"Kurang satu ini! Siapa yang mau duluan?" tanya Pak Ranto menunjuk satu spot tempat lari. Semua siswa sudah berlari dan tinggal 4 saja.
"Pak! Saya!" ucapku mengangkat tangan.
"Ya sudah, Nisa masuk!"
"Eh, Nis! Nanti aja kenapa sih? Tunggu khusus cewek aja!" cegah Anggun.
"Kelamaan. Aku udah pengen sarapan. Lapar!" ucapku sambil memegangi perut.
Aturan di latihan fisik memang begitu. Siapa yang cepat menyelesaikan seluruh latihan, maka sudah boleh langsung sarapan. Kini giliran Wawan, Adi, Reza, dan Opik. Tentu saja ditambah aku hingga semua menjadi pas 5 orang. Setelah menunggu aba-aba, kami semua lari. Opik, dan Adi berlari seperti sedang lomba saja. Mereka bagai sedang bersaing hingga berusaha saling menyusul satu sama lain. Sementara aku, Wawa, dan Reza berlari stabil, namun tetap mempertahankan kecepatan. Toh, bagaimana pun juga, tenaga harus diatur, agar tidak habis ditengah jalan. Karena di latihan fisik ini, kami harus lari sebanyak 4-5 putaran.
"Wan!"
"Hm?"
Kami bertiga berlari saling berdekatan.
"Semalam, perbuatan kamu?"
"Iya. Nggak ada cara lain lagi! Makhluk itu mau udah buka pintu kamar Winda!"
"Oh, oke."
"Kamu udah tau makhluk apa itu?"
"Belum. Masih aku cari tau. Bentuknya aneh, aku baru ... Pertama lihat!"
Nafasku dan Wawan memang tidak beraturan karena mengobrol sambil lari.
"Jadi kalian yang bikin ribut asrama putri?" tanya Reza.
"Jangan bilang bilang lu, Za!"
"Hati hati aja!"
"Kenapa?" tanyaku dan Wawan bersamaan sambil menoleh ke arah Reza yang berada di samping kiri Wawan. Karena posisi Wawan ada di tengah tengah kami.
"Dia bukan makhluk sembarangan!"
"Kok lu tau?" tanya Wawan makin penasaran.
"Karena sebelumnya ... Gue! Gue pernah liat!"
"Liat apa lu?"
Priiiiit! Pluit dari Pak Ranto membuat kami berhenti dan mengambil nafas banyak banyak sambil melenturkan tangan dan kaki. Kami sampai finish.
"Kantin dulu lah. Haus!" kata Reza lalu berjalan begitu saja meninggalkan kami. Aku dan Wawan lalu berlari mengikuti Reza karena penasaran dengan perkataannya itu.
"Hah? Parakang?" Pekikku sambil berpikir keras.
"Iya. Lu pada tau nggak sih soal ilmu parakang?"
Aku menggeleng cepat, karena memang baru pernah mendengar tentang ilmu ini.
"Pernah denger sekilas tapi nggak nyari tau. Emang ilmu apa sih? Ilmu kebal?"
"Bukan ilmu kebal, Bloon! Emangnya lu pikir parang!"
"Terus apa, Za?" tanyaku yang sangat penasaran.
"Berhubung gue ini berasal dari Sulawesi jadi gua paham banget mengenai ilmu Parakang ini."
"Oh asalnya dari Sulawesi. Pantes aja aku nggak tahu," sahutku sambil menyeruput susu yang tadi kuambil di meja.
"Iya. Ilmu dari suku Bugis. Walau nggak semua ya, orang Bugis pakai ilmu Parakang. Parakang itu adalah seseorang yang mendalami sebuah ilmu hitam tapi melakukan kesalahan. Konsekuensinya, dia harus berubah menjadi makhluk jadi-jadian alias siluman yang haus darah. Biasanya ilmu ini itu adalah warisan leluhur jadi harus diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Misalnya emak gue punya ilmu Parakang, nah nanti adek cewek gue, yang bakal diturunkan ilmunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei Gadis Indigo {tamat}
УжасыDILARANG COPAS, SHARE TANPA IZIN. Update ulang, karena sebagian cerita ini akan pindah ke platfom Fizzo. Dengan judul Nisa, si Gadis Indigo. Yang kangen Nisa Indra dan keluarga, yuk ikutin terus kami. ====== Aku Khaerunnissa.. Aku mempunyai kemam...