I Was Made For Loving You

607 36 1
                                    

Dengan kesal, aku membanting pintu apartementku. Aku mengacak-acak rambut biruku dan menjambaknya seakan itu dapat mengurangi rasa sakit di hatiku. Jeritan pedih berhasil meluncur keluar dari mulutku, mengutarakan jeritan lelah hatiku. Pandanganku mulai buram ditutupi genangan air mata yang siap mengalir di pipiku. Dadaku terasa semakin sesak seakan oksigen di sekelilingku terkuras habis.

Aku menyesali akan apa yang sudah terjadi tapi aku tak mengetahui apa yang harus kulakukan. Aku terlalu gengsi untuk mengakui bahwa selama ini aku salah. Aku terlalu 'jual mahal' dan keras kepala.

Tubuhku terduduk lunglai di depan tembok dan pandanganku terjatuh di sofa panjang tempat aku dan Kenya dulu sering menghabiskan waktu bersama sebelum si bajingan brengsek itu membawa Kenya pergi bersamanya. Aku merindukannya dan aku membutuhkan senyuman dan canda tawanya yang dulu selalu membuat apartement ini terasa hangat dibalik dinginnya duniaku. Tapi aku terlalu gengsi untuk mengakui di depan Kenya bahwa aku merindukannya. Mulutku enggan untuk mengatakan kebenarannya bahwa aku menginginkan Kenya kembali bersamaku tinggal di apartement ini. Aku selalu berpura-pura mengabaikannya bahkan aku hampir melukainya di tempat balapan liar itu. Brengsek. Ini semua karena si bajingan Harry itu, batinku. Sekarang aku tidak punya siapa-siapa untuk melampiaskan kesedihanku.

Genangan air mata itu berhasil mengalir melewati pipiku ketika aku teringat bagaimana aku bisa berakhir seperti ini saat ini. Hatiku terasa dicengkram kuat oleh perasaan cemburu dan menyesal. Aku merindukan tawanya. Tawa Niall yang sangat menggemaskan dan selalu berhasil membuatku ikut tertawa. Tapi di party tadi malam, dia tidak sedang tertawa bersamaku. Dia tertawa bersama seorang perempuan lain yang akhir-akhir ini sering ia banggakan. Aku berusaha untuk tak peduli dengan apa status hubungan mereka sekarang, tapi kenyataannya itu menyiksaku. Mengetahui bahwa bukan akulah yang menjadi alasan tawa Niall membuatku stress dan menyadari segalanya. Aku terlalu sok dalam mengakui segala hal dan terlalu gengsi untuk berkata jujur. Seandainya aku tidak demikian, mungkin Niall akan kembali padaku dan hubunganku dengan Kenya takkan hancur seperti ini. Padahal dibalik perlakuanku itu, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku membutuhkan mereka, terutama Niall.

Niall-lah satu-satunya pria yang berhasil membuatku hatiku luluh dan mencintainya apa adanya. Dia selalu membangkitkanku dari apa yang sudah kusesali di masa lalu dan menghiburku disaat aku butuh teman. Dia mencintaiku apa adanya begitu juga denganku. Dan aku menyia-nyiakannya dengan enggan mengakui bahwa aku merindukannya.

Mungkin aku memang suka berpesta dengan banyak teman dan selalu terlihat ceria di depan Niall tapi dibalik itu semua, aku lelah berpura-pura bahwa aku baik-baik saja. Setiap kali aku berpesta di tempat yang sama dengan Niall, aku ingin sekali berteriak di depan wajahnya jikalau aku masih mencintainya dan menginginkannya kembali. Begitu juga setiap kali aku melihat Kenya. Sayangnya, aku terlalu pengecut untuk melakukannya. Atau mungkin aku terlalu sombong untuk mengakuinya.

Tanganku menghapus jejak air mata di pipiku dengan kasar, yang membuat make-upku sedikit berantakan. Persetan dengan make-up ini, toh aku juga tidak akan kemana-mana. Lebih baik aku menghabiskan malam di apartementku dengan minum beberapa botol bir daripada semakin tersiksa di frat itu dengan melihat orang yang kucintai tertawa bersama orang lain.

***

Kepalaku terasa sangat pusing hingga aku harus memegang kepalaku sebelum rasa pusingnya berangsur-angsur menghilang. Leherku terasa pegal dan sakit ketika digerakkan. Lalu aku tersadar bahwa posisi tidurkulah yang membuat leherku terasa akan patah. Aku terbangun dengan posisi terduduk di kursi dapur dengan kepala di atas meja. Beberapa botol bir sudah terguling di atas meja dan beberapa masih terisi penuh. Ada sekitar 2-3 botol bir yang sudah kuhabiskan. Oh, aku bahkan tidak menyadari bahwa aku hampir menghabisi setengah persediaanku.

I Was Made For Loving You #CHANGEDWritingContestWhere stories live. Discover now