Setelah menjadi anggota keluarga Manoban, Jennie memang belum sempat berkumpul dengan teman-temannya, dan sore ini Jennie beserta kedua temannya memutuskan untuk bertemu di sebuah rumah makan modern yang jaraknya kebetulan tak jauh dari tempat tinggal Jennie.
Perempuan tersebut melambaikan tangan dan langsung mendekati meja yang telah ditempati oleh Jisoo dan Rosè, mereka adalah teman sekolah Jennie yang mana sudah cukup lama tidak berjumpa.
Padahal selama menikah, Jennie hanya disibukkan oleh kegiatan di rumah, lebih tepatnya menyibukkan diri, tapi entah mengapa cukup sulit bertemu dengan mereka, terlebih kini Jisoo yang sudah sibuk mengurus anak dan Rosè yang tengah mengandung.
Setelah bercakap-cakap ringan menanyakan kabar sebagai salam pertemuan, mereka pun mulai membahas hal-hal yang lebih sensitif.
"Resè, berapa usia kandunganmu?" Jennje menatap perut Rosè yang membuncit.
Rosè yang mendengar itu tersenyum . "Sudah menginjak lima bulan, Eonnie,"
"Woahhh! Padahal kalian menikah enam bulan yang lalu, kan? Ternyata Jimmin gerak cepat ya, hihi," Jisoo terkikik mengucapkannya.
Mendengar itu berhasil membuat kedua pipi Rosè semakin merah.
Jennie menggelengkan kepalanya, sudah tidak heran dengan sikap jahil Jisoo.
"Lantas, kemana kedua putramu, Jisoo eonnie?" Jennie beralih pada Jisoo.
Wanita itu nyengir. "Aku menitipkannya pada appa, hehe. Mino oppa juga sibuk dan aku ingin benar-benar menghabiskan waktu bersama kalian, jadi aku memutuskan untuk menitipkan mereka,"
"Oh ya! Jennie, kau dan Lim sudah satu tahun menikah, kan?" Jisoo berucap diakhiri dengan menyeruput minuman pesanannya.
Jennie mengangguk tanpa bicara.
"Kau tidak berniat memiliki anak?"Pertanyaan Jisoo kali ini tak langsung direspon oleh Jennie, perempuan itu tampak berpikir sejenak, lalu menggedikkan bahu.
"Entahlah, aku belum memikirkannya,"
"Jangan bilang kalian juga belum melakukan malam pertama?"
Walaupun ragu, tapi mengetahui alasan Jennie dan Lim menikah sepertinya tidak ada salahnya menanyakan hal tersebut.
Namun diluar dugaan, Jisoo melotot ketika melihat anggukan kepala diberikan oleh Jennie, pertanda tebakannya benar.
Jisoo langsung menepuk jidat. "Aish! Kau ini! Jangan menyiksa suamimu!"
Kening Jennie mengernyit mendengar hal tersebut. "Apa maksudnya?"
Helaan napas dilakukan oleh Jisoo. "Kau ini! Laki-laki normal pasti ingin berhubungan intim dengan istri mereka, kau tega sekali tidak memenuhi kewajiban penting seperti itu. Jennie, jangan sampai Lim justru melampiaskan hasratnya pada wanita lain,"
Rosè sedikit menepuk paha Jisoo, menegur temannya itu supaya tidak bicara terlalu jauh. "Jennie eonni, jangan terlalu dipikirkan apa yang dikatakan oleh Jisoo eonni. Tetapi, ucapannya tidak sepenuhnya salah, sebagai seorang istri, kita memang sudah berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan suami, terutama masalah seperti itu,"
kedua pipi Rosè kembali merona saat tidak sanggup mengatakannya dengan gamblang.
Jennie kembali bungkam. Sejak pernikahan mereka, Jennie tidak pernah memikirkan hal seperti ini dan Lim juga tidak pernah menyinggungnya, Jennie pikir yang terpenting mereka hanya menjadi suami istri sesuai dengan keinginan kedua orang tua mereka.
Kedua orang tua Jennie dan Lim memang sering sekali menyinggung perihal cucu, tapi Lim selalu menjawab jika mereka berdua sudah berusaha, padahal faktanya mereka sama sekali belum saling menyentuh.
.
.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/366376331-288-k179777.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Merried With My Bestfriend
Короткий рассказLimmario Manoban dan Jennie Kim terpaksa menikah karena suatu alasan, mereka yang memang telah bersahabat sejak kecil membuat hubungan pernikahan keduanya terlihat tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Tidak ada cinta yang menjadi pondasi atas pe...