1 April 2023

21 0 0
                                    

Ramalan cuaca hari ini mengatakan akan cerah sepanjang hari, namun ternyata hujan mengguyur kota ini dengan begitu derasnya.

Disaat semua orang panik berlari untuk berteduh, hanya dia yang diam tak bergeming.

Seorang pria dengan balutan jas hitam  dengan tinggi semampai tak menghiraukan setiap tetes air hujan yang membasahi seluruh tubuhnya itu, dia hanya diam  dan melihat lurus ke arah persemayaman terakhir kekasihnya.

Matanya kosong.

Pikirannya kalut, segalanya masih terasa bagai mimpi atau mungkin hanya dia yang menginginkan segalanya sebagai mimpi.

Ternyata pepatah itu benar, pada akhirnya penyesalan selalu datang.

Dulu Mingo berpikir bahwa dirinya memang sudah kehilangan perasaan itu. Namun siapa sangka ternyata perasaannya mengakar begitu dalam.

Dia pikir dia tak akan pernah menyesali keputusannya.

'Ah, ternyata aku melukainya begitu dalam'

"Apa dia sungguh tidak ingin bertemu lagi denganku?" Air mata mengalir begitu saja.

Apakah dia juga merasakan perasaan yang begitu menyakitkan ini.

"Ternyata aku masih bisa menangis" Ucapnya dengan nada pahit.

'Maafkan aku, dan segala kebodohan ku. Aku. Aku mencintaimu '

Malam datang dengan begitu cepat, dan Mingo tak bisa terus tinggal disini.
Meskipun dia sangat ingin bermalam disini tapi itu tak mungkin, ada aturan bahwa pengunjung tak boleh berada disana saat malam hari.

Peraturan yang konyol.

Mingo melangkahkan kakinya meninggalkan tempat peristirahatan terakhir kekasihnya atau mantan kekasihnya.

Sampai Mingo menginjakkan kaki di rumahnya hujan tak juga berhenti malah semakin deras saat menuju tengah malam.

Biasanya rumah mungil ini akan terasa begitu hidup dengan celotehan kekasihnya, Nonnu.

Nonnu akan mengoceh tentang segala hal tak kala keduanya tengah memasak. Siapa yang dia temui, apa yang terjadi di kantornya, makan siang seperti apa yang dia makan dan banyak hal lainnya.

Namun malam ini hanya suara agin dan hujan yang terdengar,  Mingo merasa kedinginan nya semakin menusuk tubuhnya.

Dia harus berendam dengan air hangat. Begitu pikirnya.

Hanya sehari setelah dia pergi Mingo merasakan duka yang teramat dalam, sejujurnya dia tak pernah membayangkan bahwa impiannya akan jadi kenyataan.

Tapi siapa sangka impiannya begitu terasa menyakitkan saat ini.

"Berendam seperti ini malah membuat pikiranku melayang" Mingo bergegas meyelesaikan acara mandinya dia takut semakin lama dia berendam semakin jauh pikirannya.

Tapi bagaimanapun juga ini hal yang normal bagi seseorang yang kehilangan kekasih merasa berduka, namun bukan begitu  rasa bersalah dihatinya menghantui pikiran sejak kemarin.

Beribu kata andai hadir dibenaknya.

Mingo mengakui bahwa dia teamat sangat egois terhadap pasangannya, jadi sejak satu bulan yang lalu dia memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan kekasihnya.

Dia merasa bosan, dan tidak lagi merasakan gairah cinta dalam hatinya. Tanpa sadar menyakiti perasaan Nonnu, hanya saja Nonnu ternyata mencintainya begitu dalam.

Dia pikir Nonnu terlalu berisik, entah sejak kapan Mingo merasa bahwa Nonnu semakin menyebalkan dan selalu ingin menjauhinya.

Dia mulai merasa jengah dengan sikap Nonnu yang keras kepala.

Melupakan kenangan indah mereka selama 10 tahun sejak mereka memutuskan untuk bersama.

Membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur dan menginggat kembali pada saat terakhir dirinya bersama sang kekasih.

Hari itu hujan turun dengan teramat deras dan Mingo memulai kembali pertengkaran nya dengan Nonnu.

Dan dia memutuskan untuk pergi keluar menenangkan diri sejenak, dia pergi tanpa membawa apapun.

Mungkin itu sebabnya Nonnu menyusulnya karena kasihan padanya, namun kejadian naas terjadi begitu saja.

Sebuah mobil akan menabrak Mingo kala itu, Nonnu dengan refleks yang cepat mendorongnya. Namun dia tak sempat mengelak hingga menyebabkannya tertabrak.

Dunia seakan runtuh ketika itu terjadi. Masih teringat darah yang menggenang di bawah tubuh kurus kekasihnya itu.

Dia merangkak mendekati kekasihnya yang tergeletak di tanah aspal dingin itu.

Air matanya mengalir dengan deras, matanya kabur. Apakah ini mimpi pikir Mingo.

Meraih kekasihnya dengan lembut dan mencoba menghubungi ambulan.

"Jangan bersedih" ucapnya dengan suara serak.

"Diam. Jangan berbicara, simpan tenagamu hingga ambulan tiba" dia meraih tangan Nonnu. "Semua akan baik baik saja. Jangan tinggalkan aku."

Nonnu tersenyum lemah "Bukankah kamu yang ingin meninggalkan ku, Mingo dengarkan aku. Bila kau memang tak ingin bersamaku lagi maka aku akan berdoa pada Tuhan, agar di kehidupan selanjutnya pun kita tak akan pernah bertemu".

"Ssst, diam. Aku tidak ingin berpisah. Aku tidak. Jangan berkata seolah kau akan pergi. Aku. Aku tak akan pernah membiarkannya. Kita harus selalu bersama. Aku akan pergi bersama mu" hatinya mulai gelisah.

Dia benar benar berharap ini adalah mimpi buruknya di tengah malam.

Ternyata Tuhan berkata lain.
Nonnu meninggal sesampainya dirumah sakit.

Sampai detik inipun Mingo merasa bahwa ini adalah mimpi terburuk dalam hidupnya.

Tak lama Minggo mulai memejamkan matanya.
Meninggalkan dunia yang dimana Nonnu nya tak ladi ada.

Butiran obat berserakan di samping tubuhnya.

Hatinya tak cukup kuat untuk bertahan dalam kesendirian.

End .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JendelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang