Maaf

680 64 3
                                        

(Name) berbaring di lantai samping tempat tidurnya. Ia sudah berada di sana sejak 30 menit yang lalu. Hening. Hanya suara jam dinding dan angin yang menjadi backsound kamarnya. Ntah apa yang dia pikirkan saat ini.

Ia mencoba melakukan banyak hal seperti kayang dan mencoba roll depan atau hal-hal yang belum pernah ia coba.Suara ketukan pintu terdengar. Ia tak menoleh untuk melihat siapa pemilik suara itu. Matanya terus terpusat pada langit-langit kamar. Ia sudah tahu siapa yang mengetuk pintu itu,namun dia hanya diam dan tak menggubris nya.

Helaan nafas terdengar dari sisi lain tempatnya berada. Suara yang begitu familiar yang bisa membuatnya ingin menghilang dari bumi lantaran kesal.

"Kau masih belum memaafkan ku? Ini sudah dua hari sejak kejadian itu,(Name)" Manusia dengan surai puding duduk di tepi ranjang milik nya. Kenma.

Sementara sang pemilik nama yang di sebut mendengus dan memalingkan wajah darinya.

"Apakah dia masih marah padaku?" Pikir Kenma.

Terjadi keheningan selama satu menit dan Kenma kembali memecah keheningan.

"Kau masih belum mau memaafkan ku?" Tanya nya sekali lagi dan (Name) memutar matanya.

"Ya" jawab (Name) singkat.

Kenma menghela nafas. Ini juga salahnya. Dia seharusnya tidak memperbolehkan Akane datang atau mengusik kehidupannya. Dan inilah yang dia takutkan. Di benci oleh adiknya sendiri atau mungkin tidak.

Kenma menunduk dan memainkan jarinya dengan gugup.

"Aku minta maaf. Apakah kamu mau memaafkan ku?" Kenma kembali meminta maaf pada (Name).

Sementara sang empu langsung duduk dari posisinya yang berbaring. Ini sudah ke 167x nya Kenma meminta maaf padanya. (Name) diam dan melirik Kenma sekilas.

"Kenapa Kenma-nii sangat berusaha meminta maaf padaku? Bahkan Kenma-nii selalu mengatakan tiga kata itu dalam dua hari terakhir" Tanya (Name) sambil memiringkan kepalanya.

"Karena kamu penting bagi ku" Ucap Kenma tanpa melihat (Name).

Gadis itu semakin di buat bingung oleh Kenma. Ia berpikir dan berdiri lalu langsung menerjang Kenma hingga Kenma berada di bawahnya. Kenma terdiam. (Name) Tersenyum dan memeluk Kenma.

"(Name) sayang sama Kenma-nii. (Name) tidak marah pada Kenma-nii,(Name) hanya kesal pada Akane" Kenma tersenyum dan memeluk (Name).

Kenma sedikit tersipu. (Name) tersenyum sambil terus memeluk Kenma.

"Lucu" pikir Kenma.

"Kenapa Kenma-nii mau berpacaran dengan gadis seperti dia? Dia itu jahat, Kenma-nii seharusnya memukulnya menggunakan kursi" Kenma terkekeh saat mendengar perkataan (Name).

(Name) menatap Kenma dengan bingung "Apa yang lucu?" Tanya nya.

Kenma yang melihat wajah polos (Name) langsung mencubit kedua pipinya.

"Kamu" jawab Kenma dan (Name) mengernyitkan dahinya.

"(Nwame) lucwu?" Kenma mengangguk dan terus mencubit pipi (Name) gemas.

"Kamu berbeda dari gadis yang pernah aku temui,(Name)" Kenma terkekeh dan (Name) memasang pose bangga.

"(Namwe) memwang bweda dwari ywang lain" Bangga nya dan mencoba melepaskan tangan Kenma dari pipinya.

"Swakit, Kenma-nii!" Rengek (Name) dan Kenma melepaskan tangannya dari pipi (Name).

Pipi nya sudah memerah akibat cubitan dari Kenma. Kenma kembali terkekeh saat melihat wajah imut (Name).

Brakk

Empat orang dengan surai warna yang sama jatuh di depan pintu dengan tidak elitnya. (Name) dan Kenma yang mendengar itu langsung duduk.

"Aduh,kau seharusnya tidak mendorong ku Suna" Hajime memukul punggung Suna.

Suna mengernyitkan dahinya kesal "Itu salah Kuro,dia yang mendorong ku" balas Suna.

Kuro yang merasa terpanggil langsung menoleh ke mereka berdua "Apa? Kalian juga yang salah" Bantah Kuro.

Sakusa memandang mereka dengan jijik dan langsung menjauh dari mereka bertiga.

"Berisik kalian para kuman" Sindir Sakusa dengan nada sarkastik.

"Kau juga bersalah,jangan salahkan kami saja" Tangan Hajime sudah terangkat untuk memukul Kuro.

Kuro yang melihat itu langsung menjauh dan bersembunyi di belakang Suna.

"Apa-apaan kau?!" Tanya Suna dan memandang Kuro dengan jijik.

(Name) dan Kenma yang melihat itu hanya bisa duduk diam. Mereka berdua tidak bisa berkata apa-apa.

Sakusa berdehem dan langsung menarik (Name) ke pelukan nya.

"Jangan dekat-dekat dengan Kenma,dia penuh dengan kuman" Ucap Sakusa dan (Name) hanya diam dengan wajahnya yang berada di dada Sakusa.

"Huihh,wangi" batin (Name) saat wajahnya berada tepat di dada bidang Sakusa.

Kuro,Hajime dan Suna langsung berkacak pinggang.

Kuro memelototi Sakusa "Kalian berdua yang selalu memeluk (Name),sekarang gantian" Tuntut Kuro.

Sakusa semakin menarik (Name) mendekat padanya. (Name) hanya diam dan mengintip dari balik lengan Sakusa yang memeluknya.

"Kuro benar. Sekarang giliran kami untuk memeluk nya" Geram Hajime.

Sakusa menatap mereka dengan jijik "Tidak mau. Kalian penuh dengan kuman" ejek Sakusa.

Kuro,Hajime dan Suna yang mendengar ucapan Sakusa langsung merasa kesal.

"Apa maksudmu hah?!" Teriak Hajime. Terlihat sudah ada percikan api di belakangnya.

"Kalian penuh dengan kuman" Balas Sakusa dengan nada datarnya.

Mereka bertiga di buat kesal oleh Sakusa. Kenapa mulutnya harus terlalu blak-blakan? Jika saja tidak ada Kita atau Sugawara di rumah,mungkin Sakusa sudah di lempar menggunakan barbel oleh Hajime.

"Lepaskan (Name),kami juga ingin memeluk nya" Tuntut Suna. Sakusa hanya mengabaikan Suna dan terus memeluk (Name).

"Aku tidak mau,ini giliran ku" Ucap Sakusa dan (Name) mendongak untuk melihat wajah Sakusa.

(Name) melihat pipi Sakusa memerah di balik maskernya. Sakusa yang sadar bahwa (Name) melihat wajahnya langsung melihat (Name).

"Ada apa?" Tanya Sakusa dan (Name) tersenyum.

"Pipi Sakusa-nii merah" Tunjuk (Name) ke pipi Sakusa dan sontak saja Sakusa langsung menyembunyikan wajahnya di bahu (Name).

"Tidak pipi ku tidak merah" Sangkal Sakusa.

Kenma,Suna,Hajime dan Kuro mendekati Sakusa dan mencoba melihat wajah Sakusa yang terkubur di bahu (Name).

"Heee.... Kau tersipu" Goda Kuro dan Sakusa semakin menyembunyikan wajahnya di bahu (Name).

"Diam" Ucap Sakusa dengan suara yang teredam di bahu (Name).

"Pft-" Kenma mencoba menahan tawanya namun gagal. Mereka semua tertawa kecuali (Name).

Ia hanya melihat Sakusa yang berada di bahu nya dengan bingung.

"Sakusa-nii malu?"

Tbc~










Yoooo!

Bagaimana dengan chap yang ini? Sampulnya aku ganti soalnya terlalu polos dan aku juga agak insecure pas ngeliat sampul author yang lain. Haha.

Ya udah itu aja. Sampai jumpa di next chapter.

Xie Xie!

Older Brother [Haikyuu]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang