Prolog

232 26 1
                                    

Hidup selalu dalam bayang seseorang, dibandingkan dengan saudara kembar yaitu Sung Habin. Merupakan hal yang biasa bagi Sung Hanbin.

Sung Habin yang ramah, tampan sekaligus cantik, sopan, dan lain lain sehingga membuat orang-orang suka padanya. Hanbin sangat membenci fakta tersebut.

Hanbin menundukkan kepalanya.

"Hanbin," panggil seseorang sontak membuatnya menoleh ke arah suara tersebut.

Setelah mengetahui siapa yang memanggilnya, Hanbin langsung tersenyum cerah. Berlari menghampiri orang tersebut dan memeluknya.

"Hao!" ujar Hanbin.

Ya, orang itu adalah Zhanghao. Pacar Hanbin.

Zhanghao membalas pelukan tersebut dan mengelus lembut rambut Hanbin. Kemudian melepas pelukan tersebut.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya  Hao.

"Gapapa, lagi pengen cari udara segar aja." jawab Hanbin.

"Unik ya, cari udara segar di taman angker." ujar Hao.

"Yee emangnya kenapa wlee." ujar Hanbin sambil menjulurkan lidahnya.

Hao yang melihat pemandangan itu hanya bisa tersenyum tipis lalu mencubit pipi Hanbin.

"Dasar si mbul. Kamu pasti belum makan kan? Ayo ke kantin sama aku." ujar Hao.

"Asik ayo kita ke kantin, Hao!" seru Hanbin.

Hao menggandeng tangan Hanbin. Mereka berdua berjalan bersama.

Hanbin tersenyum.

Ia tidak apa-apa dibenci asalkan ada Hao di sisinya.
































Istirahat ke 2.

Hanbin berjalan lesu. Makan di kantin bersama Hao memang hal yang paling menyenangkan. Tetapi ia juga harus siap mendengar obrolan yang tidak mengenakkan dari siswa lain.

Mereka banyak berbicara mengenai Hao yang tidak cocok dengan Hanbin melainkan lebih cocok dengan Habin. Karena Hao terkenal akan keramahan dan kebaikannya begitupula Habin. Sementara ia hanya menjadi target kebencian.

Hanbin sempat termenung. Memikirkan apa kesalahannya. Lagian Hao sukanya sama dia, jadi mereka bisa apa?

Dasar manusia ngeselin!

Hanbin sekarang sedang berjalan menuju rooftop tempat kegemaran para siswa. Ia sebenarnya bingung kenapa dia ingin ke sana padahal Hanbin sangat membenci rooftop sehingga ia sering ke taman angker itu. Tetapi mood nya berkata lain.

Hanbin sudah sampai di depan pintu rooftop. Ia baru saja mau masuk ke dalam. Tapi suara gaduh di dalam membuatnya berhenti.

Suara orang adu mulut.

Hanbin mengetahui bahwa ia ada di dalam situasi yang salah. Ia ingin melarikan diri tapi juga kepo. Ia memutuskan untuk menguping pembicaraan tersebut.

Selagi tidak ketahuan harusnya tidak apa-apa kan?

"Gue udah sering bilang, stop ngedeketin pacar gue, Zhangrao!"

Hah?

Itu kan suara Hao?

Hanbin memutuskan untuk fokus mendengar.

"Gamau."

"Lo gila ya? Dia itu pacar gue, anjing!"

"Terus kenapa? Belum nikah kan? Gue cinta Hanbin, jadi gue bakal tetap ngedeketin dia."

HAH???

Hanbin sontak melongo. Ternyata inti dari perdebatan ini adalah dirinya.

"Lo bukan cinta tapi terobsesi! Lagian Hanbin juga ga bakal mau sama cowo dominan gila kayak lo!"

"Yes, i love him and obsessed with him."

"Lo emang beneran gila, Rao. Kalo orang tau orang yang dipuji sebagai pangeran es sma boys planet ternyata cuma cowo sinting yang terobsesi sama pacar saudara kembarnya sendiri, gimana ya?"

"I don't care. Lo juga terobsesi kan dengan Hanbin? Lebih tepatnya ga cinta dan cuma terobsesi hahaha."

"Shut up! I always love him."

"Yakin? Cinta tapi kalo ada orang yang mau deketin Hanbin langsung lo singkirin maupun itu dominan atau submissive."

"Itu hal wajar, dia pacar gue."

"Oh, berarti 3 mata-mata yang selalu ngikutin dan mantau kondisi Hanbin sampai lo selalu tau di mana tempat dia sedih itu juga hal yang wajar?"

"DIAM ZHANGRAO!"

"Bahkan lo udah nandain dia dari kelas 10, tapi kalian berdua baru jadian kelas 11 sekarang kan? Gimana ya perasaan Hanbin kalo tau ternyata lo juga termasuk orang yang ngebuat Hanbin dijauhi karena udah diancam sama lo."

"ZHANGRAO!"

Hanbin seketika membeku. Ia masih tidak percaya apa yang di dengarnya sekarang.

Hao? Rao? Saudara kembar itu terobsesi padanya?

Bahkan Hao yang paling ia percaya ternyata mengkhianatinya.

Hanbin berjalan pelan, mencoba kabur dari tempat itu. Tidak ingin mendengar kelanjutan yang membuatnya sakit hati.

Ia takut.

He's obsessed with meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang