Chapter 1

952 32 7
                                    

   Dipagi hari yang mendung,
awan gelap menutupi seluruh langit biru. Seorang lelaki masih berjalan santai ke sekolahnya. Pagi ini ia habis berdebat dengan mamanya, ditambah lagi teman yang biasanya mengantar jemput sedang bangun telat. Pagi yang sangat mencerminkan moodnya, pagi penuh ke bad mood an

'tch'
'tch'
'tch'

     Butiran-butiran air mengenai tasnya. Membuat lelaki itu melangkah cepat. Tak lama kemudian gerimis itu berubah menjadi hujan deras. Mau tidak mau ia harus mencari tempat teduhan karena sedikit demi sedikit seragamnya basah.

"Harusnya gue gak usah sekolah" gerutunya begitu sampai ditempat berteduh
'trrrrt'
'trrrrt'
'trrrrt'

   Handphone lelaki itu bergetar menandakan ada panggilan masuk, tak berlama lama ia mengangkatnya

"Athala Karasha... Maaf ya, gue kesiangan. Lo mau gue susul gak ata-"
'tlp'

     Lelaki itu- Kara mematikan handphonenya dan memilih untuk tetap berteduh sembari memperbaiki moodnya. Matanya kesana kemari mencari hal yang menarik sebelum bulu kuduk berdiri. Sebenarnya, ia menyadari ada yang mengendap endap dibelakangnya.

"Kara, Lo punya gue " suara berat berbisik ditelinga nya

Kara bergeser dan melirik kebelakang. Seorang lelaki dengan pakaian serba hitam serta masker dan topi bersandar di jendela warungan tempatnya berteduh.

"Gue gak kenal lo"
        Lelaki itu tak menjawab dan malah mendekat. Membuatnya seketika makin merinding "jangan ganggu gue"
" Gue bakal nge ganggu sampe Lo suka sama gue " ucapan lelaki itu pada akhirnya

.
.
.

           Setibanya di sekolah Kara langsung berganti pakaian olahraga dan menggantung seragam basahnya di jendela. Arcell - teman sebangkunya Kara tersenyum menyapa. Arcella Mahereza Farsyal.

"Kenapa lo? Cemberut gitu"tanya Arcell setelah temannya duduk. Kara menggeser kursi jauh jauh" Jan deket deket"
"Lah? Lo ngapain njir, tiba tiba gini?" Arcell mendekat tapi Kara berdiri

      Arcell tersenyum,ia mungkin tau alasan Kara menghindarinya. Kara kembali duduk.
"Lo gak berobat, Ra?"
"Gue gak sakit"
"Serah lo" Arcell memutar bola mata malas " btw, cewe cowo?"
"Cowo".
"Pelajaran pertama pak Reno loh, ati ati"
"Jangan nakutin gue, Cell"
"Cuman ngasih tau doang"  Arcell memperhatikan isi kelasnya yang seperti toko baju bekas. Ternyata bukan hanya Kara saja yang kehujanan. Tiba tiba ia terbayang dengan posisi Kara saat tadi " mungkin dia tertarik sama lo kali... Dia tau nama lo ga?"
"Tau"
"Pas kita nelpon lo speaker gak?"
"Kagak, makanya itu gue takut"
"Biasa aja lah, namanya juga cowok, mesum "
"Gue kagak,ya, Jan asal ngomong " Kara menyinisi sahabatnya itu
"Apah iya? Kalo di inget inget...." Arcell menarik seragam Kara mendekat " Lo itu bis-!"

'Plak!'
Belum selesai Arcell berbicara Kara sudah menamparnya dengan buku
"Dengerin gue dulu, kek! " Protes Arcell
"Gak ada gunanya nge caper sama gue"
" Gue sumpah in juga lo! Di cium pak Reno di pelajaran pertama!
"Bacot lo, Cell!"

.
.
.

       Kepala Kara yang sudah panas diawal bangun tidur kini mendidih. Pelajaran matematika yang diajarkan pak Reno mudah di mengerti, tapi bagi Kara itu hanyalah modus. Yang biasanya menggoda mulai ke tindak asusila - pelecehan - tidak senonoh. Intinya itu.
    
        Seusai menjelaskan dan memberikan tugas, pak Reno selalu saja mendatangi meja Kara. Benar benar sangat menggangu. Pak Reno memulai kemesuman nya
"Gimana,Kara? Gampang 'kan? Bagian mana yang blom paham?" Tanyanya
"Hm " Kara hanya berdehem
"Jangan gitu dong, liat ke saya"

        Kata tiba tiba merinding.
Tangan pak Reno meraba ke selangkangannya, menyentuh bagian terlarang. Sebagai saksi, Arcell hanya bisa diam.

" Bapak niat jadi guru gak sih?" Kara menyingkirkan tangan pak Reno dari pahanya " tugas bapak tuh mengajar!"
"Gini gini juga saya sedang mengajar" jawab Reno dengan entengnya
"Ngajar? Ngajarin apa? Kalo ngelecehin, mah saya juga bisa!"
     
         Kara berdiri dari duduknya. Jantungnya berdegup kencang, nafasnya tak beraturan. Gejalanya mulai muncul, semua memori menyedihkan kembali berputar di kepalanya. "Sadar, Ra, ini SMA" Arcell menjauhkan Kara dari guru mesum itu.
"Ayo ke UKS" ajaknya " Lo harus tenang"

         Arcell ikut berdiri lalu mendudukkan kara di kursi nya " mending bapak gak usah ngajar dikelas ini, Jan pikir lo gak bakal dikeluarin dari sini" Ia menatap Reno penuh kebencian " Lo pikir  ngelecehin anak orang bikin orang itu seneng? Nggak 'kan?!"

  Reno terkekeh" dengan kamu ngomong seperti itu apa saya akan berhenti? Saya punya hak untuk mengurusi anak saya sendiri "
"Lo cuman guru! Bukan bapaknya! Gak usah banyak gaya!"

   Reno menarik tengkuk Kara menghadapnya "beritahu teman mu, apa status saya dihidup mu"

Crazy Love; Crazy Boyfriend [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang