BAB 2

0 0 0
                                    

POV Kanaya

Tiba tiba abangku masuk dan akupun berpura pura mengerjakan tugas ku agar tak di suruh pulang.

"Udah lama za?" Tanya bang rafi kepada lelaki asing di depanku saat ini.
Ternyata Abang mengenalnya?

"Iya fi Alhamdulillah udah lama." Jawab lelaki asing di depan ku itu.
"Kamu lagi sibuk ngapain fi?" Tanya lelaki itu lagi ketika melihat berkas yang di pelajari bang rafi.

"Oh ini lagi belajar buat besok." Jawab bang rafi

"Katanya kamu mau jadi penghulu yah fi?" Tanyanya lagi.

"Iya za hehe hitung hitung buat belajar nikahin orang juga." Jawab bang rafi terkekeh.

'dia yang menikahkan dia yang gak nikah nikah' ucapku dalam hati dan tersenyum, ingin rasanya aku tertawa namun saat ini bang rafi tidak sendiri bisa di jewer nanti sama bang rafi.

***
Sore harinya aku berinisiatif untuk ke mesjid melaksanakan sholat magrib juga mengaji sambil menunggu sholat isya.

Tepat pukul 18.00 masjid sudah bebunyi yang menandakan bahwa adzan akan segera berkumandang.

Aku bersiap siap untuk melaksanakan sholat Maghrib di mesjid yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Setelah sampai aku melihat Eca sahabatku sudah sampai terlebih dahulu dan ia pun menyambut ku dengan sangat antusias.

"Nay, tau gak sih?."

"Gak tau dan gak mau tau ca." Ucapku malas.

"Ishh, belum juga ngomong nay jahat banget jadi orang." Ucap Eca cemberut.

"Yaudah nanti deh aku dengerin soalnya ini udh mau sholat nih." Ucapku, dan membuat Eca kembali tersenyum.

Sholat magrib pun di laksanakan aku dan Eca berusaha khusyu' dalam sholat, setelah selesai melaksanakan sholat aku pun mendekati lemari tempat di mana Al Qur'an di simpan.
Aku segera mengambil Al Qur'an dan jangan lupakan Eca, aku juga mengambil satu untuknya.

Sementara aku mengaji Eca tidak bisa diam diam hanya berceloteh menceritakan bahwa ada lelaki tampan yang bekerja sebagai dokter di puskesmas dekat rumah, dan aku hanya mendengarkan tanpa niat untuk membalas ucapannya.

"Nay, pokoknya yah tuh cowok ganteng banget tauu plis deh nay, arghhsksksk." Begitulah Eca kalau dia tengah salting Pasti akan berteriak tidak jelas.

"Nay, tuh cowok yah udahmah ganteng, dokter lagi duh." Ucapnyaa lagi membuatku cukup muak.

"Jangan liat cowok dari tampangnya aja ca, gadhul Bashar, inget itu." Ucapku menasehati.

"Iya iya tau tapi selain dia ganteng dia juga Sholeh tau nay, dia kan lagi duduk nih trus ada cw yang juga duduk deketan sama dia eh tiba tiba dia berdiri dong, kebayang gak?."

"Mmmm maksud kamu dia orangnya jga jarak bagi yang bukan mahram?." Tanyaku dan Eca pun mengangguk.

Aku mulai tertarik dengan pembahasan Eca, ntahlah jika menceritakan perihal seorang pria Sholeh ntah mengapa hatiku sangat inisiatif membahasnya.

"Namanya Kanza tau nay."

"Kok kamu tau namanya?." Tanyaku

"Iyalah nay apasih yang gak aku tau ha?." Jawabnya PD
Menyebalkan memang sahabatnya yang satu itu.

Aku tak menggubris ucapan Eca dan lebih memilih untuk memperbaiki posisi karena bang rafi sudah datang untuk mengumandangkan adzan isya.

Tiba saat adzan berkumandang Eca Tiba tiba histeris dan aku pun terkejut karena melihat Eca sudah kumat dengan penyakit saltingnya itu huhh.

"Nay, asksksksk pliss nay gw gak mimpi kan nay?." Tanya Eca mengeluarkan kalimat Lo gw nya.

"Mimpi apa ca? Ini baru sholat isya loh ca." Jawabku.

"Itu kanza nay arghhhh Kanza." Aku yang ! mendengar nya pun menoleh ke arah yang Eca tunjuk.

"Apa? Jadi itu yang namanya Kanza ca?." Tanyaku dan Eca pun mengangguk.

'berarti dia ada di sekitar aku dong?.' tanyaku dalam hati.

Selamat membaca semoga kalian suka❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENGAGUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang