Chapter 10

58 8 5
                                    


'Sajak Kecil Tentang Cinta
Karangan Sapardi Djoko Damono

Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintai-Mu harus menjelma aku...'

Pentas megah yang diadakan Kampus memang menjadi incaran para muda-mudi untuk unjuk bakat. Seperti pelakon barusan yang membawakan sebuah sajak indah dalam pentas kabaretnya. Panggung di hiasi ornamen warna-warni merajuk pada pertunjukan bertema cinta kasih. Ramai, setiap insan yang datang cukup menikmati, apalagi berbagai pentas di suguhkan tanpa menghilangkan unsur budaya yang ada. Lagian, mau kemana lagi mencari hiburan kalau bukan ketempat ini?

Tepuk tangan meriah menggema keseluruh penjuru Aula. Untuk siapa lagi kalau bukan dipersembahkan pada sang penyair yang baru saja menuntaskan puisinya dengan gaya ala pelakon handal. Mimik wajahnya dapat membius ratusan mata yang memandang, tak terkecuali Gema yang berdiri tak jauh dari sana masih merasa takjub hingga nyawanya seakan masih di kahyangan.

"Terimakasih pada jiwa muda untuk tepuk tangannya, sajak penutup tadi tidak lain adalah sebuah permohonan dari salah seorang mahasiswa tersohor kita yang jika ku lihat dirinya sedang dilanda jatuh cinta....Mari kita sambut Nathan Byantara"

Sorak sorai penonton semakin keras. Apalagi saat pria tampan itu memasuki panggung untuk memberi kata-kata penutup. Tentu kemeriahan malam itu tidak lepas dari campur tangannya. Matanya hanya tertuju pada satu orang, satu orang yang kini juga memandanginya dalam diam. Seolah saling berkomunikasi satu sama lain.

"Jatuh cinta mungkin dua kata lucu yang kurang familiar untuk sebagian orang, tapi percayalah untuk yang sedang mengalaminya mendengarnya saja bisa membuat hati kian berdebar, jadi untuk siapa saja yang yang sedang mengalaminya, semoga pesan dari pentas seni bertema cinta kasih ini sampai ke hati kalian... Dan untuk siapa saja yang sedang jatuh cinta semoga kalian bisa segera diberi kesempatan untuk mengungkapkannya"

Riuh sorakan penonton menjadi efek euphoria tersendiri. Terutama bagi pria yang baru saja mengungkapkan isi hatinya secara tersirat.

Kalimat penutup yang dituturkan oleh Nathan menjadi tanda berakhirnya rangkaian acara. Pria yang memegang microphone itu masih setia berdiri menatap Gema sambil tersenyum manis nyaris tak berkedip, jelas membuat orang yang ditatap salah tingkah dan ingin mengubur diri rasanya. Pesannya tersampaikan dengan baik bukan?

'Untuk lo'

Gema tampak tidak percaya, dia tidak salah lihat bukan? Nathan baru saja menunjuk kearahnya sambil mengatakan sesuatu yang tidak bisa dia dengar. Gema tampak memegang dadanya sendiri, mungkin guna meredakan debaran yang ada. Sebuah alunan musik syahdu sayup terdengar, matanya berbelalak karena itu lagu yang dia kirim pada kotak suara sebelumnya.

Lost in Love - Air Supply

🐈‍⬛🐈‍⬛🐈‍⬛

POV NOLAN

Ya gue udah terbiasa dengan mimpi-mimpi itu sekarang, mimpi yang udah tiga hari ini terulang lagi dan lagi. Mimpi itu akhirnya malam ini akan terjadi, tapi gue baru sadar semua hal di mimpi itu gak bener-bener terjadi sama persis. Hanya momennya aja yang terulang, mungkin karena gue bukan Nathan. Kebetulan gue juga udah nanya Tama memang katanya bakal ada pentas malam ini. Gue hanya perlu melalui itu bukan?

Satu lagi yang baru aja gue sadarin, kalo Nathan beneran jatuh cinta sama Gema. Dari semua perlakuan dia ke Gema, anak bocah umur lima tahun juga bakal sadar kalo itu yang dinamakan jatuh cinta. Tapi gue? gue gak tau perasaan gue gimana saat ini.

Ya masa gue suka sama ayah gue sendiri? Apa ada yang lebih gila dari ini? Tapi dia bukan ayah yang gue kenal? Ya dari segi fisik dan ingatannya saat ini. Dia sekarang cuma cowo manis lembut, udah gitu baik... nyaris sempurna. Ah sialan kenapa gue mikir gini?

Tunggu.. tunggu ada hal yang gue lewatin, selama gue berada di tubuh ini kok gue sama sekali gak ketemu sama ibu gue? Kapan ya ayah ketemu sama ibu? Daripada mikirin kisah cinta si Nathan ini, bukannya yang lebih pantas gue khawatirin adalah pertemuan ayah sama ibu? Jelas-jelas wanita yang bikin hidup ayah sengsara, mana nelantarin gue sebagai anaknya. Tapi gue mau nyari dimana? nama dan bagaimana wajahnya aja gue gak tau. Gue jadi sedikit nyesel kenapa dulu gue gak kepoin.

Haruskah gue cari tau juga? Elah tugas gue disini banyak banget perasaan. Oke kita selesaiin satu-satu, mungkin kali ini gue tetep harus fokus sama si Nathan ini.

"Kebangetan lo jam segini belum siap-siap", celoteh Tama sambil nyelonong masuk ke kamar gue. Berasa tuan rumah tu manusia satu.

"Yaelah pentas seni doang, nyantai dikit bisa kali"

"Lo panitianya tolol", dengan kurang ajarnya Tama toyor kepala gue, mana keras banget.

"Lagian baju lo kenapa begitu sih anjing kampungan banget"

Sakit mata gue liat konstum warna warni si Tama, berasa anak hip hop kali dia.

"Wah kagak tau fashion lo mah, hidup lo ketinggalan jaman sih"

Elo yang jadul ege dalem hati gue, enak aja gue dari masa depan asal lo tau.

"Gue pinjem sisir lo"

"Ambil sana"

"Buruan mandi"

"Gak usah mandi lah gue udah ganteng"

"Muka kaya taplak meja aja belagu lo"

Sialan emang, liat aja kelakuannya sekarang ngeberantakin barang-barang gue, eh maksudnya barangnya Nathan.

"Eh lo berencana mau ngelamar orang?"

"Maksud lo?"

"Nih lo nyimpen beginian"

Tama mengangkat sebuah kotak yang setelah kita buka ternyata isinya cincin. Sebuah cincin berhasil buat gue ngefreeze beberapa saat. Cincin berwarna perak dengan satu permata kecil di tengahnya. Ini cincin yang selalu dipakai oleh ayah, cincin yang gue kira selama ini adalah cincin pernikahan beliau. Kenapa ada disini? Mungkin ini cuma mirip doang kan? Gak mungkin cincin yang sama? Iya mungkin cuma mirip.

Tapi gak bisa gue pungkiri kalo ini beneran ngeganggu pikiran gue, gue yakin ada kebenaran dari apa yang selama ini gue percayai. Kehidupan gue yang selama ini gue punya dan gue tau mungkin aja gak seperti yang gue pikirkan. Ayah apa ada rahasia yang selama ini ayah tutupin? Setelah gue pikir, gue beneran gak tau kehidupan beliau. Mau itu tentang Nathan atau bahkan sahabat ayah sendiri Yefan, beliau gak pernah nyebut nama mereka. Apa yang ayah sembunyiin? Apa yang ayah gak pengen Nolan tau?

"Oy than, gue tanya ini punya lo?"

"Hmm"

"Buset mau lo kasih ke siapa?"

"Bukan urusan lo"

Gue rebut benda itu dan gue simpan lagi ke tempat asalnya, gue memang belum sempet bongkar barang-barangnya Nathan lebih jauh mungkin hanya yang terlihat mata. Gue gak berani karena rasanya kurang sopan. Apalagi benda tadi disimpen di laci paling bawah, udah gitu di kunci lagi. Dia pasti ngejaga banget cincin itu.

Mungkin gue harus nunggu, sampai mimpi yang lain muncul.

🐈‍⬛🐈‍⬛🐈‍⬛
Bersambung

Makasih yang udah mampir buat baca 🫶🏻

.
.
.

Old Story [1998] - NetJamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang