.
.
.
Allan Sangat mengantuk namun ia Harus tetap melanjutkan perjalanan, ia cukup lega walaupun Marah dan ingin membunuhnya. orang tua nya masih membantu.Allan tidak mengenal siapapun yang berhubungan dengan Violet bahkan selama ini ia juga tidak ingin tahu tentang gadis itu.
Orang tuanya menghubungi Ayah Violet dan bertanya banyak hal hingga Pak loes menjawab jika putri nya itu Memiliki apartemen pribadi yang tidak satupun keluarga tahu, tapi tentu pak loes yang mengawasi selama ini ingat akan hal itu.
Sekarang mobil Allan tengah menuju alamat yang di tunjukkan. Berharap penuh harap itulah yang Allan rasakan.
Bisa di bayangkan setelah beberapa hari tidak istirahat pulang dan menghadapi masalah besar lagi yang mengharuskan nya kembali tidak tidur itu sangat melelahkan.
.
.
.
Mobil Allan Memarkir pada sebuah Gedung puluhan lantai yang tersusun rapi menjulang ke langit. Allan Membanting mobil nya dengan cepat masuk.Tenyata apartemen itu di jaga ketat dan hampir saja ia di pukuli karena terlalu memaksa ingin masuk.
Allan baru mengigat bahwa Dirinya memiliki Kartu ID pengenal dan siapapun pasti akan mengenalinya jika melihat itu.Allan berlari memasuki gedung mencari ke arah mana ia tuju, nafas nya seolah sudah di ujung lidah. kakinya terhenti pada sebuah Unit.
.Allan mengangkat tangannya tak yakin. Namun ia Harus melakukan nyaToktokto..... Toktoktok....
Tanpa bicara Allan mengetok pintu dan memencet Bell namun tidak ada jawaban.hampir satu jam Allan melakukan itu hingga ia menyerah, mungkin juga Violet tidak di dalam.
Cklekkkkkk pintu sedikit terbuka.
Allan tentu tak sabaran Langsung mendorong pintu. Dan benar siapa yang membuka, dia adalah Violet.
.
.
.
Allan duduk seperti Orang depresi, Wajah dan semuanya terlihat kusut bahkan dapat di cium kalau itu Bau yang sama seperti malam itu.Violet menutup pintu kamar setelah tahu yang datang Allan. Kini Allan sudah masuk apartemen nya namun Hanya duduk di ruang tamu. Allan bersandar di kursi tempat tersebut setidaknya ia Merasa lega Kini menemukan Gadis yang harus ia Mintai maaf.
Allan tiba-tiba terbangun setelah sedikit tertidur. Ia begitu takut jika Violet diam-diam kabur membuat nya memutuskan untuk tidur menghadang pintu utama hingga pagi.
Allan terbangun merasakan tubuhnya kian sakit. Ia perlahan memeriksa pintu masih sama seperti kemaren, itu artinya violet masih di dalam.
Allan mendekat ke arah kamar dan mendekatkan telinganya mencoba untuk memastikan apa di dalam ada pergerakan.Sekarang Allan tak lebih seperti Pria yang mengincar Mangasa Nya.
"Vio, buka pintunya, vio Ayooo Buka biarkan Aku bicara. Vio aku harus bagaimana tapi badan ku terasa sakit Semua"
Lirih Allan hal itu tentu ia katakan hanya ingin membuat gadis itu luluh.Tiba-tiba terdengar Isak tangis dari dalam membuat Allan terkejut dan Cemas.
Ia mencoba membuka pintu namun di kunci tak ada pilihan lain, ia akan mengganti Pintu tersebut setelah ini atau mungkin jika tebusan nya ia harus membeli seluruh gedung ia akan sanggup melakukan itu
. duaaarrrrrrrrrrr
Satu tendangan pintu terbuka.Allan melihat Violet duduk meringkuk di lantai bersandar di bibir Ranjang. Dia menangis dengan suara parau hampir hilang. Baju yang sama seperti di layar kamera pengawas itu artinya Dari kemaren Violet belum melakukan apapun, dia menangis sejak kemaren itu membuat hati Allan kian tersiksa.
Allan dengan tangan gemetar Mencoba menyentuh Violet namun Gadis tersebut memberontak, ia ketakutan dan menggigil Mencoba menahan mantel nya Allan tahu itu trauma gadis tersebut.
Allan tak bisa Berbuat apapun selain menahan Pukulan dari violet hingga lelah dan memeluk nya erat, Violet yang awalannya memberontak kini karena lelah hanya bisa menangis terisak, Allan merasakan tubuh kecil itu menggigil hebat.
"Jangan takut aku suami mu, Aku tidak akan melakukan nya lagi... Aku minta maaf, maaf dan maaf..... Bahkan jika kau menyuruh ku mati lebih baik begitu di banding Kau harus membuat ku merasa bersalah..... Maafkan aku Violet Ammara loes, Maafkan aku"
Tubuh bergetar itu perlahan sedikit tenang, Allan memejamkan mata berusaha menarik nafas dalam-dalam menguatkan diri untuk Bicara namun bibirnya menjadi kelu.
"Kau pasti sangat takut padaku sekarang Aku juga bisa merasa hal yang sama, aku takut pada diriku sendiri yang buruk ini....."
Aaaaaaaaaaaaaaaa hiksss aaaaaa
Tangis Violet pecah dan itu teriakan paling kuat seolah menumpahkan semua amarah nya selama ini.
"Bajingan, kau jahat!! Kau jahat.......aahhh hiks hiks....."
"Iyaaa aku jahat. sangat jahat. Maafkan aku Violet... Maafkan Aku"
Keduanya sama-sama menangis, air mata tumpah di antara keheningan apartemen Kecil tersebut.
.
.Violet tertidur mungkin karena terlalu capek dan itu jelas terlihat dari kemaren ia tak tidur. Allan perlahan menggendongnya dan membaringkan nya pada ranjang, jauh dari yang punya mereka di rumah, ranjang yang tentu sempit, Allan membelai pipi Mulus Milik Violet jejak air mata mengering di sana.
Cup cup cup tanpa aba-aba Allan mengecup sekilas mata indah itu kemudian bibir violet yang sedang terlelap
Allan menutup pintu setelah menyelimuti nya dengan hati yang berangsur sedikit lega.
Allan merenggangkan tubuhnya berusaha menetralisir rasa lelahnya yang kini sedikit membaik, bukan karena ia sudah tidur sebentar semalam melainkan Ia Tenang kini menemukan Violet.
Allan memandang ke seluruh ruangan, Tidak luas tapi begitu rapi, Jelas terlihat violet itu gadis seperti apa. Foto-foto kecil terpajang di bingkai menghias sejajar di setiap meja. Allan mulai merapikan tempat tersebut dan mencari sapu untuk membersihkan debu. Ia sesekali tersenyum melihat indahnya senyum gadis di foto yang tak lain adalah gadis yang kini menjadi milik Nya.
Hingga sore tiba Allan akhirnya bernafas lega, ia bahkan Membersihkan toilet bahkan ada beberapa pakaian kotor punya violet ia pun mencucinya.
Mencari ke lemari pendingin apa ada yang bisa di masak ternyata disana kosong. Allan menghela nafas panjang ia memutar otak bagaimana caranya ia membeli bahan makanan untuk di makan violet ketika bangun, Ia tahu jika Violet belum makan sejak kemaren.
.
.
.
Violet membuka mata, ini seperti mimpi di siang bolong, Mengingat kembali rasanya Seseorang datang dan membantunya Tidur violet takut itu hanya mimpi ia mencoba memejam kan mata namun suara Sendok bertabrakan mengejutkan Nya. Berarti semua bukan mimpi.Violet Perlahan turun tiba-tiba kamar nya terbuka dan secara mengejutkan Seorang pria mengangkat nya kembali untuk ke ranjang.
"Jangan berjalan, Kau masih Sakit" Violet hampir pingsan melihat Allan yang kini di hadapan nya.
Benci Violet muncul ia tak perduli berarti apa yang di mimpinya itu nyata bahwa memang Allan yang datang
Ia turun dari ranjang baru melangkah kaki nya tiba-tiba lemas, Benar bahwa sesuatu telah luka, ia terluka di bawah sana. Allan dengan sabar membantu untuk bejalan walaupun Violet tetap menolak namun ia dengan senang hati menerima kemartahan itu.
"Mandilah dulu, aku sudah menyiapkan makan".
Ujar Allan seraya menutup pintu kamar mandi. Violet tercengang ketika beberapa pakaian kotor yang sudah lama sekali tergeletak kini menggantung bersih, Bahkan ia juga melihat sepasang pakaian dalam juga ikut bersih.
Violet memijit pelipisnya.
Mengguyur tubuhnya dan menahan mati-matian yang perih di area Selangkangan nya.
Hingga ia meringis dan terdengar oleh Allan di luar."Apa butuh sesuatu? Vio aku masuk ya"..
Tanpa menunggu jawaban Allan membuka pintu dan jeritan memekakkan telinga bagaimana tidak, Allan membuka pintu di saat Violet menyabuni tubuh telanjang nya"
Deg deg deg deg..... Jantung Allan bergetar dan menutup pintu dengan cepat.Ia mungkin telah menjamah semua yang ada di Violet tapi Ia terlalu ngeri sekarang hanya untuk sekedar bersentuhan jika tidak maka gadis itu akan meninggalkan nya lagi.
.
.
.
