| prolog |

6 1 0
                                    

"Nin, Aku pamit ya."

Kalimat itu mampu membuat anin kecewa. Siapa sangka, orang itu telah anin anggap sebagai bagian prioritas malah kini meninggalkannya sendiri tanpa alasan yang jelas. Bodoh sekali, Anin sadari memang bodoh sekali karena terlalu berharap lebih pada nya. Sebab inilah anin menjadi sosok pribadi yang suka menyendiri dan mandiri.

"Hai, Mau aku temani?"

Kalimat pertamaku di hari yang sial. Ku sapa dia karena ia seperti hilang akan arah hidupnya. Dia sepertinya tipe introvert. Sapaan ku tidak di gubris oleh nya. Aku mendekatkan diri pada nya, akh iyah, tetap tidak di gubris juga. Aku heran, namun ternyata dengan jarak menit yang lama, Ia menyapa ku dengan pertanyaan yang menyentuh ulu hati.

"Manusia dilahirkan untuk apa sih?"

Jujur, Aku tidak mampu membalasnya. Aku saja tidak tahu arah ku kemana.

Kini dua remaja yang sama sama kehilangan arah hidupnya. Namun, mampu mempertahankan kehidupannya yang tanpa arah.

Dua remaja yang berharap akan bisa melanjutkan hidupnya masing-masing namun ternyata mereka saling bergantungan.

Harapan di masa ini dan selanjutnya, semoga aku tetap bagian di hidup mu, begitu juga dengan mu pada ku.

"Selamat, selamat untuk dirimu dan sampai jumpa di massa ini."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OHNE DICH | i'm HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang