"Sayang, aku akan merindukanmu." Dengan nada manja artis terkenal itu memeluk erat kekasihnya, seolah tidak ingin di pisahkan. Yahiko terkekeh ringan, pria itu mencium sekilas dahi wanita yang lebih pendek darinya, meski sudah memakai high heels tujuh cm. Menunjukan rasa gemasnya akan perilaku Shion yang seperti anak kecil.
Yahiko mengeratkan tangannya yang melingkar di pinggang ramping Shion. Sedikit tidak rela harus terpisah dari pujaan hatinya. "Aku akan menyusulmu nanti."
"Good night. Boarding for ABC Airlines flight number 56K76 to Tokyo will begin soon. Please all passengers proceed to gate C2 and prepare your boarding pass and ID. Thanks."
Petugas bandara memberi pengumuman, Yahiko melepaskan pelukan eratnya dan sedikit menunduk. Mencium bibir merah merona Shion tanpa peduli tentang dia yang berada di ruang publik. "Hubungi aku saat kau sampai," ucapnya, setelah sedikit melumat bibir kekasihnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Berita itu tersebar luas, bahkan surat kabar yang tergeletak naas di atas meja kafetaria setelah di banting, itu mencetak foto dirinya dengan ukuran besar sebagai hot topik. Pengalaman pertama untuk Sakura menjadi trending topik dadakan, tapi itu membuatnya meringis.
"Kau lihat? Itu dirimu jidat... Kau berhutang banyak penjelasan." Ino melotot, wanita yang ahli di bidang kecantikan itu langsung berlari menghampiri Sakura dan menyidangnya setelah bel istirahat berbunyi.
Lupakan tentang Ino, di sekelilingnya para dokter dan perawat yang akrab dengannya berkerumunan pada satu meja. Dan dari kejauhan, staf rumah sakit lain seolah menajamkan semua indra mereka.
"Kau ingin aku menjelaskan apa?" Situasi ini terasa buruk, Sakura merasa dia seperti penjahat yang akan di hakimi.
"Semuanya, kau harus menjelaskan semuanya Sakura." Matsuri membuka suara, wanita yang kehilangan banyak waktu istirahat karena padatnya jadwal tampak tidak kelelahan dan justru penasaran. Stamina yang luar biasa, dari seorang dokter dengan jadwal terpadat.
Helaan nafas terdengar, Sakura menunduk memandang teh hangat yang belum sempat dia sentuh. "Apa seaneh itu aku berkencan dengan Sasuke?"
Pria dengan anak anjing yang terus di timang mengangguk, "Ya, kau bukan gadis yang terlihat cocok untuk di ajak berkencan." Kiba- dokter spesialis hewan menyeletuk.
Kepala Sakura yang tadi tertunduk, kini mendongak. Dia memicing tajam menatap pada Kiba yang duduk tepat di depannya pada meja bulat yang melingkar.
Gaara, tunangan Matsuri itu dengan cepat menyenggol bahu Kiba yang telah asal menimpali. Sadar dia telah salah menyinggung topik, Kiba segera mendehem gugup. Tangannya terus mengelus elus bulu anak anjing yang dia gendong. "Ayolah, maksudku kau itu studyholic akut." Iris mata Kiba melirik ke kanan kiri, meski sudah mencoba mencari pembenaran, dan membela diri, dia masih butuh dukungan dari rekan lainnya agar lebih menyakinkan. Sayangnya, rekan kerjanya yang lain terlihat jelas tidak ingin menolong.
Memalingkan wajah ke arah lain, Sakura enggan menatap ke arah Kiba. Mengundang sorakan dari Ino, yang sudah dari tadi tidak sabar untuk menghakimi.
"Kiba harusnya kau diam saja." Ino menghardik, perempuan itu mengambil koran yang tadi tergeletak dan memukulnya pelan pada bahu Kiba.
Pria yang memiliki satu ekor anjing yang sudah di asuh sejak kecil itu mengelus bahunya, "Itu tidak sengaja," belanya, tidak ingin di salahkan. "Dan di bandingkan denganku, ku rasa kau yang harus menutup mulutmu Ino."
Baru saja dia ingin meletakan lagi koran yang tadi tergulung, tapi niatnya urung. Manik aquamarine Ino mendelik. "Kau bilang apa?" tanyanya, menodong kertas berita di tangan seperti sebilah pisau.