Tidak penting bagaimana aku bisa berada di sini-kolong ranjang yang pengap dan berdebu-sementara teman-temanku menjerit-jerit di luar sana. Dari apa yang berhasil ditangkap oleh telinga-telinga mungilku, kemungkinan besar Jared berlari ke halaman rumah, sementara Nicky berlari ke dapur, tetapi entahlah. Lagi pula, bukan urusanku.
Urusanku adalah bagaimana aku bisa keluar dari kolong ranjang dengan selamat, lalu memilih satu dari dua pilihan terbaik yang bisa kupikirkan. Pilihan pertama, aku sangat ingin berlari keluar dari rumah tua ini, mengendarai mobil, motor, sepeda kayuh, atau sekadar berlari kencang menuju kantor polisi terdekat. Atau rumah tetangga terdekat saja. Itu pun kalau aku selamat. Pilihan kedua, lebih singkat, lebih sederhana, tetapi sama berbahayanya; berlari ke ruang keluarga dan menyambar telepon rumah untuk meminta bantuan polisi. Apa pun masalahnya, polisi solusinya. Tapi, sekali lagi, itu pun kalau aku bisa tiba di tempat tujuanku dengan selamat.
Suara Jared terdengar melengking dari halaman rumah, dan masa bodoh apa yang terjadi padanya. Setidaknya aku tahu bahwa aku tidak bisa keluar rumah untuk sementara ini. Si Gila Shane pasti telah menghabisi Jared di halaman rumah. Sialan rumah tua ini dan lahan luasnya. Dari yang bisa kuingat, Shane memegang kapak ketika kegilaan mulai merasukinya. Kasihan benar Jared di luar sana.
Kututup hidungku dengan ujung kardigan rajutku yang longgar, mencegah debu memasuki paru-paruku sementara aku menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya merayap pelan dari kolong tempat tidur. Demi Tuhan, semoga Shane tidak berniat memasuki kamar ini, dan semoga aku tidak berpapasan dengan Nicky juga sampai aku bisa memanggil bantuan.
Entah hanya perasaanku, atau udara di sekitarku memang bertambah dingin. Tapi aku tetap merayap pelan, seperti seekor belut yang terjatuh ke lantai. Semoga, ya Tuhan, semoga, Shane tidak berjalan ke sini ketika aku sedang berusaha mencari tempat persembunyian lain. Kolong tempat tidur bukanlah tempat yang bagus untuk bersembunyi. Tidak bagus untuk berlama-lama.
Setelah keluar dari kolong tempat tidur, aku bergegas membuka lemari pakaian terdekat, entah untuk apa. Aku bahkan tidak tahu aku berharap mendapatkan apa dari lemari kuno milik mendiang nenek Shane. Mana mungkin semasa hidupnya seorang nenek tua mau repot-repot menyimpan-
Senapan!
Astaga, ada senapan di lemari kuno milik mendiang nenek Shane. Bahkan ada cadangan peluru juga di sana! Sungguh nenek-nenek yang eksentrik!
Aku berlari menuju belakang pintu kamar untuk bersembunyi, dan cepat-cepat memeriksa isi peluru yang ada di senapan tua tersebut. Tanganku gemetaran, napasku memburu. Mungkin aku senang karena menemukan sebuah senjata untuk melindungi diriku. Mungkin aku takut Shane akan tiba-tiba datang dan mengayunkan kapaknya padaku. Atau mungkin aku gemetaran hanya karena tubuhku bergerak serba tiba-tiba selama dua puluh menit terakhir. Tiba-tiba menghindari Shane, tiba-tiba meringkuk di kolong tempat tidur, tiba-tiba merayap, tiba-tiba berdiri, tiba-tiba berlari, tiba-tiba berdiri diam sambil mengisi senapan dengan peluru.
Jeritan Nicky melengking tajam dari dapur, seperti dengkingan anjing, tetapi lebih parah. Jauh lebih parah. Aku tak pernah membayangkan aku akan memiliki kesempatan untuk mendengar suara sopran Nicky menjerit sedemikian rupa, tetapi di sinilah aku. Jika Shane mengayunkan kapaknya pada Nicky, satu-satunya grup opera yang ada di kota kami akan kehilangan salah satu penyanyi sopran yang paling berbakat. Tapi masa bodoh dengan semua itu. Kalau aku tidak berhasil keluar dari rumah ini hidup-hidup, maka aku tidak akan bisa menyaksikan pertunjukan opera lagi seumur hidupku. Ya Tuhan, aku belum pernah bertemu Elina Garanca, Diana Damrau, maupun Roberto Alagna. Aku tidak mau mati sebelum aku bertemu dengan salah satu dari mereka.
"Shane?!" panggil sebuah suara mezo-soprano selembut kapas bersamaan dengan dibukanya pintu depan.
Celaka tiga belas! Sarah tidak seharusnya berada di rumah ini! Gadis itu seharusnya tetap tinggal di rumahnya karena harus pergi ke Milan dua hari lagi. Tiketnya sudah dipesan, dan dibayar dengan hasil jerih payahnya, ditambah pinjam dariku sejumlah sekian. Kalau Shane mengayunkan kapak padanya, dia akan berakhir di sini. Seluruh masa depannya yang cerah akan hilang tak tersisa, seperti bola kamper yang sudah diletakkan di sudut kamar selama dua pekan. Aku tak akan bisa melihatnya menjadi model tetap untuk rumah mode Prada. Dan yang paling penting, uangku yang dipinjamnya untuk membeli tiket pesawat ke Milan tidak akan pernah kembali. Tidak bisa dibiarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Shane (Si Gila Shane)
Mystery / ThrillerTidak penting bagaimana aku bisa berada di sini-kolong ranjang yang pengap dan berdebu-sementara teman-temanku menjerit-jerit di luar sana. Dari apa yang berhasil ditangkap oleh telinga-telinga mungilku, kemungkinan besar Jared berlari ke halaman ru...