Dua

444 89 79
                                    


Dasar wanita, ekspektasi berlebihan itu bikin gangguan kejiwaan. Apalagi jaman sekarang.
Kamu nggak ngerti AI?
Photoshop?
Atau yang paling mudah, photo editing?!

...

..

.

Aku melongo, dengan kantong kresek yang bergoyang karena tremor. Sepertinya orang di depanku ini gelandangan premium yang belum mandi dan berbenah. Kemana perginya pria ganteng dengan setelan kemeja mahal dan sepatu Oxford leather shoes dari merk V itu??

Kenapa yang ada di hadapanku hanyalah pria acak adut, rambut kumal dan bau bangkai.

Jangan-jangan pria ini makan orang?! Dia sejenis Pak Suman yang kanibal. Hiiiiii—, aku bergidig.

.

"Tolong dikondisikan." Ucap anak Bu Yoshino yang kini mengikat rambut kumalnya. Setidaknya ia lebih manusiawi sekarang. Bukan genderuwo yang menyaru sebagai anak bosku.

Aku buru-buru mengatupkan lagi bibirku yang tadi menganga lebar. Untung gak ada lalat. Akan sangat epik kalau sampai tadi ketika aku ternganga, ada satu serangga yang hinggap dan masuk. Aku buru-buru menelan ludahku yang bahkan menolak turun. Astaghfirullah, kek mau muntah karena mungkin anak Bu Bos ini mirip orang gila yang kelayapan di pinggir jalan. Sudah berapa hari mahluk ini tidak mandi??

.

"Ngapain di situ?" Alisnya yang panjang dan sebetulnya terlalu cantik karena melengkung seperti cambuk membuatku envy setengah mati. Aku heran kepada semua lelaki yang bulu matanya lebih lentik tanpa effort apapun. Padahal, aku harus setengah mati menjepit dan memberikan maskara akar bisa flawless. Sial, perbandingan ini membuatku bodoh hingga tanpa sadar mengekori mahluk itu dengan sukarela.

.

Biyungggg~ maafkan anakmu yang nakal ini, bahkan belum apa-apa sudah menyelonong ke rumah laki-laki.

.

Akhirnya setelah melewati ruang tamu yang sangat kontras dengan rupa anak bosku. Di mana ruangan itu luar biasa bersih dengan lantai kayu dan sofa minimalis modern berwarna beige. Dan meja kaca yang ditopang oleh kayu berbentuk kubus dengan ukiran simetris yang mengesankan pemiliknya benar-benar suka sesuatu yang seimbang dan futuristik. Aku mencebik bahkan ia punya tumbuhan perdu yang menghiasi sudut ruangan.

.

Ini sangat nyaman dan luas untuk digunakan seorang bujangan yang sangat tidak menghargai diri sendiri. Di luar bagaikan Alas Roban. Di dalam spek hotel.

.

Dia menyilakan aku duduk di kursi bagian dapur sementara dia akan berbenah dulu. Tadinya aku mau menolak dan ingin langsung pulang sebelum mulutnya yang ringan itu menyeletuk; "apa tidak apa-apa kalau kau tidak memberikan ibuku bukti unboxing?"

.

Hahahahaha—, aku tertawa kering. Sialan! Aku serasa menjadi kurir dan sekarang bosku menunggu konfirmasi barang diantarkan dengan baik. Tentu saja, anaknya lebih tahu kebiasaan Nyonya Nara. Bukti tanda terima tentu tidak bisa dilakukan kalau anaknya masih menjadi buntelan kentut. Pria itu menghilang ke kamar mandi dan aku duduk dengan tenang di meja makan sambil mengamati dua toples makanan kecil.

.

Satu berisi kue nastar, dan satunya berisi choco chip. Bah! Rupanya dia sudah lebaran duluan!

Rumah No 13 (ShikaHina FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang