menatapku bingung, aku hanya menggeleng dan tersenyun kecil seraya mencubit pipinya.

Ini adalah bulan juni, tanggal 29, beberapa hari setelah kami mendapatkan kabar diterima di sekolah baru. Aku menelpon Kinara, menanyakan kabarnya, kemudian sedikit berbincang tentang hari ini. Aku belum sama sekali terbiasa menjalankan hari hari tanpa kinara, Kami sudah terlalu dekat, sudah terlalu terikat.

“Na, kangen" Aku merengek kecil, kudengar kinara terkekeh, dan berkata hal yang sama.

“Na, ngomong-ngomong kita kan sudah SMA, kamu bilang sudah dewasa kan? Berarti sekarang boleh kan kalau pacaran?” Kinara lagi lagi tertawa. “Boleh” jawabnya. Aku tersenyum, kemudian terdiam beberapa saat untuk kemudian menarik nafas panjang.

“Na, pacaran yuk?” Tidak ada jawaban di sebrang sana, yang terdengar hanyalah suara rusuh yang dibuat Kinara.

Prangg.. brukk.. srak..

“Na?” Tanyaku memastikan. “e-eh iya, maaf, emm iya, ayo pacaran, hehe..” Senyumku mengembang, dan mataku berbinar.

“Beneran na? Jadi kita pacaran nih sekarang?” tanyaku memastikan, aku hanya mendengar tawa Kinara dan jawaban ‘ya' yang lagi lagi membuat kupu-kupu diperutku berterbangan, aku benar-benar dibuat melayang hingga luar angkasa oleh Kinara. Sial, aku sudah terpikat olehnya.

Begitulah kini aku menyadari bahwa hidup tidak selalu tentang cinta. Konsistensi, kepercayaan, rencana, kerja keras, juga diperlukan untuk menjalani hidup. bahkan terkadang itu semua harus dilakukan untuk mendapatkan cinta itu sendiri. Sekarang, aku lebih hidup, bersama semua yang telah aku perjuangkan selama ini, bersama cinta terkhir ku di SMP dan cinta pertamaku di SMA, dan aku bahagia.

cast =

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


cast =

Kinara as eunchae
Aidan as Niki

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blooming | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang