1

991 89 4
                                    


"feromon bapak teh memang lagi kenceng ya? ini satu rumah kecium semua" celetuk key kepada rion yang sedang duduk mengerjakan sesuatu pada laptopnya di sofa.

"hah? iyakah?" rion kebingungan. ia berusaha mengingat-ingat apa yang terlupa olehnya.

"oh— astaga lupa, key ajak anak-anak lain ke apart dulu sampai beberapa hari kedepan ya"

"ohh paham. siap laksanakan pak. aku pergi dulu ya"

"ya hati-hati, tolong awasin anak-anak key selama gaada kita berdua"

"aman pak" ucap key dan berlalu pergi.

di kamar tidur, dalam tidurnya caine merasa resah. caine mulai merasa tubuhnya tidak nyaman. dahi nya berkeringat. ia bangun dan mulai mencari-cari sosok rion yang tidak ada di sebelahnya.

"ngg— rion.." ia terlihat sedih. tempat tidur disebelahnya terasa dingin. ia turun dari kasur dan mencari-cari kehadiran suaminya. matanya menangkap sosok rion yang duduk di sofa lalu mendekatinya.

"rion.." caine berdiri dihadapan rion lalu mengambil laptop dari pegangannya, menyingkirkan benda tersebut.

"hei sayang? kenapa?" rion sedikit terkejut namun membiarkan istrinya itu melakukan apa yang ia mau. rion menarik tubuh caine dan caine menerimanya, mendudukkan diri dipangkuan suaminya dan mengusal manja. rion tertawa kecil lalu mengusap-usap rambut caine.

"kamu gaada di kamar.."

"aku ada kerjaan sayang, takut kamu keganggu"

caine hanya mengangguk, mulai memeluk dan melesakkan hidungnya ke leher rion, menghirup feromon kesukaannya puas sementara rion membiarkan istrinya itu.

"aku udah suruh key buat ngungsiin anak-anak"
rion membawa tangannya untuk mengelus tengkuk caine. caine yang merasakan itu sedikit gemetar. ia semakin membawa tubuhnya untuk tenggelam di dekapan rion, tidak ingin berpisah barang satu inchi pun.

"udah tanggalnya sayang" rion kembali bersuara lirih dan caine mengangguk kecil.

Keduanya mengerti apa yang mereka butuhkan.

r+cTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang