2. Selingkuhan

1.6K 161 9
                                    

Janlup untuk selalu vote dan komen yang banyak, soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Wajib follow!!! Kalau nggak pantatnya korengan!!

Happy Reading ✨









Asem! Udah mah shik shak shok perkara di kampus tadi. Sekarang gue lari dengan gaya moshing, pokoknya harus cepet nyampe ke tempatnya Asa sekarang.

Untung Asa beliin gue motor, soalnya motor gue udah dijual, jadi sekarang gue ngebut membelah jalanan kota ini hanya karena dapat satu panggilan telepon dari Asa.

Sesampainya di tempat tujuan, gue langung lari masuk ke gendung serba putih yang lengkap dengan raungan suara hewan yang bersahutan.

Di lorong itu gue celingak-celinguk mencari keberadaan kekasih gue. Sampai, mata ini mendapat apa yang gue cari.

"Sa!" pekik gue pas liat dia lagi duduk menunduk di kursi tunggu.

Asa mendongak dengan lemas, matanya memerah bengkak, jejak air matanya terlihat jelas.

Astaga, seumur-umur gue ga pernah liat dia nangis, sekalinya nangis bisa sampai sekacau ini. Lihatlah, wajah tampannya itu bisa berubah jadi kodok!

"Wei, lo ga pa-pa? Udah tenang aja dia itu kuat perkasa kok, semuanya bakal baik-baik aja." Gue langsung buang tas ke lantai, dan memeluk kepalanya Asa erat, tak lupa mengusap punggungnya biar ga nangis lagi.

"Aku takut...," lirihnya yang terendam di perut gue. Tanggannya mulai bergerak mendekap pinggang ini begitu kuat, seakan dunianya hancur.

"Iya, gue tau. Tenang dulu, ya. Ini lagi nunggu dokter kan?"

Asa mengangguk samar tanpa melepaskan dekapan ini. Karena orang yang berlalu-lalang mulai melirik ke arah kita. Gue langsung ambil duduk di sebelahnya.

"Buset dah bisa nangis kejer gini lo? Cup cup Asa anak lakik yang pinter jangan nangis lagi ya." Gue coba menghiburnya sembari mengusap wajah basahnya pakai tisu. Tapi, dia lucu kalo nangis gini.

Kapan lagi Asa bakal nunjukin sisi lemahnya. Dia selalu pasang tampang hangat dan dewasa, jarang banget gue liat dia nangis bahkan mungkin ini yang pertama kali?

"Mulai kapan itu?" tanya gue pas liat dia mulai tenang.

"Tadi pagi, sebelum berangkat ke kantor, dia kejang-kejang, jadi aku langsung membawanya ke sini," jelas Asa sambil genggam tangan gue di balik jaket yang buat jadi penutup kaki kita berdua.

"Ya udah, berdoa aja, dia bakal sembuh seperti sedia kala, kok." Gue usap tangannya yang genggam tangan ini pakai ibu jari dengan lembut.

Dia angguk satu kali, lalu tiba-tiba meruntuhkan kepalanya di bahu gue. Agak kesentak dikit soalnya ini di tempat umum. Gue mau nolak tapi takut Asanya nangis lagi. Jadinya gue biarin dia senderan di pundak gue. Semoga orang lain ngeliat kita cuma sodara yang lagi dusel-duselan.

Tak lama, pintu ruangan yang kita tunggu itu akhirnya terbuka. Menampilkan seorang wanita jelita lengkap dengan jas putihnya.

"Pak Reinhard? Anda sudah boleh masuk," ucap dokter muda itu ke Asa dari balik masker medisnya.

Gue ngode ke dokter itu, apa gue ini boleh masuk juga. Ternyata dibolehin.
Akhirnya, kita berdua masuk ke ruangan itu dengan buru-buru. Tak sabar ingin cepat melihat kondisinya. Kalau benar sampai terjadi sesuatu, entah gimana perasaannya Asa. Gue juga bakal mewek kayaknya.

"Bagaimana?" tanya Asa pada beberapa perawat yang tengah membersihkan sesuatu di kasur panjang itu.

"Lucu banget kucingnya, Pak, haha. Masa ngeongnya 'ha heng', hahaha."

AsaOki (Kapal Hantu S2) END☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang