PROLOG

5 2 0
                                    

Hujan turun dengan cukup deras pada sore hari itu. Sehingga semua aktivitas di luar pun terpaksa berhenti sejenak. Orang-orang yang berada diluar bergegas mencari tempat untuk berteduh. Sekumpulan anak-anak yang sedang sibuk bermain diluar pun berlari ke arah rumah masing-masing untuk menghindari amukan dari orang tua nya.
Tampak seorang pria yang sedang menikmati hujan dari dalam rumahnya yang cukup sederhana itu. Ia duduk di sofa berwarna cokelat yang berada di dekat jendela. Matanya yang agak sipit tampak fokus pada anugrah Tuhan yang disukainya, hujan.

"Hah...... " Terdengar hembusan nafas yang membuat pria itu berbalik ke arah sumber suara. Di pintu, ia melihat seorang gadis muda yang mengenakan kaus oversize berwarna putih dengan gambar pelangi yang dipadukan dengan celana pendek diatas lutut berwarna hitam. Di tangannya terdapat segelas susu hangat. Rambutnya panjangnya yang lurus dibiarkan tergerai.

"Inget mama lagi ya, pa?" Tanya gadis itu yang tampak iba menatap pria di hadapannya. Ayahnya.

"Sok tau kamu. Papa cuman nikmatin hujan aja kok. " Jawab pria itu dengan tatapan geli kearah anak semata wayangnya.

"Masa? Tapi Juny yakin kalo papa lagi rindu mama." Ucap gadis itu sambil menghampiri ayahnya dan duduk di hadapannya.
"Lagian kalo bukan mama, siapa lagi yang papa rindu? Masa papa rindu ama tante Nayla, janda komplek sebelah? " Lanjutnya sambil menyesap segelas susu di tangannya. Ayahnya yang mendengar tuturan Juny pun terkekeh.

"Kecil-kecil udah sok tau kamu. Persis mamamu... " Pria itu tersenyum penuh arti ke arah putrinya.

"Nah! Itu buktinya papa masih rindu mama. " Ujar Juny dengan wajah cemberut. "Kapan papa bisa ngerelain mama? Mama udah tenang di sana." Ucap Juny lebih lanjut. Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh putrinya membuat pria itu terdiam. Bagaimana mungkin ia bisa lepas dari bayang bayang mendiang istrinya sedangkan putrinya memiliki rupa yang mirip dengan ibunya. Mulai dari wajahnya yang dihiasi dengan hidung mancung yang mungil, bibirnya yang tipis, matanya yang sering tersorot jenaka dihiasi dengan bulu matanya yang lentik, serta tingkah nya yang tidak jauh beda dengan ibunya. Fakta yang cukup mengejutkan mengingat gen anaknya sebagian besar turunan dari ibunya bukan dirinya.

"Pah! Kok malah ngelamun? " Ujar Juny yang langsung mengagetkan dirinya.
"Maaf... Papa cuman keinget sesuatu." Ucap pria itu salah tingkah.

"Ngeliat papa gak bisa move on dari mama... Juny jadi kepo, gimana sih cerita awal awal papa ketemu sama mama? " Tanya Juny dengan rasa ingin tahu yang besar.

Namun, alih-alih menjawab, sang ayah malah tersenyum dan beranjak dari sofa tempat ia duduk dan berjalan kearah sebuah rak yang dipenuhi banyak pajangan. Tangannya meraih sebuah lukisan sederhana yang menggambarkan sepasang insan yang sedang duduk di bangku sambil menikmati hujan yang membasahi keduanya. Ditatapnya lukisan itu dengan sendu. Ia teringat kembali akan sosok istrinya. Sosok yang begitu lincah yang menaruh minat yang besar dalam melukis. Dia terkenang kembali akan senyum manis istrinya, tawanya yang renyah, ocehanyya yang kadang tak jelas, tatapan matanya yang kadang lembut kadang jenaka yang selalu membuat  dirinya terpana.

"Dulu mama kamu teman satu kelas sama papa. Orangnya extrovert. Suka bawel, makanya papa dulu gak suka bahkan benci ama mama kamu. Tapi kadang perhatian kecil yang mama kamu kasih buat papa mulai memperhatikan mamamu. Yah... Walau diam diam, kalo engga bakal geer mamamu tuh. " Ucap ayah Juny yang mengundang tawa dari anaknya.
"Tapi walaupun ngeselin, mamamu bisa bantu papa buat memperbaiki hubungan yang udah rusak. You're mother was the best women i ever met." Lanjutnya sambil mengalihkan pandangannya ke arah pigura istrinya. Ia menatap lembut pigura itu.

"Trus kalo mama nyebelin, gimana ceritanya bisa nikah ama papa?" Tanya Juny yang tampak bingung dan penasaran. Ayahnya pun berjalan kearahnya dan duduk di tempatnya semula.

"Jadi dulu papa sama mama sempat pacaran tapi karena ada masalah kecil, jadinya putus. Terus....... " Pria itu pun menceritakan kisah asmara kepada anaknya.

Dari pigura yang tadi dilihat oleh ayahnya Juny, sosok di dalamnya seakan tersenyum senang atas kedekatan dan kehangatan hubungan antara suami dan anaknya.















Yuhuuuuu!!
First Project nih, moga suka ya
Don't forget to Vote and comment. I'll be so thankful for that.

Lov u❤

Entertwined (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang